Dua Seniman Bandung Sambut Jusuf Kalla

 
bagikan berita ke :

Jumat, 24 Juli 2009
Di baca 734 kali


Setibanya di Hotel Grand Preanger, JK yang mendapatkan pengawalan ketat dari petugas keamanan langsung menuju lobi hotel, untuk menorehkan kuas dan cat air di atas kanvas milik Deden dan Sambas, yang kemudian diteruskan kedua pelukis tersebut untuk dijadikan karya seni yang utuh.

Hanya dalam hitungan menit, kedua pelukis Bandung tersebut mampu menyelesaikan karyanya.

Deden Sambas, seniman Bandung yang membuat lukisan abstrak, tentang JK, mengaku senang dan bangga bisa bertemu dan mengekspresikan hatinya lewat lukisan abstrak yang hanya berbentuk bayangan manusia, peluru, garis, batu, huruf arab, dan coretan - coretan yang tidak mudah dimengerti orang awam.

"Lukisan ini bertema Manusia, maksudnya, manusia seharusnya tidak melulu mengandalkan hati yang saya gambarkan sebagai batu di lukisan itu. Manusia lebih menggunakan akal yang sering mendapatkan `wahyu` dari langit, yang digambarkan sebagai garis putus-putus ke arah vertikal, seperti pak JK yang saya gambarkan dekat dengan Tuhan," ujar pelukis yang pernah mengikuti pameran "mail art" di berbagai negara seperti Amerika, dan Italia itu.

Pelukis yang sering melukis abstrak sebagai perwujudan keprihatinan terhadap masalah sosial seperti lingkungan, politik, kebudayaan ini, menggunakan warna abu-abu, hitam dan kuning dalam lukisannya. Deden mengaku, JK-lah yang meminta dia untuk menggunakan warna tersebut.

"Tadi waktu saya tanya Pak JK warna favoritnya apa, beliau bilang warna kuning, jadi saya pake warna kuning, bukan karena saya ingin mengartikan simbol atau pesan terselubung," ujar Deden.

Berbeda dengan Deden, Rahmat Jabaril memilih untuk melukis Jusuf Kalla dengan gaya ekspresionis.

Lukisan yang berjudul "Kalah Dengan Angka," "Menang Dalam Jiwa" ini mempunyai arti yang khusus bagi pelukis yang karya-karyanya telah menyebar di beberapa negara seperti Jepang, Singapore, Italia, Austalia, Canada, German, Thailand, dan Amerika ini.

Dikatakannya, wajah JK yang ia gambarkan dalam lukisannya merupakan gabungan antara penderitaan dan perjuangan yang menjadikan seseorang tangguh.

"Artinya walaupun kalah dengan angka, tapi jiwanya tidak boleh ikut-ikutan kalah, misalnya Caleg yang kalah dengan angka terus masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ)", ujar penggagas gerakan kesenian "Gerbong bawah tanah" itu.

Penderitaan yang dimaksudkan Rahmat dalam sketsa wajah JK adalah kumpulan penderitaan nelayan, petani, buruh, yang justru menjadikan penderitaan sebagai alat untuk menciptakan jiwa yang lebih tangguh dan tahan banting.

"Siapa pun kalau tangguh pasti kuat, mau pedagang, presiden, petani, semuanya bisa jadi pribadi tangguh dan kuat,, ujar Rahmat.

Rencananya lukisan dari Deden Sambas dan Rahmat Jabaril ini akan dilelang oleh panitia. Dana hasil lelang langsung disumbangkan untuk program "Beasiswa ITB Untuk Semua".




Sumber:
http://www.antaranews.com/view/?i=1248380102&c=SBH&s=SEN

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0