Sambutan dan Dialog Presiden RI - Penyerahan Pemberian Makanan Tambahan..., NTT, 28 Desember 2016

 
bagikan berita ke :

Rabu, 28 Desember 2016
Di baca 3281 kali

SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENYERAHAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) DI MOTAMASIN MALAKA, NUSA TENGGARA TIMUR
28 DESEMBER 2016
Presiden:
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Wekiinio fesiksia. Keliru ya? Ina ama.
Saya ulang lagi. Bener gak ini? Wekiinio fesiksia. Bener? Bukan? Amano feriksia.
Ini berarti yang ngasih catatan keliru. Bukan saya yang keliru. Tadi tidak tanya Pak Bupati.

Para Menteri,
Pak Gubernur, Pak Bupati beserta Ibu,
Bapak-Ibu sekalian,
Anak-anakku semuanya,

Saya senang sekali pada sore hari ini bisa ke Motamasin di Kabupaten Malaka, dan bisa bertemu dengan Bapak-Ibu semuanya, dengan Anak-anakku semuanya, ibu-ibu baik yang memiliki kandungan bayi, yang memiliki balita, dan Anak-anakku semuanya.

Kita ingin anak-anak semuanya nantinya, entah 20 tahun yang akan datang, 30 tahun yang akan datang, anak-anak kita kita ingin sehat, ingin anak-anak kita pintar-pintar, ingin anak-anak kita pandai-pandai.

Oleh sebab itu, gizi sangat diperlukan sekali, sumber protein untuk anak-anak kita sangat diperlukan sekali, baik yang di dalam kandungan, yang balita, maupun yang anak-anak.
Sumber protein itu bisa berupa telur, ikan—ini kan dekat laut—ikan, daging—bisa daging ayam, daging kambing, daging sapi—bisa tahu, tempe. Ya saya ulang ya: telur, ikan, daging, tahu, tempe. Penting sekali sumber protein ini untuk anak-anak kita.

Itu belum cukup sehingga ditambahi pada hari ini kita bawakan roti biskuit yang khusus untuk ibu yang sedang mengandung, untuk anak-anak balita, dan untuk anak-anak.

Saya senang sekali mendengar bahwa Ibu Gubernur sudah muter ke seluruh NTT, menganjurkan untuk memelihara ayam agar telurnya bisa dipakai untuk tambahan gizi anak-anak. Ini penting sekali karena tanpa itu anak-anak tidak akan mungkin ke depan bisa sehat, tidak akan mungkin anak-anak kita pintar, tidak akan mungkin anak-anak kita pandai kalau gizinya buruk. Gizinya harus baik. Itu kunci.

Ini untuk ibu-ibu hamil. Ya, sudah diberikan itu dalam dus. Ini untuk kandungan usianya satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Makannya sehari dua keping, hanya dua keping ini. Jangan banyak-banyak. Tuh ibu-ibu.

Yang hamil di sini kok banyak banget ya? Ya makannya setiap hari berapa? Dua untuk yang umur satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Yang umur empat bulan, lima bulan, enam bulan, tujuh bulan, delapan bulan, sembilan bulan, makan ini hanya tiga keping per hari. Jangan banyak-banyak ya.

Dan tetap ditimbangkan ke posyandu atau ke puskesmas. Kalau timbangannya sudah lebih, ini harus dikurangi. Ya sudah, diingat-ingat tadi.

Kemudian yang balita, balita yang di sana. Yang balita yang umur sampai satu tahun, makan ini delapan keping roti biskuit ini. Yang sampai umur 12 bulan, makan berapa tadi? Delapan.

Yang satu tahun sampai lima tahun, makan ini 12 keping per hari. Bisa, diatur saja. Pagi empat, siang empat, malam empat. Dah, dua belas. Ya diingat-ingat.

Sampai umur satu tahun, tadi berapa? Delapan. Yang satu tahun sampai lima tahun, 12. Dah.

Sekarang yang ketiga, anak-anak sekolah. Ini juga perlu karena itu ada yang kurus kayak saya itu. Ya, Anak-anak, diingat-ingat. Ini dimakan enam keping per hari. Bisa pagi dua, siang dua, malam dua, atau siang tiga, malam tiga, atau pagi tiga, malam tiga. Pokoknya enam keping ya.

Berapa anak-anak? Pintar. Ya, udah.

Anak-anak ini harus ada gizi tambahan, yaitu dari roti biskuit.

Sekarang untuk anak-anak dulu. Coba tunjuk jari yang hafal Pancasila, tunjuk jari. Yang bisa, saya beri hadiah sepeda ini. Kalau gitu, tunjuk jari semua pasti ya kan.
Nah, nah, nah, sebentar, saya lihat dulu. Tunjuk jari dulu, baru saya suruh maju. Sebentar, sebentar. Tunjuk jari dulu.

Ya boleh yang kurus kayak saya tadi sini. Sini, sini, sini, sini. Gak usah takut.
Dikenalkan dulu namanya. Dikenalkan nama, dari sekolah mana. Namanya siapa?

Remigius Yuventus Lucin:
Remigius Yuventus Lucin.

Presiden:
Siapa?

Remigius Yuventus Lucin:
Remigius Yuventus Lucin

Presiden:
Remigius Yuventus Lucin. Panggilannya?

Remigius Yuventus Lucin:
Yuven.

Presiden:
Panggilannya Yuven. Sudah Yuven gitu saja, gampang.
Yuven, SD di mana? Kelas berapa?

Presiden:
Kelas 5.

Presiden:
SD?

Remigius Yuventus Lucin:
Seli.

Presiden:
Ya sudahlah, nanti keliru lagi saya malah.
Sekarang Pancasila coba. Pancasila, 1, terus.

Remigius Yuventus Lucin:
Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Persatuan Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Presiden:
Yang di situ tertawa gampang. Yang di sini grogi. Coba kamu yang tertawa saya suruh ke sini, grogi nanti pasti, ya ndak?
Ini bukan karena tidak bisa, melainkan karena grogi. Terbalik-balik tadi bukan karena tidak bisa, melainkan karena grogi.

Tapi tadi diulang kan sudah bener kan? Sudah betul tadi? Sudah? Mau diulang lagi? Diulang? Ya coba, Pancasila.

Remigius Yuventus Lucin:
Pancasila

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Persatuan Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Presiden:
Nah bener. Jangan dipikir mudah. Kalau pas di situ, mudah. Begitu maju, bisa lupa semua. Ya kan?
Dah betul. Sepedanya diambil. Silakan, ayo.
Pilih yang mana? Ini? Biarin, biarin, ndak apa-apa. Jangan pulang dulu, malah pulang.

Sudah, sekarang untuk ibu yang memiliki balita. Sekarang pertanyaannya, sebentar. Oh iya, tadi saya sudah ngomong. Tadi saya ngomong apa? Lima sumber protein. Sekarang sebutkan empat saja, silakan.

Tunjuk jari dulu. Sumber protein, tadi kan sudah saya sebut tadi. Tunjuk jari yang tinggi, yang tinggi, yang tinggi. Dapat sepeda.

Ya coba ini, ya. Sini maju. Yang ini. Ya bener. Tadi nunjuknya duluan kok.

Ini anaknya cantik banget. Ya sini. Dikenalkan dulu namanya sama dari mana.

Kristiani Rama:
Terima kasih. Nama saya Kristiani Rama, dari Kecamatan Renhat, Desa Nait.

Presiden:
Dari Desa Nait? Panggilannya ibu siapa tadi?

Kristiani Rama:
Ibu Ani.

Presiden:
Oh iya Ibu Ani.
Coba sebutkan—tadi saya sudah menyebutkan—beberapa sumber protein. Ulangi lagi sebutkan empat saja. Satu?

Kristiani Rama:
Sumber protein, yang pertama telur.

Presiden:
Telur benar.

Kristiani Rama:
Yang kedua ikan.

Presiden:
Ikan benar. Tiga.

Kristiani Rama:
Yang ketiga tahu.

Presiden:
Tahu.

Presiden:
Yang keempat tempe.

Presiden:
Yang kelima?

Kristiani Rama:
Daging.

Presiden:
Sudah lanjut, diambil.
Pintar banget, Ibu. Pintar banget, pintar banget.
Pilih sepedanya, dipilih. Dibawa ke sana saja, tidak apa-apa. Sana. Nanti hilang. Dibawa ke sana saja, tidak apa-apa.
Bawa ke sana. Ya, biar yang lain ingin. Nah, yang lain ingin kan?

Sekarang ibu-ibu hamil. Pertanyaannya apa, Bu Menteri? Apa? Sekarang ini spontanitasnya, yang bertanya juga bingung apa pertanyaannya.

Pertanyaannya, sebutkan dua saja alat kontrasepsi KB. Tunjuk jari dulu, baru saya suruh maju. Tunjuk jari.

Ayo yang belakang tadi pertama itu. Ya, yang belakang tadi pertama. Hamil kan? Ini yang hamil lho. Ya itu betul, yang hamil. Yang tidak hamil tidak boleh maju.
Silakan. Sini, Bu. Dikenalkan dulu namanya.

Juanita Baga:
Baik terima kasih. Nama saya Juanita Baga.

Presiden:
Panggilannya?

Juanita Baga:
Nita.

Presiden:
Ibu Nita.

Juanita Baga:
Asal dari Desa Rangawi.

Presiden:
Di mana itu?

Juanita Baga:
Di wilayah sini, hanya beda kecamatan.

Presiden:
Kecamatannya mana tadi?

Juanita Baga:
Kopalima.

Presiden:
Kopalima?

Juanita Baga:
Ya.
Alat kontrasepsi KB yaitu, satu, implan.

Presiden:
Sebentar, saya tanya Bu Menteri dulu. Bener, Bu?

Juanita Baga:
Yang kedua IUD.
Presiden:
Betul, Bu? Ya betul.
Sudah, sepedanya diambil.

Juanita Baga:
Makasih.

Presiden:
Di sini pintar-pintar banget. Anak-anaknya pintar, ibu-ibunya pintar. Pintar-pintar semua.

Saya ingatkan lagi. Ke depan, anak-anak kita harus sehat. Ke depan, anak-anak kita harus pandai-pandai. Ke depan, anak-anak kita harus pintar-pintar karena nanti persaingan dan kompetisi itu semakin ketat antarnegara, bukan antarprovinsi, bukan antarkabupaten, melainkan antarnegara bersaing ketat. Oleh sebab itu, harus kita jadikan anak-anak kita ini pintar-pintar, sehat-sehat.

Untuk itu, sekali lagi yang tadi saya sampaikan mengenai tambahan gizi itu betul-betul, terutama ibu-ibu, agar diperhatikan. Anak-anak nanti lahir sampai umur enam bulan, itu ASI harus penuh diberikan. Sampai dua tahun, ASI plus makanan tambahan itu harus diberikan yang baik.

Jangan dilupakan itu karena pada kurun waktu sampai dua tahun itulah anak-anak kita ditentukan. Jadi anak pintar, jadi anak sehat, itu ditentukan.
Kemudian dilanjutkan pada saat anak-anak sudah mulai balita dan pada saat menginjak sekolah.

Saya kira itu titipan yang bisa saya sampaikan. Kita ingin negara Indonesia memiliki anak-anak yang sehat dan anak-anak yang pintar untuk persaingan dengan negara-negara yang lain.

Saya tutup. Terima kasih.

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Shalom.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden