Sambutan dan Dialog Presiden RI - Deklarasi Pemagangan Nasional Menuju..., Karawang,23 Desember 2016

 
bagikan berita ke :

Jumat, 23 Desember 2016
Di baca 1749 kali

SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEKLARASI PEMAGANGAN NASIONAL MENUJU INDONESIA KOMPETEN

KARAWANG, JAWA BARAT

23 DESEMBER 2016




Presiden:

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semuanya,


Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,

Yang saya hormati Ketua Umum KADIN, Ketua Umum APINDO beserta seluruh jajaran Pengurus,

Yang saya hormati Wakil Gubernur Jawa Barat beserta Bupati dan Wali Kota yang hadir,

Yang saya hormati para Pimpinan Perusahaan, Dunia Usaha,

Yang saya hormati para Peserta Magang,

Undangan, Hadirin yang berbahagia,


Di era persaingan global yang semakin sengit sekarang ini, kemampuan SDM, sumber daya manusia harus terus kita tingkatkan karena di sinilah kunci, kunci dalam memenangkan kompetisi itu. Sudah tidak bisa tidak, termasuk kemampuan tenaga kerja Indonesia agar bisa langsung siap bekerja setelah lulus dari lembaga pendidikan.


Perlu diingat bahwa dalam menghadapi persaingan global kompetisi dunia, secara kuantitas potensi kekuatan kita sebetulnya cukup besar, yakni 60% dari penduduk Indonesia adalah anak muda. Jumlah tersebut akan terus meningkat hingga mencapai 195 juta penduduk usia produktif di tahun 2040.


Tetapi, sebagaimana yang tadi disampaikan oleh Ketua Umum KADIN, Bapak Rosan, kondisi yang ada: 50% itu lulusan SD, 20% itu lulusan SMP, dan 17% itu lulusan SMA/SMK. Inilah yang harus kita tingkatkan kualitas skill, kualitas SDM kita sehingga bonus demografi yang ada itu tidak sia-sia.


Untuk itu, kita harus fokus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, SDM yang berkualitas, yang memungkinkan Indonesia bisa melakukan lompatan kemajuan, mengejar ketertinggalan dengan negara-negara yang lain.


Mayoritas penduduk kita yang ada di usia produktif harus menjadi aktor-aktor pembangunan, aktor-aktor inovasi. Jangan sampai bonus demografi kita ini berubah menjadi kumpulan pengangguran. Ini yang harus kita hindari. Sangat berbahaya sekali.


Dan saya sangat menghargai kerja sama kementerian dengan KADIN, dengan APINDO dalam rangka pemagangan nasional. Saya udah minta jumlahnya saya tidak mau hanya jumlah yang 100 atau 1.000, ndak, karena kebutuhan kita adalah untuk memperbaiki skill, memperbaiki kualitas SDM kita. Kebutuhan kita adalah jutaan.


Problem besar nanti—memang ini tugas pemerintah, tugas dunia usaha—setelah pemagangan yang jumlahnya bisa ratusan ribu dan jutaan ini penyiapan lapangan pekerjaannya seperti apa. Ini yang juga kita akan terus bekerja sama dengan KADIN dan seluruh asosiasi di dunia usaha, agar semuanya yang telah melakukan pemagangan, ini semuanya terserap oleh dunia kerja kita, terserap oleh dunia usaha, baik di industri, baik di pariwisata, dan yang lain-lainnya.


Ini yang magang ada yang hadir di sini gak? Ada? Mana? Ini yang magang. Ayo coba maju satu sini?


Terus, yang dari dunia usaha, mana tadi yang ikut deklarasi? mana? Yang dunia usaha yang ikut deklarasi? Coba berdiri, coba tunjuk jari.


Tadi waktu deklarasi, sebentar, sebentar saya mau tanya dulu kok. Yang tunjuk jari dulu siapa tadi? Tunjuk jari di sana saja.


Kok dikit sekali? Tadi kelihatannya banyak sekali tadi. Paling-paling saya suruh maju aja, kok pada takut? Silakan maju.


Coba dikenalkan namanya. Namanya kenalkan.


Peserta Magang:

Mohon izin. Perkenalkan nama saya Padis.


Presiden:

Siapa?


Peserta Magang:

Padis, Bapak.


Presiden:

Dari mana, Padis?


Peserta Magang:

Dari BLK Disnakertrans Kabupaten Karawang, Bapak. Jurusan elektronika, Bapak.


Presiden:

Oh, jurusan elektronika.


Terus, masih di BLK sekarang?



Peserta Magang:

Alhamdulillah, kemarin baru selesai pelepasan, pelatihan selesai satu bulan.


