D-8 Sepakat Tingkatkan Perdagangan

 
bagikan berita ke :

Rabu, 09 Juli 2008
Di baca 2029 kali


Kesepakatan itu diharapkan dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan bisnis negara-negara anggota D-8. ”Kemudahannya adalah keringanan pajak arus barang dan jasa bagi produk dari anggota D-8 yang sudah memiliki kandungan lokal 40%,”ujar Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda seusai mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) VI D-8 di Kuala Lumpur kemarin.

Seperti dilaporkan Wartawan SINDO, Dedi Supriyadi, dari Kuala Lumpur, pertemuan itu juga menghasilkan kesepakatan pembebasan visa bagi para pengusaha untuk masuk ke negara anggota D-8. ”Teknisnya nanti akan dibahas oleh para SOM (senior official meeting).”

”Tapi kemungkinan masing-masing Kadin atau organisasi pengusaha negara anggota memberikan 100 daftar pengusaha yang diberikan bebas visa untuk masuk ke negara-negara D-8,” ujar Menlu. Kelompok D-8 terdiri atas Indonesia, Malaysia, Iran, Mesir,Turki,Pakistan, Bangladesh, dan Mesir.Kedelapan negara itu memiliki jumlah penduduk sekitar 900 juta orang.

Ketika KTT D-8 berlangsung di Bali pada 2006, dilaporkan perdagangan negara-negara D-8 mencapai USD750 miliar dan perdagangan antarnegara D-8 sebesar USD34 miliar.Menurut statistik terbaru, total perdagangan D-8 kini meningkat hingga menjadi USD1,15 triliun dan perdagangan antarnegara D-8 mencapai USD60,5 miliar. KTT D-8 kemarin juga menghasilkan kesepakatan tentang sekretariat tetap, yakni di Istanbul,Turki, dan mengangkat Dipo Alam, warga Indonesia,sebagai sekretaris jenderal (sekjen) untuk empat tahun ke depan.

Setelah itu, sekjen diangkat berdasarkan alfabet. Sebelumnya, saat memberikan sambutan pada pembukaan KTT,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menekankan perlunya negaranegara D-8 lebih proaktif dan inovatif dalam menjalankan program dan aktivitas kerja sama di tengah globalisasi dan gejolak ekonomi dunia. Presiden SBY meminta anggota D-8 mengoptimalkan penggunaan sumber daya masing-masing negara,terutama sumber daya manusia.

Menurut SBY, anggota D-8 memiliki penduduk sekitar 900 juta jiwa sebagai pasar yang sangat besar bagi kerja sama multilateral ini. Hal ini juga didukung tenaga kerja yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan sumber daya manusia. ”Sumber daya ini diharapkan dapat memberi kontribusi penting untuk ekonomi global dan mengurangi kemiskinan,” kata Presiden.

Selain itu SBY menekankan pentingnya peningkatan peran swasta dalam meningkatkan kerja sama investasi di antara anggota D-8. Presiden melihat D-8 harus meningkatkan upaya dalam rangka peningkatan kerja sama perdagangan. Dalam kesempatan tersebut Presiden mengajak anggota D-8 memperkecil kesenjangan ekonomi di antara mereka.

”Dalam hal ini kita dapat memperbesar kerja sama perdagangan dan saling pengertian di antara kita,” tegas Presiden. KTT D-8 di Malaysia ini sekaligus dalam rangka peralihan pimpinan yang sebelumnya dijabat Presiden SBY kepada Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi untuk periode dua tahun mendatang (2008– 2010).

Selain Presiden SBY, pertemuan dihadiri beberapa kepala pemerintahan seperti Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi sebagai tuan rumah,Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, dan Perdana Menteri Pakistan Yousaf Raza Gillani. Presiden SBY mengungkapkan, selama 2006–2008, periode kepemimpinannya, telah dilaksanakan 31 kegiatan.

Kegiatan itu mencakup berbagai bidang seperti energi, perdagangan, pariwisata, penerbangan sipil, microfinance, dan kesehatan. Pencapaian yang diperoleh D-8 selama kepemimpinan Indonesia antara lain disepakatinya Rules of Origin sebagai prasyarat terwujudnya D-8 Preferential Trade Agreement (PTA).PTA merupakan hasil KTT V yang diselenggarakan di Bali pada Mei 2006.

”Sejauh ini, Preferential Trade Agreement sudah lebih maju dan masih ada dua hal yang masih dirampungkan di Malaysia,” kata Presiden SBY. Capaian besar lainnya adalah kesepakatan naskah D-8 Roadmap for Economic Cooperation in the Second Decade of Cooperation (2008– 2018) yang akan menjadi pedoman arah kerja sama D-8 untuk 10 tahun mendatang.

Menurut Presiden,Deklarasi Kuala Lumpur dan Roadmap D-8 diharapkan bisa menjadi pedoman bagi D-8 pada kerja sama dekade kedua. Kerja sama D-8 dilakukan sejak kelompok ini dibentuk di Istanbul,Turki,1997.

Pangan dan Harga Minyak

Dalam sambutan, Presiden SBY juga menyinggung tantangan anggota D-8 saat ini, yakni krisis pangan, lonjakan harga minyak dunia, dan masalah pemanasan global. SBY yakin anggota D- 8 mampu mengatasi krisis ini jika menjalankan komitmen kerja sama. Sementara itu,dalam sambutan pembukaan, PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi juga menyinggung masalah situasi ekonomi dunia saat ini, termasuk krisis pangan dan tingginya harga minyak dunia.

Dia harap dari KTT D-8 ini akan ada konsensus dan persetujuan bersama untuk mengirim pesan kepada dunia sebagai pesan bersama. ”Kita harus berbagi ide bagaimana mengatasi efek negatif dari hal ini baik untuk jangka pendek maupun panjang guna menjaga keseimbangan pertumbuhan dan pembangunan,”ujar Badawi.

Menurutnya, saat ini D-8 berada di persimpangan jalan. Selama satu dekade berdirinya D-8, upaya untuk meningkatkan ekonomi dan kerja sama perdagangan terus dilakukan. Kini saatnya anggota D-8 mencari upaya terbaik untuk meningkatkan hasil yang telah dicapai selama satu dekade sebelumnya.

Roadmap D-8 selanjutnya akan dijadikan acuan dalam melakukan hubungan kerja sama untuk dekade selanjutnya. Badawi sependapat dengan SBY, bahwa D-8 harus meningkatkan partisipasi sektor swasta dalam kegiatan D-8 untuk pertumbuhan ekonomi. Dia juga berharap D-8 memberikan prioritas proyek penemuan energi terbarukan dan pengembangan industri halal. Dia yakin D-8 Business Forum dapat segera merealisasikan hal tersebut.

Tiba di Jepang

Setelah melakukan perjalanan selama delapan jam dari Kuala Lumpur,Presiden SBY dan rombongan tiba di Sapporo, Hokkaido, Jepang, sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Presiden dijadwalkan akan mengikuti KTT G-8 Outreach Countries di Toyako, Hokkaido, pada hari ini atas undangan G-8. Presiden SBY sebelumnya mengungkapkan bahwa dalam KTT G-8 ini akan menyampaikan pernyataan sesuai kapasitasnya.Terutama agar semua negara, termasuk anggota G-8, betul- betul bisa mematuhi konsesi yang dihasilkan dalam pertemuan tentang perubahan iklim di Bali belum lama ini.

”Berangkat dari Bali Roadmap, saya tentu nanti dengan bahasa yang konkret akan mengingatkan bahwa baik negara maju maupun berkembang harus menjalankan kewajiban (masingmasing),” jelas Presiden SBY di Kuala Lumpur, Malaysia. Hal penting lain yang akan disampaikan SBY adalah masalah krisis pangan dan lonjakan harga minyak dunia saat ini.
 
 
 
 
 
Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/d-8-sepakat-tingkatkan-perdagangan.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0