ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008

 
bagikan berita ke :

Selasa, 20 Mei 2008
Di baca 1148 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL
TAHUN 2008
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 20 MEI 2008

 


Bismillahirrahmanirrahim,


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,


Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, yang saya cintai dan saya banggakan.

Hari ini, alhamdulillah, kita semua dapat merayakan hari yang sangat istimewa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia : 100 Tahun Kebangkitan Nasional ! Hari ini, dengan hati yang bersih dan jiwa yang terang, kita semua berdiri tegak sebagai warga negara Republik Indonesia, sebagai bangsa ke-empat terbesar di dunia, sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, sebagai negara demokrasi ketiga terbesar dunia, dan sebagai negara dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Karena itulah, pada kesempatan yang baik ini, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menyampaikan rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pendiri dan pejuang bangsa, yang telah mengantarkan kita semua ke tingkat kehidupan bangsa yang semakin maju dewasa ini. Di awal abad ke-20, para pendiri dan pejuang bangsa menemukan gagasan politik baru yang belum pernah digali sebelumnya, yaitu nasionalisme !
Mereka menyalakan dan menyebarkan api itu, dan kemudian mengobarkannya dalam satu revolusi kemerdekaan yang paling gemilang di abad ke-20, yang kemudian melahirkan Republik Indonesia Merdeka.

Berkat perjuangan dan pengorbanan mereka, hari ini kita dapat bersatu dalam tekad dan semangat kebangsaan Indonesia, dari Sabang sampai ke Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote. “Indonesia” yang 100 tahun lalu hanya mimpi, hanya aspirasi, hanya konsep, kini telah menjadi kenyataan, menjadi jati diri kita, menjadi negara besar yang kita cintai bersama. Dan kita semua bertekad, memasuki abad ke-21 ini, Indonesia dapat benar-benar menjadi bangsa yang maju, yang kuat, dan yang unggul.

 

Saudara-saudara,


Kita sering dihantui kegamangan, keraguan dan ketidakpercayaan diri dalam menjalani kehidupan bangsa yang semakin banyak tantangan, dan dalam perkembangan dunia yang semakin kompleks. Kita bertanya, apakah perjalanan bangsa ini telah berada pada arah yang benar ? Perjalanan besar kita dari tahun 1908, tahun 1945, tahun 2008 ini, dan tahun-tahun mendatang. Kita bertanya, apakah bangsa kita bisa menjadi Negara Maju (developed nation) pada abad 21 ini? Menjadi bangsa yang terhormat, dan tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain.Kita juga bertanya, ketika sekarang ini bangsa kita sedang kembali diuji oleh krisis energi dan krisis pangan dunia, apakah kita bisa menghadapi dan mengatasinya? Terhadap ketiga pertanyaan itu, jawabannya adalah : Perjalanan bangsa kita telah berada pada arah yang benar, Indonesia bisa menjadi negara maju di abad-21, dan krisis energi serta pangan dunia ini akan bisa kita atasi. Mengapa ? Karena sejak 100 tahun yang lalu, sejak bangsa kita bangkit, kita telah menjadi bangsa yang berkemampuan, ”Bangsa Yang Bisa” ! Bisa mengubah nasib, bisa bersatu, bisa mengusir penjajah, bisa meraih dan mempertahankan kemerdekaan, dan bisa mengatasi berbagai tantangan sejarah !

 

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Bangsa kita mulai bangkit pada tanggal 20 Mei 1908, ketika organisasi Boedi Oetomo didirikan di kampus STOVIA Jakarta. Boedi Utomo merupakan suatu inovasi politik yang baru. Untuk pertama kalinya, timbul di bumi Nusantara suatu organisasi modern, dengan cara pandang yang baru dan beda. Kelahiran Boedi Oetomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi berdirinya berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat kedaerahan, politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, maupun kepemudaan.

 

Pada gelombang berikutnya, muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat Islam, dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal kebangkitan nasional, dan mencapai puncaknya pada tahun 1928, dengan bersatunya berbagai kelompok organisasi khususnya organisasi kepemudaan untuk mewujudkan suatu gerakan kebangsaan yang sejati, melalui Sumpah Pemuda : satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa – Indonesia!

