Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Mengenai Penjelasan Zona Daerah Terkait Covid-19

 
bagikan berita ke :

Rabu, 24 Juni 2020
Di baca 525 kali

Istana Merdeka, Jakarta
 
 
 
 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Bapak/Ibu, dan Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,
Kita harus menyadari bahwa ancaman Covid-19 ini belum berakhir bahkan beberapa hari terakhir ini, penambahan kasus positif Covid-19 masih meningkat di beberapa daerah dan 1, 2, 3 provinsi masih tinggi angka positifnya. Masyarakatlah yang berperan besar dalam menekan jumlah kaus dan mencegah penyebaran Covid-19. Untuk itu, meskipun sudah berkali-kali saya sampaikan, saya mengajak masyarakat untuk disiplin mengikuti dan mematuhi anjuran-anjuran yang sering kita sampaikan, gunakan masker, sering cuci tangan, jaga jarak yang aman, dan hindari kerumunan.

Saya minta juga agar masyarakat saling mengingatkan untuk disiplin dalam menerapkan protokol Kesehatan. Ini yang harus terus kita lakukan, harus menjadi kebiasaan baru kita. Pandemi ini juga mendorong kita untuk membangun sebuah sistem informasi yang terintegrasi, kita sudah punya yang namanya Bersatu Lawan Covid  (BLC) dan sistem ini menjadi navigasi negara kita Indonesia dalam memahami perkembangan Covid-19 yang sangat dinamis setiap harinya, setiap minggunya, setiap bulannya. Dan melalui sistem ini, kita bisa menentukan zonasi tingkat penularan Covid dengan sistem ini juga kita bisa mengetahui berapa kabupaten, berapa kota, berapa provinsi yang berubah statusnya, dari hijau menjadi kuning, dari hijau menjadi oranye, dari hijau menjadi merah. Atau sebaliknya, berubah dari merah menjadi oranye, dari merah jadi kuning, dan dari merah menjadi hijau. Dan saya sangat mengapresiasi gubernur, bupati, wali kota, satuan gugus tugas di daerah yang telah berhasil menekan kasus di daerahnya, menekan angka kematian di daerahnya.

Dengan sistem informasi yang terintegrasi tadi, kita memiliki data-data dan setiap kebijakan-kebijakan yang kita lakukan, selalu berdasarkan pada data sains, selalu juga meminta saran kepada para scientist, para ahli ilmu pengetahuan, seperti apa metode yang digunakan dan data-data yang ada segera akan dijelaskan oleh Profesor Wiku Adisasmito, beliau adalah seorang guru besar yang mendalami kebijakan kesehatan terutama sistem kesehatan dan penanggulangan penyakit infeksi. Dan juga Doktor Dewi Nur Aisyah, beliau adalah doktor ahli di bidang epidemiologi dan informatika penyakit menular, (pendidikan) doktor dan masternya dari Inggris.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. 
Saya persilakan Prof. Wiku, Dr. Dewi, untuk menyampaikan.

Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc. Ph.D.:
Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo yang kami banggakan.


Izin kami ingin menyampaikan tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) menuju masyarakat produktif dan aman Covid. Next slide. Kita tahu bahwa ancaman di dunia terhadap disease of tomorrow, penyakit menular baru, cukup banyak. Sejak tahun 2004, ada 4 penyakit baru yang menimbulkan korban puluhan juta di dunia, dan ini mengenai seluruh dunia termasuk Indonesia maka dari itu, bangsa Indonesia harus bersiap-siap untuk menghadapi ini untuk masa yang akan datang.

Selain dengan Covid-19 ini, kita mengalami masalah tingginya risiko penyakit menular dan beban penyakit tidak menular ditambah dengan tidak memiliki navigasi dalam data yang terintegrasi dan valid dan masih terfokus pada kuratif dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di seluruh dunia dan ada ketergantungan terhadap produk alkes (alat kesehatan) dan obat luar negeri menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. 

Dengan kondisi seperti itu, telah diputuskan oleh presiden untuk membuat Gugus Tugas dengan satu komando yang dipimpin oleh presiden dan menunjuk Letjen TNI Doni Monardo untuk meng-komando-i koordinasi lintas sektor untuk bergerak bersama-sama sehingga kami harusnya mampu untuk menangani ini dengan baik. 