Presiden:

Sudah selesai.


Dilatih apa itu di BLK?


Peserta Magang:

Mulai dari—tergantung, Bapak, dari masing-masing jurusan.


Presiden:

Tadi dilatih apa?


Peserta Magang:

Elektronika, kita belajar penyolderan, bagaimana cara menggunakan resistor, kemudian membuat OCL, Bapak.


Presiden:

Apa itu OCL itu?


Peserta Magang:

Speaker aktif.


Presiden:

Speaker aktif.


Terus?


Peserta Magang:

Speaker aktif, dan masih banyak lagi, Bapak.



Presiden:

Iya, terus setelah ini mau ditempatkan di mana? Ini udah mau ditempatkan? Di perusahaan apa? Atau belum?


Peserta Magang:

Belum, Bapak.


Presiden:

Oh belum. Ini nanti yang mau diatur oleh KADIN dan Kemenaker, Apindo, oke.


Terus gimana? Maumu gimana maumu? Keinginanmu gimana?


Peserta Magang:

Siap, mungkin selain Padis, mewakili untuk teman-teman yang lain, ingin supaya mungkin ada perusahaan-perusahaan besar melihat kami, bisa menyaring kami, bisa menerima kami di perusahaan-perusahaan yang Bapak pimpin.


Presiden:

Oh begitu.


Untuk magang dulu atau untuk langsung kerja?


Peserta Magang:

Boleh, Bapak, jika berkenan.


Presiden:

Ya saya kira tahapannya magang dulu. Kelihatan, baru kerja.


Biasanya, setelah saya ajak ngomong seperti ini, biasanya saya beri hadiah. Tetapi saya tadi ga bawa. Tapi nanti saya berilah.


Ada ndak? Siap ndak? Siap? Mana hadiahnya?


Ya terus, gimana? Maunya di perusahaan apa?


Peserta Magang:

Mungkin di perusahaan manufaktur, Bapak.


Presiden:

Perusahaan manufaktur itu apa? Perusahaan apa?


Peserta Magang:

Perusahaan misalnya pembuatan mobil, merakit mobil.


Presiden:

Pembuatan mobil itu ada.


Terus, apa lagi? Pembuatan mobil, di otomotif ya?


Tadi kan latihannya itu speaker aktif, elektronik. Gimana sih? Kok di otomotif?


Peserta Magang:

Sekolah juga di otomotif. Tapi latihannya kemarin di elektronik, Bapak.


Presiden:

Ya bisa nanti kan di perusahaan audio mobil kan bisa.


Udahlah, ini berarti masuk ini saya kira. Pak Joni, masuk ini.


Ya udah, silakan. Sebentar, sebentar. Silakan kembali.


Peserta Magang:

Terima kasih, Bapak.


Presiden:

Silakan, Pak, dikenalkan nama dan dari perusahaan mana.


Yos Ginting:

Terima kasih, Bapak Presiden.


Ibu dan Bapak sekalian,

Nama saya Yos Ginting. Saya bekerja sebagai direksi di PT HM Sampoerna. Kebetulan lokasinya persis ada di sebelah sini.


Presiden:

Ya, gimana pandangan Pak Yos mengenai ini, mengenai pemagangan?


Yos Ginting:

Sangat bagus sekali, Pak. Tapi saya sepaham dengan apa yang tadi Bapak Presiden sebutkan.


Penyiapan dari penyerapannya adalah kunci supaya ini bisa terus berkesinambungan. Kalo penyerapannya ada, pelatihan dan peningkatan kemampuan dari calon pegawai itu alamiah, pasti akan diciptakan oleh pemberi kerjanya, Pak Presiden.


Presiden:

Tapi nanti, kalo magang, jangan disuruh fotokopi loh ya. Saya titip. Nanti, kalo ada suara dari yang magang, "Pak, saya hanya disuruh membuat kopi dan fotokopi, Pak."


Jadi, penempatannya betul-betul meningkatkan skill mereka. Itu yang kita harapkan.


Yos Ginting:

Betul, Pak Presiden.


Bahkan di proses pemagangan kami, Pak, kami sudah menyiapkan pemagangan untuk sampai pada tingkatan manajemen. Dan tidak hanya pelatihannya di Indonesia, tetapi bahkan di afiliasi kami yang ada di luar negeri. Ini disiapkan untuk menjadi manajemen pada tingkatan internasional


Presiden:

Ya yang gini-gini ini saya kira yang dicari. Jadi, selain magang di sini, bisa dimagangkan di luar negeri.


Mau ndak? Mau? Ya sudah, nanti biar diambil Pak Yos.