 

Gerakan kaum muda tahun 1908 dan tahun 1928, menandai tonggak-tonggak awal gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Sejak itu, nasionalisme Indonesia terus berkembang, terus menjalar, dan terus berkobar di seluruh penjuru tanah air. Dengan semangat nasionalisme itulah, kita berhasil meraih kemerdekaan yang kita cita-citakan, pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, kitapun berhasil mempertahankan kemerdekaan itu dengan darah, keringat dan air mata. Kita juga berhasil menjaga keutuhan negara, dari berbagai ancaman separatisme. Kita berhasil mempersatukan kembali Irian Barat. Kita berhasil menyelamatkan ideologi Negara Pancasila. Kita berhasil keluar dari krisis moneter yang sangat berat, yang melahirkan era “reformasi”. Kita berhasil, dengan penuh perjuangan, membangun dan menghadirkan demokrasi, yang mengedepankan kedaulatan rakyat. Kita berhasil menangani dampak bencana tsunami yang maha dahsyat, dan bahkan kemudian menciptakan perdamaian Aceh yang telah bergolak selama lebih dari 30 tahun.

 

Saudara-saudara,

Mengapa kita dapat terus berdiri tegak, dan mengapa kita mampu menghadapi semua cobaan dan tantangan itu ? Mengapa kita mampu melampaui masa-masa berat itu, sementara banyak bangsa di dunia yang terpecah belah, atau runtuh, atau menjadi negara yang gagal (failed state), karena tidak mampu menahan berbagai badai perubahan jaman yang datang silih berganti ? Bangsa Indonesia dapat berdiri tegak karena, pertama, kita mempunyai semangat perjuangan yang tinggi. Kita tidak pernah mengenal menyerah, apakah itu melawan penjajahan, melawan ketidak-adilan, melawan kemiskinan dan kebodohan, serta menghadapi berbagai bencana alam.

 

Kedua, kita dapat berdiri tegak, karena kita mampu bersatu sebagai bangsa, sebagai saudara senasib dan sepenanggungan. Dari tahun 1928 sampai tahun 2008, bangsa kita selalu satu ! Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.

Dan, ketiga, kita tetap berdiri tegak karena kita selalu mampu beradaptasi di tengah arus perubahan. Setiap generasi, apakah itu generasi 1908, generasi 1928, generasi 1945, generasi 1966, generasi 1998, masing-masing mampu membaca tanda-tanda zaman, dan mampu mengikuti angin sejarah untuk kebaikan negara dan bangsa tercinta.

 

Karena itulah kita bersyukur, karena perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasional hari ini, sejatinya merupakan momentum yang mengikat anak bangsa Indonesia yang lahir di tiga abad yang berbeda: abad ke-19, abad ke-20 dan awal abad ke-21, yang terus berjuang untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Karakter dan kualitas inilah yang menjadi modal utama kita, untuk melanjutkan tahapan perjuangan bangsa kita di awal Abad ke-21 : melangkah ke depan, menuju negara maju !

 

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,


Tantangan yang kita hadapi untuk mencapai tujuan mulia ini, memang lebih berat dan lebih kompleks dari tantangan yang kita hadapi di masa lalu. Oleh karena itu, untuk menjadi bangsa yang berhasil, ada tiga syarat fundamental yang harus kita bangun dan miliki, yaitu:

Pertama, kita harus menjaga dan memperkuat kemandirian kita, karena kemandirian adalah dasar dari kekuatan, ketahanan dan kemampuan kita untuk terus maju sebagai bangsa. Kita tidak boleh memiliki ketergantungan yang tinggi, terlebih secara absolut kepada bangsa lain, kepada negara lain, kepada pihak lain, kepada dunia. Kita ingin, makin ke depan, dengan sumber daya yang kita miliki, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, teknologi, pengalaman membangun, warisan sejarah dan berbagai potensi yang ada lainnya, kemandirian kita sebagai bangsa dapat terus kita tingkatkan. Kita harus bisa menjadi bangsa yang dapat menyediakan sendiri, sebagian besar kebutuhan dasarnya. Bangsa yang tidak terjerat dalam hutang yang memberikan beban yang berat. Bangsa yang tidak didikte, baik secara politik, ekonomi, maupun militer oleh negara manapun. Dan bangsa yang memiliki kebebasan dan kemandirian dalam menjalin kerjasama internasional yang adil dan konstruktif.

 

Kedua, kita juga harus memiliki daya saing yang makin tinggi. Dalam era globalisasi yang sarat dengan persaingan dan tantangan ini, meskipun sesungguhnya juga membuka peluang dan kerjasama, bangsa yang menang dan unggul adalah bangsa yang produktif dan inovatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cerdas mengambil peluang, serta berani menghadapi perubahan.

