Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur

 
bagikan berita ke :

Rabu, 23 November 2016
Di baca 1804 kali

"Hubungan Indonesia dengan Belanda sangat intensif dan mencakup banyak sekali bidang. Hal ini merupakan perwujudan dari kemitraan komprehensif yang telah dimiliki oleh kedua negara. Pertemuan bilateral tadi banyak membahas mengenai kerja sama ekonomi dengan fokus kepada perdagangan investasi, pengelolaan air, dan pembangunan infrastruktur maritim," terang presiden.

 

Presiden menyatakan merasa terhormat atas kunjungan yang dilakukan PM Rutte bersama dengan delegasinya ke Jakarta kali ini. Dalam siaran pers Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin disebutkan, pada  kunjungannya tersebut, PM Rutte membawa serta sedikitnya 200 pelaku usaha Belanda.

 

"Hal ini menunjukkan kepercayaan, menunjukkan trust dan komitmen pemerintah dan swasta Belanda, untuk terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia," imbuhnya.

 

Pengelolaan air dan pengembangan infrastruktur merupakan bidang kerja sama yang diprioritaskan kedua belah pihak dalam pertemuan tersebut. Terhadap dua bidang tersebut, Presiden Joko Widodo menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan kerja samanya.

 

"Kita berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama di dua bidang ini, termasuk pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung," tekannya.

 

Dalam pertemuan bilateral tersebut, Presiden Joko Widodo juga mendorong peningkatan ekspor kayu Indonesia ke Belanda. Produk kayu Indonesia diketahui telah dilengkapi dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) sebagai sertifikasi legal untuk produk kayu ekspor. Uni Eropa pun telah memberikan pengakuan terhadap produk kayu Indonesia dengan memberikan lisensi FLEGT (Forest Law Enforcement Governance and Trade) yang memungkinkan Indonesia untuk mengekspor kayu ke Uni Eropa tanpa perlu menjalani pemeriksaan di setiap pelabuhan di Eropa.

 

"Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang sudah memiliki FLEGT license. Indonesia harus menggunakan keunggulan komparatif ini dengan baik," ungkap presiden.

 

Terkait dengan perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa, Presiden Joko Widodo menerangkan bahwa Indonesia mulai bersiap untuk melakukan negosiasi dengan Uni Eropa. Sebelumnya, terkait hal tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan bahwa negosiasi akan mulai dilakukan pada awal tahun 2017.

 

"Kita juga membahas mengenai persiapan negosiasi Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Kita tegaskan hasil negosiasi CEPA harus menguntungkan rakyat kedua pihak," tegas presiden.

 

Selain itu, sebagaimana turut dilakukan kepada negara-negara lainnya, Indonesia dan Belanda sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang pemberantasan terorisme. Presiden menyebut bahwa ancaman terorisme global saat ini mengharuskan negara-negara untuk saling bekerja sama dalam menghadapi hal tersebut.

 

"Bersama PM Rutte, saya juga membahas kerja sama yang kuat untuk pemberantasan terorisme. Sebagaimana diketahui, Indonesia-Belanda telah bermitra dengan baik untuk pemberantasan terorisme di JCLEC (Jakarta Center For Law Enforcement Cooperation) yang berlokasi di Semarang. Kedua negara juga aktif bersama di Global Counterterrorism Forum," jelasnya.

 

Indonesia Mitra Penting Belanda

 

Sementara itu, PM Rutte mengatakan bahwa Indonesia merupakan mitra penting bagi Belanda. Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dianggap memiliki peran penting di kawasan dan pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kemitraan di masa depan.

 

"Ada banyak kesamaan yang mempersatukan Belanda dan Indonesia, dan banyak hal yang telah dicapai sejak kedua negara menandatangani deklarasi bersama dalam kemitraan yang komprehensif," ujar PM Rutte saat konferensi pers bersama.

 

Menurutnya, Belanda merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia di Eropa dan juga termasuk negara investor utama di Indonesia. Nilai transaksi perdagangan di antara kedua negara mencapai USD 3,2 miliar di tahun 2016.

 

"Hubungan ekonomi kita sedang berkembang dan kita akan bekerja sama lebih erat lagi di sektor antara lain di bidang hukum, keamanan, dan pendidikan," ujarnya.

 

Dalam kunjungannya kali ini, PM Rutte menunjukkan keseriusannya untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia ditandai dengan jumlah delegasi yang cukup besar. Ia membawa sejumlah ahli dari bidang pengairan dan maritim, infrastruktur, manajemen iklim, ilmu kesehatan, dan agrikultur. Tujuannya adalah tercapainya proses transfer ilmu yang bisa dimanfaatkan oleh kedua negara.

 

"Itu sebabnya saya datang kemari dengan jumlah rombongan yang besar dari berbagai perwakilan dari banyak institusi dan pebisnis. Dengan berbagi pengetahuan dan keahlian, kita berharap akan mendapatkan solusi yang terintegrasi yang dapat bermanfaat tidak hanya untuk ekonomi, namun juga kepada masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan," imbuhnya.

 

Di akhir konferensi pers, PM Rutte memberikan sebuah keris kepada Presiden Joko Widodo sebagai simbol penyerahan 1.500 artefak di The Nusantara Collection yang berada di Delft Museum.

 

PM Rutte sendiri datang ke Indonesia dalam rangka kunjungan kerja sekaligus sebagai balasan atas kunjungan Presiden Joko Widodo ke Belanda pada 22 April 2016 lalu. Mengawali kunjungannya di Indonesia, PM Rutte telah berkunjung ke Kota Semarang dan Demak, Jawa Tengah, pada Selasa kemarin. Bersama dengan pemerintah kota setempat, delegasi Belanda menjalin kerja sama di bidang tata kelola air dalam menghadapi ancaman bencana banjir. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           2           2           1