Keislaman Indonesia Menjunjung Tinggi Persatuan dan Kerukunan

 
bagikan berita ke :

Minggu, 08 Januari 2017
Di baca 863 kali

"Ini saya kira sebuah Islam Indonesia yang ingin kita tunjukkan, sehingga yang terkait dengan persatuan, kerukunan terus akan kita gerakkan, kita tunjukkan," kata Presiden usai acara.

Sementara itu, dalam siaran pers Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin disebutkan bahwa dalam sambutannya, Presiden menekankan bahwa ajaran Islam merupakan ajaran yang toleran dan menghargai kemajemukan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

"Rasul pernah membentuk kontrak politik dengan semua unsur, dengan semua komponen masyarakat melalui Piagam Madinah untuk mempersatukan, untuk kesatuan. Ini jelas sekali bahwa ajaran Islam, umat Islam menghargai kemajemukan suku, kemajemukan golongan, beraneka macamnya agama," kata Presiden.

Lebih lanjut Presiden mengatakan, keanekaragaman yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan anugerah dari Allah SWT yang patut disyukuri dan dijaga.

"Kita dianugerahi oleh Allah bermacam-macam itu anugerah yang wajib disyukuri dan harus dijaga kesatuan kita. Berbeda dengan negara lain yang hanya memiliki satu suku,  kita 700 suku, patut disyukuri. Ini kekuatan kalau kita bisa membangun kesatuannya," ujar Presiden.

Presiden juga menyampaikan bahwa kemajemukan yang dimiliki Indonesia merupakan sebuah potensi dan kekuatan untuk menjadi negara maju dan besar. Oleh karena itu, sudah sepatutnya umat Islam bersatu untuk mewujudkannya.

"Kalau kekuatan itu bisa kita satukan, kekuatan itu persatuan itu, bisa kita satukan. Tetapi kalau kita sibuk sendiri-sendiri, ribut sendiri-sendiri tidak mempersatukan kekuatan kita, tidak mempersatukan potensi kita, ya kita akan menjadi bangsa yang kalah, bukan bangsa pemenang," ucap Presiden.

Jaga Keutuhan NKRI

Presiden juga mengingatkan pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjadi tugas seluruh rakyat Indonesia.

"Tadi kita diingatkan semuanya bahwa NKRI perlu, persatuan perlu. Kesatuan dan NKRI adalah harga mati," ujar Presiden Joko Widodo

Berbagai cara dapat dilakukan masyarakat guna mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia tersebut. Salah satunya adalah dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

"Ini yang harus kita jaga. Saya senang tadi kita menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama dan pengucapan Pancasila. Terima kasih," imbuhnya.

Lebih lanjut Presiden Joko Widodo berpesan kepada masyarakat, untuk terus menjaga keanekaragaman suku, bangsa dan agama yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

"Saya ingin berpesan bahwa persatuan dan kesatuan agar terus kita jalin antar suku, antar golongan, antar komponen masyarakat, antar agama, karena kita memang berbeda-beda negara kita ini," ucap Presiden Joko Widodo.

Apalagi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, harus bisa menjadi contoh bagi dunia internasional dalam menghargai kemajemukan.

Bijak Menggunakan Media Sosial
Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga kembali mengingatkan untuk menggunakan media sosial secara bijak. Ajaran Islam yang selalu mengedepankan nilai kesantunan, kesopanan, dan budi pekerti baik harus selalu dilakukan.

"Sekarang ini ada serangan yang tidak kita rasakan, apa itu? Sosial media, semua bawa HP, gadget, info dari manapun bisa diterima tapi siapa yang bisa menyaring ini berita bohong atau benar, berita menghasut atau benar," ucap Presiden.

Untuk itu Presiden berpesan untuk selalu menyaring dan mengecek kebenaran berita yang beredar di media sosial.

"Kalau tidak di screening nanti banyak yang keliru dan akhirnya bisa memecah belah persatuan kita, ini yang harus kita jaga," imbuhnya.

Dalam acara tersebut, Presiden Jokowi juga menyempatkan diri berinteraksi dengan para santri dan memberikan hadiah sepeda kepada santri yang berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Presiden.

Turut mendampingi Presiden Joko Widodo dalam acara tersebut antara lain Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. (Humas Kemensetneg) 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0