 

Persyaratan fundamental yang ketiga adalah, kita harus mampu membangun dan memiliki peradaban bangsa (civilization) yang mulia. Itulah sebabnya, kita perlu terus mempertahankan nilai, jati diri dan karakter bangsa kita yang luhur dan terhormat. Kita perlu terus meningkatkan semangat dan ethos kerja sebagai bangsa yang kuat dan gigih, dan bukan bangsa yang lemah dan mudah menyerah. Kita terus membangun peradaban yang menghadirkan persaudaraan dan kerukunan bangsa, serta peradaban yang memperkuat tanggung jawab untuk memelihara kelestarian alam. Dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, kita dituntut untuk selalu mengedepankan cara-cara yang damai, beradab dan demokratis, bukan dengan cara-cara kekerasan dan mengabaikan pranata sosial dan pranata hukum. Kita harus menjaga ke-Indonesia-an kita, kebangsaan kita, dalam dunia yang semakin tidak menentu, semakin gaduh, semakin panas, dan semakin penuh sesak.

Dengan tiga kekuatan utama ini – kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa yang tinggi - saya yakin Indonesia akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, betapapun beratnya, apapun bentuknya dan dari manapun datangnya. Dan dengan tiga kekuatan ini pula, kelak kita akan menjadi negara yang maju dan unggul.

 

Saudara-saudara,

Dewasa ini, bangsa kita tengah menghadapi tantangan yang berat, yang semuanya berasal dari luar. Dunia kini dihantui oleh krisis pangan, krisis energi, dan ancaman resesi ekonomi. Semua ini, suka atau tidak suka, akan berdampak bagi Indonesia, karena kita adalah bagian dari sistem perekonomian dunia. Kitapun telah sama-sama merasakan persoalan yang berat ini. Namun saya yakin, kita dapat mengatasinya, jika kita terus berikhtiar mencari solusi, selalu tabah, dan tetap bersatu. Untuk itulah, menghadapi krisis energi dan pangan dunia ini, mulai sekarang dan ke depan, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, untuk terus meningkatkan ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan ekonomi kita.

 

Ke depan, apapun tantangannya, kita harus terus mempertahankan dan memperkuat tiga kekuatan bangsa tersebut : kemandirian, daya saing, dan peradaban bangsa. Insya Allah, dengan terus meningkatkan ketiga kekuatan bangsa itu, kita akan dapat melangkah maju, menuju Indonesia yang aman, damai, adil, demokratis dan sejahtera. Kita semua tahu, bahwa bangsa-bangsa besar di dunia selalu mau dan mampu secara sungguh-sungguh belajar dari sejarah masa lampaunya. Saya sungguh yakin, bahwa bagi bangsa yang besar, semakin jauh ia menempuh perjalanan sejarah, semakin dekat bangsa itu pada visi dan cita-citanya. Hari ini, 20 Mei 2008, 100 tahun setelah bangsa Indonesia bangkit, dan setelah berjuang satu abad lamanya, kita semua patut bersyukur, kita dapat mewujudkan banyak capaian dan kemajuan, yang makin mendekatkan kita pada cita-cita para pendiri bangsa. Oleh karena itu, tepat kiranya jika tema besar yang diusung dalam peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional ini adalah; “Indonesia Bisa”.

 

Sebagai bangsa yang besar, kita harus optimis menatap masa depan, karena kita hidup dalam abad ke-21 yang penuh dengan segala kemungkinan dan peluang. Bangsa kita memiliki kemampuan dan bisa mengubah nasib dan masa depan kita, serta bisa menjadi negara maju, unggul dan sejahtera. Oleh karena itu, saya mengajak saudara-saudara, marilah kita terus berjuang bersama, melangkah bersama, dan bekerja keras bersama, untuk meraih masa depan Indonesia yang gemilang. Marilah kita lanjutkan reformasi, untuk terus mengembangkan demokrasi, menegakkan hukum, membangun sistem yang bersih, menggiatkan pembangunan daerah, dan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Kepada masyarakat dunia, saya juga menyerukan dan mengajak untuk bersama-sama mewujudkan tatanan dunia yang lebih damai, lebih adil, dan benar-benar membawa kemakmuran bagi semua bangsa, dan bukan hanya bagi segelintir bangsa. Keadilan sejati pada tingkat dunia harus dapat kita wujudkan.

 

Akhirnya, marilah kita berdoa ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga bangsa dan negara kita senantiasa diberikan kekuatan dan semangat juang yang tinggi, untuk tetap kukuh sebagai bangsa, dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Sekian. Majulah Indonesia !

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih.

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara Republik Indonesia