Kenaikan Harga BBM Opsi Terakhir

 
bagikan berita ke :

Rabu, 30 April 2008
Di baca 918 kali


Presiden mengemukakan pendapatnya saat menerima pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kalangan perbankan, dan pengusaha di bidang energi serta pangan.

”Kami usul, kalau keadaan global (harga minyak) terus tak terkendali, salah satu opsi adalah menaikkan harga BBM antara 10-15 persen. Presiden menanggapi dengan hati-hati. Kenaikan merupakan opsi terakhir,” ujar Ketua Umum Kadin MS Hidayat di Jakarta, Selasa (29/4).

Dunia usaha menilai, sejumlah upaya penghematan, diversifikasi energi, dan program kartu kendali (smart card) bisa dijalankan. Akan tetapi, program-program itu tidak signifikan dengan besarnya subsidi yang harus ditanggung APBN. Dengan harga minyak mentah dunia 120 dollar AS per barrel, beban subsidi APBN mencapai Rp 260 triliun.

Menurut Hidayat, besarnya subsidi yang harus ditanggung pemerintah dengan tetap mempertahankan harga BBM menjadi bahan spekulasi dan dapat memunculkan ketidakpercayaan serta kemungkinan kaburnya dana dari Indonesia.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto mengingatkan pemerintah bahwa menaikkan harga BBM hanya untuk menutup defisit subsidi, tetapi belum akan menyelesaikan masalah.

”Menaikkan harga BBM untuk menutup defisit ibaratnya hanya mengobati sesaat. Bagaimana kalau harga minyak naik lagi? Memang, dari sisi rencana, keekonomian harga BBM yang berkeadilan tetap harus berlanjut. Tapi, dalam penerapannya subsidi harus dinikmati mereka yang tidak mampu,” kata Pri Agung.

Pri Agung menekankan, sudah waktunya ketergantungan terhadap bahan bakar fosil diakhiri, termasuk ketergantungan penerimaan negara pada migas. Selama BBM masih disubsidi, energi lain akan sulit dikembangkan.

Kemungkinan 200 dollar AS

Sebelumnya, Presiden Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Chakib Kelil memperingatkan kemungkinan harga minyak bisa menembus 200 dollar AS per barrel sebelum akhir tahun ini. Penyebab utamanya masih bersumber pada ancaman resesi Amerika Serikat.

Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah akan meminta kontraktor migas mengurangi stok minyak mentah yang mereka simpan. Saat ini sekitar 14 juta barrel minyak mentah hasil produksi dua minggu terakhir yang belum terjual dan posisinya masih di tangki penyimpanan produsen. Produsen sengaja menyetok minyak karena mengharapkan harganya naik. Namun, apabila tangki penuh, sumur-sumur sering harus dimatikan.

”Dengan posisi 14 juta barrel sama dengan 60.000 barrel per hari selama enam bulan. Stok di tempat penyimpanan akan dikurangi 50 persen saja jadi akan kami jual 30.000 barrel per hari selama delapan bulan. Wakil Presiden sudah memutuskan harga jualnya harus dengan patokan harga minyak mentah Indonesia. Maka, akan ada tambahan pendapatan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari lifting atau penjualan ini,” katanya.

Pinjaman dari ADB

Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) mengucurkan pinjaman sebesar 650 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,85 triliun untuk menutup defisit APBN-P 2008. Meski belum sepenuhnya sesuai permintaan pemerintah, pinjaman sebesar itu diperkirakan menumbuhkan kepercayaan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM.

Ketua Komite Tetap Moneter dan Fiskal Kadin Indonesia Bambang Soesatyo mengatakan, total permintaan pemerintah yang diajukan kepada ADB sebenarnya mencapai 1,1 miliar dollar AS.

Kadin memperkirakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan semakin percaya diri untuk tidak menaikkan harga jual BBM. Sebab, pinjaman itu pasti digunakan untuk membiayai defisit, sekaligus meringankan beban subsidi BBM di dalam APBN-P 2008.
 
 
 
 
 
Sumber:
http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/04/30/0039156/kenaikan.harga.bbm.opsi.terakhir

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0