"Hari Ini Kita Tahu Kita Bisa Kalahkan AIDS"

 
bagikan berita ke :

Senin, 10 Agustus 2009
Di baca 1042 kali

Badung: Di panggung terbuka Kompleks Taman Garuda Wisnu Kencana, Bali, hari Minggu (9/8) malam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka The 9th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP). Dalam acara tersebut, Presiden SBY yang hadir didampingi Ibu Negara menerima plakat penghargaan dari Masyarakat Peduli AIDS Indonesia atas komitmen kepemimpinan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

Dalam sambutannya Presiden SBY mengatakan bahwa hari ini masyarakat kita tahu lebih banyak tentang virus HIV. Tahu apa itu dan bagaimana virus itu bisa menjangkit. "Kita tahu bagaimana cara untuk melambatkan penyebaran virus itu. Dan yang terpenting, kita tahu kita bisa mengalahkan AIDS. Ini bukan lagi mengenai pertanyaan 'kalau', tapi kapan dan bagaimana," seru SBY. "Sekjen PBB Ban Ki-moon dengan tepat menunjukkan bahwa AIDS adalah salah satu dari wabah paling menghancurkan dalam sejarah. Seperti usaha-usaha yang lainnya, perjuangan melawan AIDS membutuhkan proses konstan percobaan dan kegagalan," lanjutnya.

Beberapa pelajaran yang penting bagi respon yang sukses dalam menanggulangi AIDS menurut SBY, yang pertama adalah kepemimpinan. "Cara terbaik untuk mencegah penyebaran AIDS adalah kebijakan intersektoral. Kebijakan-kebijakan itu tidak datang dengan sendirinya, mereka hanya datang dengan cara kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan, perjuangan melawan AIDS menjadi sporadis, reaktif, tanpa fokus, kurang sumber-sumber daya dan akan kehilangan tenaga. Itulah mengapa di tahun 2006 saya mendirikan Komisi Nasional Penanggulangan AIDS yang bekerja secara otonomi dan melaporkan langsung kepada saya," jelas SBY.

"Kedua, pentingnya keikutsertaan komunitas. Pemerintah sendirian tidak bisa menangani masalah AIDS, karena ini adalah virus yang tertanam sangat dalam pada kehidupan masyarakat. Masyarakat dapat menyediakan perlindungan sosial dengan menyebarkan kesadaran dengan mempromosikan strategi pencegahan, mempromosikan perawatan dengan penuh perhatian kepada pengidap HIV dan dengan bermitra dengan pemerintah," jelas SBY.

Presiden sangat senang melihat begitu banyak forum komunitas yang ikut serta dalam konferensi ini. "Sejauh ini dikatakan bahwa konferensi ini adalah partisipasi forum komunitas terbesar di dunia internasional. Inilah yang seharusnya terjadi dan kita harus terus melangkah kedepan," kata SBY. "Elemen ketiga adalah pentingnya kerjasama regional dan internasional. Ini penting karena tiap negara memiliki kapasitas dan sumber daya yang berbeda untuk menghadapi AIDS. Beberapa negara seperti Afrika mempunyai tingkat infeksi yang tinggi dengan minim sumber daya untuk mengatasi itu," tambahnya.

Keempat adalah pentingnya usaha berlanjut dan investasi besar pada usaha untuk menemukan vaksin atau penyembuhan, yang sekarang masih tetap sulit. "Ya, kita telah membuat kemajuan yang baik untuk melambatkan penyebaran AIDS. Tetapi selama kita tidak mempunyai vaksin atau penyembuhannya, kita tidak akan pernah menang secara penuh melawan AIDS. Keduanya, pemerintah dan pihak swasta harus bekerjasama untuk melakukan penelitian AIDS," ujar SBY.

"Saya senang bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, total sumber AIDS tahunan telah meningkat menjadi lebih dari 30 kelipatan, menjadi 10 milyar dollar Amerika. Uang tersebut harus dipergunakan untuk mendanai penelitian dan pengembangan. Ini adalah pertarungan yang intens. Tetapi siapapun yang memenangkan pertarungan untuk menemukan vaksin dan pengobatan, kita semua menang juga. Empat elemen ini terikat bersama oleh ancaman bersama: membangun kemitraan, bekerjasama dan berbagi sumber daya," kata SBY.

Di hadapan lebih kurang 3000 undangan, Ibu Ani sebagai duta AIDS Indonesia kemudian menyampaikan deklarasi AIDS Ambassador and Champions for Asia and the Pacific. Hadir Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menkes Siti Fadillah Supari, Mendagri Mardiyanto, Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Ketua Kongres The 9th ICAAP Zubairi Djoerban, dan President of AIDS Society in Asia and the Pacific Myun-Hwan Cho.




Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/08/09/4562.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0