Kemensetneg Tanamkan bijak bermedia sosial, Siswa SMP Prima Cendekia Islami Bandung Belajar tentang Generasi Muda dalam Dunia Maya

 
bagikan berita ke :

Rabu, 15 Februari 2023
Di baca 679 kali

Disambut hangat di Aula Serbaguna, Gedung III, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Rabu (15/2), Biro Hubungan Masyarakat (Humas) menerima kunjungan Siswa SMP Cendekia Islami Bandung. Agenda kunjungan merupakan salah satu program unggulan SMP Prima Cendekia Islami yang rutin diadakan setiap tahunnya. Tujuannya adalah untuk memberikan pembelajaran secara langsung kepada para siswa melalui visitasi ke objek-objek vital dan bersejarah negara.


Dalam sambutannya,  Eddy Cahyono Sugiarto sebagai Kepala Biro Humas menekankan agar para siswa bijak memanfaatkan media sosial, terlebih di era gempuran informasi yang hanya ditentukan oleh algoritme media sosial. “Pesan kami kepada adik-adik dalam bermain media sosial adalah perlunya 3S, saring sebelum share. Jadi, intinya harus benar-benar dicek apakah informasi itu benar. Kemudian, ditanyakan lagi apakah itu bermanfaat atau tidak,” ujar Eddy.


Secara singkat, Eddy menjelaskan tentang fungsi Kemensetneg dalam membantu Presiden dan Wakil Presiden menjalankan tugas pemerintahan serta tugas kenegaraan. Termasuk saat ini, di mana Indonesia berperan menyelenggarakan Keketuaan ASEAN 2023.


Hadir sebagai narasumber, Meganusa Ludvianto selaku Anggota South East Media Studies Association dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memaparkan materi tentang “Generasi Muda, Dunia Maya”. Praktisi Komunikasi itu melakukan tanya jawab seputar media sosial dan penggunaannya dalam kegiatan sehari-hari. Menurutnya, materi ini menjadi penting karena pengguna media sosial saat ini sangat banyak dan beragam.


Berdasarkan data, sebanyak 2/3 penduduk di Indonesia menggunakan media sosial. Sementara, 1/5 penggunanya adalah generasi seusia siswa sekolah (12-17 tahun). “Tanpa disadari, bermain gawai menjadi lebih sering dibanding aktivitas lain. Untuk itu, kita harus lebih bijak menggunakannya,” ucap Megan.


Lebih lanjut, Megan menerangkan media sosial yang sejatinya diharapkan mampu menjadi sumber informasi dan perantara komunikasi pun nyatanya justru menjadi media iklan bagi kalangan komersial. Oleh sebab itu, media sosial didesain untuk terus menghadirkan rasa kecanduan yang menyebabkan waktu terbuang.


Dalam kesempatan yang sama, Megan mengatakan, “Membuat konten memiliki sisi gelap jika tidak dikelola dengan baik. Kecanduan menonton konten sosial media dapat menimbulkan ketagihan dopamine (doomscrolling). Akibatnya akan sulit membedakan dunia nyata dan dunia maya, merasa FOMO (Fear of Missing Out), bahkan dewasa sebelum waktunya. Sedangkan kecanduan membuat konten dapat membuat anak ketagihan pengakuan dari eksternal sampai membuka privasi hingga mengorbankan akal sehat”.

 
Pemaparan ditutup narasumber dengan membagikan solusi mengurangi penggunaan gawai hingga mengatur waktu agar tidak kecanduan bermain media sosial. Pertama, menyadari apa yang dilakukan dengan media sosial (sesuai kebutuhan dan membatasi waktu). Kedua, lebih memilih aktivitas langsung dengan teman, guru atau keluarga. Terakhir, pengawasan dari orang tua dan guru dengan memposisikan diri sebagai teman diskusi (terbuka dengan perkembangan teknologi), bukan sebagai lawan.


Lebih dari seratus siswa tampak antusias berinteraksi dengan narasumber. Khosifan Arkadanuar Affandi merasa materi yang disampaikan bermanfaat bagi remaja seusianya. “Materinya bagus banget karena sejauh yang saya tahu, kebanyakan remaja saat ini terlalu banyak bermain handphone daripada melakukan aktivitas,” kata siswa kelas tujuh tersebut. (SYV/DEW-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0