Ya terima kasih, Pak Yos. Kalo Pak Yos, ga ada hadiah.


Sekali lagi, saya sangat menghargai apa yang telah dikerjakan pada hari ini oleh Kementerian Tenaga Kerja, bekerja sama dengan KADIN dan seluruh asosiasi, dengan Apindo.


Saya kira hal seperti ini tidak hanya dikerjakan di Jawa Barat, tetapi tadi saya sudah minta kepada Ketua KADIN, Ketua Apindo agar juga dikerjakan di provinsi-provinsi yang lain.


Tetapi juga seluruh kementerian juga saya dorong agar investasi-investasi yang akan masuk ke negara kita ini betul-betul harus diberikan sebuah pelayanan yang baik, sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya.


Tapi juga jangan sampai ada isu-isu. Ini isu-isu seperti ini juga harus dijawab. Banyak yang bersuara-suara. Katanya tenaga kerja dari Tiongkok itu yang masuk ke Indonesia 10 juta, 20 juta. Itu yang ngitung kapan, gitu loh?


Hitungan kita sampai hari ini, tenaga kerja yang dari Tiongkok itu 21.000, 21.000. Sangat kecil sekali. Jangan ditambahi nol terlalu banyak.


Saya kira tenaga kerja kita yang ada di Malaysia itu dari 2.000.000, yang ada di Saudi lebih dari 1.000.000, yang ada di Hongkong 153.000, yang ada di Thailand 200.000. Juga mereka, negara mereka juga welcome dan biasa-biasa saja.


Tetapi di kita logikanya gak mungkinlah, tenaga kerja dari luar, misalnya dari Hong Kong atau dari Eropa atau dari Amerika, masuk. Gak mungkin karena yang jelas gaji mereka di sana lebih gede dari kita gitu loh.


Ya kita harus ngomong apa adanya. Gaji kita di sini memang masih lebih rendah dari yang di sana.


Tetapi saya kira tahun demi tahun nanti akan, kita akan bisa meningkatkan kalau pertumbuhan ekonomi kita bisa semakin baik.


Logikanya logika seperti itu. Masak 10 juta? 10 juta itu adalah turis yang kita harapkan dari Tiongkok bisa masuk ke Indonesia karena itu jadi rebutan.


Nomor 1 sekarang rebutan turis dari China itu adalah oleh Amerika. Ini paling gede, bisa merebut 150 juta turis China, bisa masuk ke Amerika. Nomor 2 adalah Uni Eropa (EU).


Ini urusannya urusan turis loh, bukan urusan tenaga kerja. Yang saya tanda tangani juga sama. Jadi, urusan turis, bukan urusan tenaga kerja.


Mana mau mereka ke sini dengan gaji yang lebih kecil. Kan ga mungkin. Logika ini yang harus saya sampaikan agar jangan sampai nanti rumor, isu-isu, gosip-gosip itu berkembang ke mana-mana. Logikanya ga masuk.


Dan kembali lagi ke urusan magang, saya harapkan nanti selesai magang—ini bisa 6 bulan, bisa 1 tahun—para tenaga kerja nanti bisa mendapatkan yang penting juga harus mendapatkan sebuah sertifikasi, sertifikat kompetensi, sehingga bisa dipakai untuk melamar kerja di mana pun, di perusahaan mana pun. Ini sangat penting untuk tenaga kerja kita melanjutkan kerja di perusahaan di tempat magang atau untuk melamar kerja di perusahaan yang lain.


Dan lebih bagus kalo ada yang mau mulai usaha sendiri. Ini lebih bagus.


Tadi sudah belajar apa tadi? Solder, belajar buat speaker. Bisa saja memulai usaha bikin apa terserah, karena yang mendapatkan sertifikat kemampuannya sudah memenuhi standar dari SKKNI, atau standar internasional, atau standar-standar khusus.


Dan kepada seluruh perusahaan, saya minta benar-benar memastikan hak para pemagang supaya dipenuhi. Saya ga tau, apakah bisa diberi uang transportasi, bisa diberi uang makan, atau diberikan hak-hak yang lain, supaya mereka benar-benar diberi bimbingan, diberikan kesempatan untuk mendapatkan keahlian yang aplikatif.


Dan saya minta juga kementerian juga ikut terus mengawal, memantau pelaksanaan di lapangan. Jadi, yang magang maupun yang perusahaan di tempat magang sama-sama mendapatkan keuntungan di program pemagangan nasional ini.


Terakhir, dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, saya nyatakan Program Pemagangan Nasional resmi diluncurkan. Terima kasih.


Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden