Setneg Punya Cerita: Aksi Inovasi di Lingkungan Deputi Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan

 
bagikan berita ke :

Selasa, 05 Juli 2022
Di baca 748 kali

Di era penuh disrupsi saat ini, internet of things, ditambah lagi dengan pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang luar biasa pada kehidupan keseharian kita, termasuk pola hubungan kerja, yang menjadi sangat dinamis, dan telah memaksa kita untuk bekerja lebih inovatif dan adaptif dengan mengedepankan cara-cara kerja yang kolaboratif.

 

Inovatif, adaptif, dan kolaboratif menjadi kunci bagi Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) untuk menciptakan birokrat yang andal, meningkatkan kualitas pelayanan menuju pemerintahan yang berkelas dunia, dan juga sebagai upaya agar pemerintahan saat ini tetap terus memiliki relevansi dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. 

 

Kemensetneg yang memiliki tugas menyelenggarakan dukungan teknis dan administrasi serta analisis urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara untuk membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, harus mampu menjawab berbagai tantangan tersebut dan mengubahnya menjadi peluang melalui pelbagai inovasi baik yang akan, sedang maupun telah dilakukan, salah satunya di  Deputi Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan (Dephublemmas) sebagai salah satu unit organisasi di lingkungan Kemensetneg.

 

SPACE (Setneg Punya Cerita) kali ini, kita menghadirkan Deputi Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan, Gogor Oko Nurhayoko, pada Selasa, 5 Juli 2022, yang membahas seputar inovasi yang diterapkan di lingkup organisasinya. Terkait apa saja yang disampaikan, mari kita simak hasil wawancaranya sebagai berikut:

 

 

Mengapa Iklim Inovasi Perlu Dibentuk di Lembaga Negara? 

 

Hidup di era disruptif, perubahan yang tidak bisa dibandingkan pada era sebelumnya. Seperti yang dicetus oleh futuris Amerika, Jamais Cascio, zaman ini ditandai sebagai masa BANI (Brittle, Anxious, Nonlinear, Incomprehensible) yang jika ditranslasikan: rapuh, gelisah, tidak linier, dan sulit dipahami - red. 

 

Sekarang, banyak terjadi perubahan yang tidak bisa diprediksi, dan masyarakat perlu adaptif sebagai bentuk responsnya. Seperti yang selalu disampaikan Menteri Sekretaris Negara, Bapak Pratikno, agar kita harus  “lincah” dan adaptif terhadap perubahan.

 

Sebelum memasuki inovasi, hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah keberanian. Bagaimana kita berani untuk berubah dan adaptif terhadap perubahan tersebut, sehingga kita bisa menjadikan berbagai tantangan di era penuh ketidakpastian saat ini menjadi sebuah peluang untuk meraih keunggulan.  

 

 

Apa yang Menjadikan Inovasi Sangat Penting?

 

Inovasi adalah suatu hal yang penting agar kita bisa menjadikan perubahan itu sebagai peluang untuk unggul, lebih-lebih di Kementerian Sekretariat Negara. 

 

Kemudahan adalah kata kuncinya. Saya tidak ingin inovasi yang dikembangkan justru malah menyulitkan sumber daya manusia (SDM) yang ada. Kalau Pak Menteri, tuh, tagline-nya, “Kerja itu lebih gampang, kerja itu lebih menyehatkan, dan kerja itu lebih menyenangkan, syukur-syukur menguntungkan”.

 

Termasuk juga dengan mengedepankan cara-cara kerja yang kolaboratif. Dengan bermitra, kita akan melahirkan keuntungan, seperti: inovasi yang terintegrasi dengan pekerjaan sehingga dalam pelaksanaannya akan ada growth (penumbuhan), penciptaan birokrat yang andal, yang membuat SDM menjadi unggul. 

 

Saya mengutip apa yang dikatakan Elon Musk bahwa sekarang ini adalah “sharing society” atau masa berbagi/melengkapi (ilmu). Seseorang tidak harus unggul di banyak sektor karena akan ada seorang yang lain untuk mengisinya, sehingga hasil dari pekerjaan tersebut lebih berkualitas, dalam hal ini korporasi memainkan perannya.

 

Semua itu sekarang sudah terjadi di Setneg, sudah kita terapkan, dan terus akan berproses ke arah yang lebih baik. Beberapa teman kita sudah mendapat sebagian dari hak atas perannya, dan ini yang akan kita mau bangun ke depan.

 

 

Inovasi Apa Saja yang Sudah Dilakukan oleh Dephublemmas? 

 

Yang terbaru adalah kita digitalisasi pidato kenegaraan, jika sebelumnya dicetak ke dalam bentuk buku yang nantinya dibagikan ke lembaga-lembaga negara, saat ini kita menggunakan QR code, setelah 70 tahun lebih secara manual.

 

Tak hanya itu, terdapat digitalisasi dalam urusan-urusan dengan organisasi massa, politik, dan sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut saat ini dikumpulkan ke dalam database sehingga memudahkan dalam verifikasi.

 

Terobosan lainnya, di Pengaduan Masyarakat saat ini juga sudah terdapat nomor WhatsApp yang bisa dihubungi.

 

Sekarang di Deputi Hublem menerapkan data analytics dan artificial intelligence (AI) untuk memperkuat analisis kita dan otomatis.

 

 

Apa Saja Hambatan yang Harus Dihadapi dalam Berinovasi?

 

Hambatan terbesar adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada  bahwa perubahan adalah “keniscayaan”. Kita kalau diajak bicara hal yang sifatnya terobosan, hal yang sifatnya inovatif, seolah-olah ada aturan-aturan yang menyulitkan. Kira harus siap menyesuaikan, namun bukan berarti kita lantas ugal-ugalan dan tidak tahu aturan. Kita harus cerdas dalam memaknai aturan.

 

Kalau kita tidak unggul, tidak merasa tersaingi, kita akan kalah. Kita harus bangun semangat kompetisi, sehingga inovasi menjadi sebuah hal yang harus dilakukan.

 

 

Bagaimana Cara Dephublemmas Mengatasi Hambatan yang Ada?

 

Cara menuntaskan hambatannya adalah dengan mengajak teman-teman untuk bermitra dengan korporasi. Selain itu, kita membangun suasana kerja sebagai tempat saling belajar, saling melengkapi (sharing society). 

 

Jadi, “keunggulan” itu dibangun berdasarkan suatu kapasitas spesifik masing-masing aparatur. Kita ajak mereka untuk selalu siap menghadapi perubahan agar menjadikan kita unggul. (RKS – Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
2           0           0           0           0