Dialog Presiden - Muktamar ke-9 Pengurus Besar Al-Khairiyah, Cilegon, 22 Oktober 2016

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 22 Oktober 2016
Di baca 1242 kali

DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MUKTAMAR KE-9 PENGURUS BESAR AL-KHAIRIYAH

CILEGON, BANTEN

22 OKTOBER 2016




Presiden:

Ini ada santri ga? Mana?


Coba tunjuk jari yang hafal Pancasila. Maju ke depan satu saja.


Yang ga hafal jangan maju. Tapi saya yakin, Al-Khairiyah hafal semuanya.


Silakan. Dikenalkan dulu nama.


Santriwan:

Bismillahirrahmanirrahim,


Nama saya Joko Prasetyo. Saya dari MA Al-Khairiyah Citangkil.


Presiden:

Sebentar. Kalau yang ini Jokowi, ini Joko Pras.


Sekarang terus, Pancasila.


Santriwan:

Pancasila.


1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.


3. Persatuan Indonesia.


4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaaan dalam permusyawaratan/perwakilan.


5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Presiden:

Biasanya itu hafal di luar kepala. Tapi, begitu maju ke depan ya kan, kemudian deket dengan saya, jadi grogi, hilang semuanya. Dan itu wajar. Apalagi pake disoraki gitu.


Ya udah, silakan. Sepedanya diambil.


Ada satu lagi. Yang puteri.


Ini bukan Pancasila loh supaya kita tahu semuanya. Di Indonesia ini, ada 516 kota dan kabupaten, 516. Saya ga ingin 516 itu harus disebutkan semuanya. Cukup 100 saja.


Sanggup? Ga sanggup? 50, sanggup? 10, sanggup? 10 udah, 10. Masak dari 516, 10 saja ga bisa.


Dikenalkan dulu.


Santriwati:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Presiden:

Waalaikumsalam.



Santriwati:

Nama saya Isnayanti Amalia, dari STIA Al-Khairiyah.


Presiden:

Iya STIA Al-Khairiyah.


Satu?


Santriwati:

Satu, Cilegon.


Presiden:

Cilegon. Nanti, kalo ga disebutkan, Pak Wali bisa marah nanti. Cilegon. Ya kabupaten dan kota.


Santriwati:

Kabupaten Serang.


Presiden:

Serang.


Santriwati:

Jakarta. Eh.


Presiden:

Hati-hati. Dua? Itu udah betul.


Santriwati:

Surabaya.


Presiden:

Surabaya boleh.


Santriwati:

Makassar.


Presiden:

Makassar boleh.


Baru empat.


Santriwati:

Bandung.


Presiden:

Lima, Bandung.


Santriwati:

Garut.


Presiden:

Garut boleh, enam.


Santriwati:

Lampung.


Presiden:

Lampung.


Banyak sekali, 516. Yang di Papua ada, yang di Sulawesi ada, yang di Kalimantan ada. Kan banyak sekali. Yang di Jawa juga banyak sekali. Di Sumatera banyak sekali.


Santriwati:

Padang.


Presiden:

Padang.


Berapa lagi? Dua lagi.


Santriwati:

Medan.


Presiden:

Medan.


Satu lagi.


Santriwati:

Palembang.


Presiden:

Palembang.


Udah, diambil sepedanya.


Nanti, kalo ga diingatkan seperti itu, kita lupa bahwa di negara kita ini ada yang namanya Wamena, ada yang namanya Yahukimo, ada yang namanya Jayapura.


Ada yang namanya, paling utara ada yang namanya Kabupaten Talaud. Saya kemarin baru ke sana, di sana pulau paling terluar, Pulau Miangas.


Ada yang paling barat-utara, di Kabupaten Natuna.


Banyak sekali, 516.


Sekali lagi, saya ingin mengingatkan kita semuanya. Negara kita adalah negara besar, negara yang sangat besar.


Saya kira itu yang bisa saya sampaikan. Sekali lagi, terima kasih. Selamat bermuktamar.


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden