Hadapi Perkembangan Perekonomian Dunia, Presiden Keluarkan Sejumlah Langkah Antisipasi

 
bagikan berita ke :

Rabu, 08 Oktober 2008
Di baca 996 kali

Sidang Kabinet yang dihadiri para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, jajaran pejabat teras Bank Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Pengusaha Swasta Nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perbankan Nasional, serta para pengamat bidang ekonomi dan keuangan, merupakan sidang kabinet pertama yang dilaksanakan setelah libur nasional Idul Fitri.

Dalam sidang tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan pimpinan Kadin berkesempatan untuk menyampaikan policy respons masing-masing menyangkut persiapan perekonomian Indonesia menghadapi krisis keuangan global. Sidang kemudian diakhiri dengan penyampaian direktif dari Presiden yang merupakan ajakan kepada semua jajaran untuk bersama-sama mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Dalam direktif yang berjudul ”Pelihara Momentum Pertumbuhan, Selamatkan Perekonomian Kita dari Krisis Keuangan Global”, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan bahwa misi bersama adalah memelihara momentum kebangkitan perekonomian nasional. Pertanyaan kritis yang muncul kemudian, apakah dampak krisis keuangan Amerika Serikat sangat serius sehingga dapat mempengaruhi Indonesia untuk kembali kepada situasi krisis ekonomi tahun 1997-1998 lalu.

”Saya harus tegaskan, insya Allah, tidak akan terjadi krisis sebagaimana yang kita alami 10 tahun yang lalu. Rasionalnya jelas, mengapa? Prakondisi, faktor pemburuk, dan isu-isu non ekonomi yang membuat krisis 1998 dulu sungguh parah sesungguhnya tidak terjadi atau tidak sama dengan keadaan tahun 2008 sekarang ini. Saya berani mengatakan seperti itu untuk kita lebih tenang, jernih berpikir, dan lebih rasional dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan,” tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

”Saya tidak mengatakan akan aman-aman saja, tetapi saya punya keyakinan apabila kita bersatu, bersinergi, dan mengatasi permasalahan ini secara bersama maka nightmare yang terjadi tahun 1997-1998, insya Allah, tidak akan terjadi”, ungkapnya lebih lanjut.

Berikut adalah 10 poin direktif yang telah disiapkan sendiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan telah mendapat masukan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla:

Pertama, semua pihak harus tetap optimis, bersatu, dan bersinergi dalam menghadapi krisis keuangan global yang dampaknya pasti akan dirasakan.

Hal ini penting untuk tetap memelihara momentum pertumbuhan dan untuk mengelola dan mengatasi dampak krisis tersebut. ”Situasi sekarang jauh berbeda dengan situasi krisis tahun 1998, kita tidak seharusnya panik tetapi tetap berpikir positif dan rasional. Mari kita jaga kepercayaan masyarakat. Ini yang melandasi dan menjadi energi dari kita semua mengatasi semua persoalan yang dihadapi. Mari kita kembali kepada hal ini manakala kita harus mengambil keputusan, resiko, dan kemudian menetapkan sejumlah kebijakan dan langkah-langkah tindakan.” papar Presiden.

Kedua, semua pihak wajib mempertahankan pertumbuhan ekonomi 6% dengan kerja keras, upaya maksimal dan kebijakan dan tindakan yang tepat.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengajak semua pihak untuk memanfaatkan dan membesarkan perekonomian domestik karena ketika terjadi krisis seperti ini, perekonomian domestik bisa menjadi sabuk pengaman. ” Sabuk pengaman kita adalah UKM, pertanian, sektor informal. Meski saya katakan tidak seburuk tahun 1998, make sure bahwa itu menjadi basis pengaman dari ekonomi kita ketika kita mengalami goncangan meski goncangan itu berawal dari luar negeri” ungkap Presiden.

Ketiga, optimalkan APBN tahun 2009 untuk tetap memacu pertumbuhan dan membangun social safety net.

Menyangkut optimalisasi APBN tahun 2009 dan pembangunan social safety net, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan beberapa hal yaitu cukupnya alokasi pembangunan infrastruktur dan stimulasi pertumbuhan lainnya, cukupnya alokasi untuk menanggulangi kemiskinan, defisit anggaran yang tepat dan rasional, serta tetap melakukan efisiensi dan pembatasan pembelanjaan konsumtif.

Keempat, kalangan dunia usaha sektor riil harus tetap bergerak meski tahun depan ekspansi dapat berkurang.

”Jika sektor riil tetap bergerak, kalangan pengusaha tetap mempertahankan kinerja, pajak dan penerimaan negara akan tetap terjaga, pengangguran tidak bertambah, serta tidak ada gelombang PHK,” tegas Presiden.

Kelima, harus cerdas menangkap peluang, opportunity, misalnya untuk perdagangan, kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain.

Keenam, mengalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik bisa makin kuat dan tumbuh.

Terkait dengan hal tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengingatkan agar semua pihak harus mencegah mengalirnya produk-produk luar negeri ke dalam negeri secara besaran-besaran yang dapat melumpuhkan produksi dalam negeri.

Ketujuh, memperkokoh sinergi dan kemitraan antara pemerintah, Bank Indonesia, jajaran perbankan, serta pihak swasta.

”Saya minta agar cegah dan hilangkan mistrust, prejudice antar pihak. Semua simpul penting dan harus berfungsi dengan baik, kalau tidak, dapat terjadi opportunity lost,” jelas Presiden.

Kedelapan, menghentikan dan mengubah sikap ego-sektoral dan memandang remeh masalah yang dihadapi.

Konflik yang tidak terselesaikan di antara lembaga pemerintah, lembaga negara, pemerintah dengan swasta dinilai Presiden sebagai hal yang sangat memalukan dan dapat menghambat momentum, serta merusak kepercayaan. Betapa pun kuatnya sebuah institusi, dia tidak akan dapat bekerja sendiri. Semua pihak memerlukan kerjasama.

Kesembilan, berkaitan dengan tahun 2008-2009 yang dianggap merupakan tahun politik dan pemilu, semua pihak diminta untuk melakukan politik yang lebih non partisan khusus mengatasi masalah-masalah ini untuk kepentingan rakyat.

Kesepuluh, mari kita lakukan komunikasi yang tepat dan bijak kepada rakyat.

”Jujurlah, jangan beri angin surga karena itu tidak akan mendidik. Cegah statement yang tidak perlu,” ungkap Presiden. Peran pers dan media massa juga dinilai sangat penting dalam hal ini, karenanya Presiden mendelegasikan kepercayaanya kepada dunia pers dan media massa untuk turut berperan membangun keberhasilan upaya dalam menghadapi krisis global. (REDAKSI)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0