Dari Batik Pacitan, Wayang Beber, Hingga Beda Batik Indonesia dan Malaysia

 
bagikan berita ke :

Jumat, 13 Januari 2012
Di baca 1155 kali

Di awal acara audiensi ini, Presiden SBY berharap ada regenerasi pembatik sehingga Batik Canting yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda dari Indonesia bisa terus dipertahankan. "Salah satu syarat agar tetap menjadi bagian dari warisan budaya dunia tak benda, harus ada keberlanjutan. Jadi perajinnya harus ada regenerasi," Presiden SBY mengingatkan.

Khusus untuk batik Pacitan, yang juga merupakan kota kelahiran SBY, Kepala Negara berpesan agar memiliki kekhasan. Misalnya dengan motif Paci karena dari situlah kota Pacitan dibangun pada masa Majapahit. "Batik Indonesia harus memiliki karakter kekhasan yang bisa secara nasional maupun kedaerahan," kata SBY.

Menurut SBY, akhir-akhir ini ekonomi kreatif berkembang dengan baik. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional juga baik. Oleh karena Pacitan punya pusat kerajinan batik, Presiden meminta hal ini untuk dikembangkan dan dapat memenuhi permintaan pasar. "Dengan demikian batik Pacitan bisa berkompetisi dengan batik manapun," Presiden menambahkan.

Presiden SBY berharap batik Pacitan dapat menjadi sesuatu yang diunggulkan di masa yang akan datang, dan dapat sejajar dengan daerah lain yang selama ini sudah dikenal corak batiknya.

Begitu juga dengan wayang beber Pacitan yang punya kaitan erat dengan Majapahit dan Bali. "Ini berbeda sekali, tidak ada budaya wayang beber sebagaimana yang berkembang di Pacitan. Tolong digali lagi itu, bagus kalau ditampilkan kembali dengan kekhasannya tapi dengan situasi sekarang," kata Presiden.

Terakhir, Presiden berpesan kepada para pembatik Ngadirojo agar tidak usah risau soal isu mana yang lebih asli antara batik Indonesia dengan Malaysia. Batik Indonesia, ujar Presiden, punya kekhasan, keindahan, dan karakter sendiri. Beda dengan batik Malaysia.

"Percayalah kalau batik kita unggul dan bisa berkompetisi dengan batik manapun di seluruh dunia," Presiden menegaskan. "Tidak keliru kalau UNESCO telah menetapkan Indonesia sebagai pemegang status warisan budaya dunia. Mari kita jaga dan pertahankan," kata SBY.

Sebelumnya, Bupati Pacitan Indartato menjelaskan bahwa pembatik Ngadirojo yang hadir dalam audiensi ini merupakan bagian dari 12 kelompok pembatik yang ada di Pacitan. Dari 12 kelompok tersebut, jumlah pekerjanya sekitar 366 orang. Setiap tahun mereka menghasilkan 8.200 lembar batik dengan nilai produksi mencapai Rp 8 miliar.

Indartato juga menjelaskan, di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Pacitan telah ada jurusan membatik. Hal ini untuk menjaga regenerasi dan menggalakkan industri batik setempat. "Mudah-mudahan nanti bisa menggantikan bapak-ibu tenaga kerja pembatik," ujar Indartato.

Usai audiensi, Presiden SBY, Ibu Ani, dan jajaran menteri KIB II meninjau gerai batik hasil para pembatik Ngadirojo yang ditampilkan di teras Pendopo Kantor Bupati Pacitan. Menteri yang hadir, antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Mentan Suswono, Menteri PU Djoko Kirmanto, Mendikbud Muhammad Nuh, Menlut dan Perikanan Cicip Soertardjo, Menpora Andi Mallarangeng, dan Seskab Dipo Alam. (dit)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

http://www.presidenri.go.id

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           1           0           0           0