Penanganan Covid ini mulai dari strategi, struktur, sistem, scalespeed, dan target kita ingin memastikan bahwa mengedepankan preventif promotif, strukturnya dari pusat sampai dengan daerah, manajemen penanganannya berbasis gotong royong, dan kepakarannya dari berbagai bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi, ekonomi, dan lain-lain, dan speed karena seluruhnya terstruktur sampai dengan daerah. Intinya adalah yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat harus sembuh, dan yang sakit diobati sampai sembuh.

Pendekatan yang selama ini dilakukan kuratif pada saat awalnya sekarang sudah bergeser kepada preventif promotif dengan harapan lebih hemat, efektif, efisien, dan berkelanjutan karena kita tidak tahu sampai kapan kita akan berhadapan dengan penyakit ini di dunia.

Dengan kebijakan yang sudah dibuat oleh pimpinan pemerintah Indonesia, ada tahapan-tahapan untuk membuka bertahap menjadi masyarakat produktif dan aman Covid dan terlihat dari kebijakan ini, posisi Indonesia dibanding dengan negara lainnya, ternyata secara ekonomi dan secara kesehatan, kita tidak lebih buruk daripada yang lainnya bahkan kita relatif netral di sana. Ini adalah modal kita untuk maju ke depan dan kalau kita lihat peta zonasi sejak tanggal 31 Mei sampai dengan 21 Juni 2020 yang lalu, terlihat bahwa daerahnya dari 46,7 persen yang berisiko rendah dan hijau ternyata turun menjadi 44 (persen) dan naik terus 52 persen, 58,3 persen sekarang. Jadi relatif hampir 60 persen daerah di Indonesia, kondisinya, risikonya rendah dan hijau. Dan untuk itu, beberapa sektor yang aman sudah mulai dibuka.

Peningkatan pelaporan jumlah rumah sakit meningkat drastis dalam waktu 3 bulan dari 250 menjadi 1.687 rumah sakit, datanya terkumpul menjadi satu. Sebaran rumah sakitnya juga makin meningkat menjadi 800 rumah sakit rujukan nasional dan provinsi, semuanya terhubung datanya dengan surveillance dan laboratorium (lab) secara otomatis. 

Kalau dilihat, kemampuan laboratorium Indonesia meningkat drastis dari satu lab rujukan, pada hari ini sudah 220 lab rujukan dengan total sampel pada saat awalnya di bawah 1.000 (sampel) dan sekarang sudah mendekati 20.000 (sampel) per hari kemampuan tesnya dan ini adalah 11 kementerian/lembaga yang mengepalai dari lab-lab tersebut di Indonesia. Ini adalah prestasi yang luar biasa, kerja sama lintas sektor untuk menjadikan kekuatan Indonesia.

Kalau kita lihat kemandirian bangsa, kita memiliki hal yang paling lemah adalah waktu awalnya adalah APD (alat pelindung diri) untuk mengamankan tenaga kesehatan dan ternyata dalam waktu singkat, akhirnya Indonesia mampu memiliki produk dengan bahan baku dalam negeri, diproduksi di dalam negeri dengan kemampuan yang cukup besar dari seluruh yang ada ini dan namanya INA United, ini adalah kebanggaan bangsa Indonesia yang akan melindungi bukan hanya bangsa Indonesia tetapi juga bangsa di dunia sebagai alat diplomasi dan nantinya akan ada masker. 

Kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat harus kita ubah menjadi ketahanan kesehatan masyarakat yang makin meningkat. Untuk itu, perilaku dengan disiplin yang baik dan kolektif itu harus tinggi agar protokol kesehatan dijalankan, dengan demikian kita bisa mengubah posisinya menjadi lebih baik. 

Untuk itu, supaya tidak terpapar Covid-19, kita pastikan perubahan perilaku, ini adalah hal yang kunci. Hidupnya harus lebih bersih, disiplin protokol (kesehatan), dan untuk daerah supaya tidak terkapar oleh PHK (pemutusan hubungan kerja) masyarakatnya, ada suatu proses yang tidak kita lakukan, tergesa-gesa, atau semena-mena. Kita lihat dari kondisi data kesiapan dari setiap daerah. 

Ini adalah proses untuk melakukan pengaktifan kegiatan sosial ekonomi mulai dari prakondisi, timing, prioritas, koordinasi pusat-daerah, dan monitoring evaluasi yang dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah pusat dan daerah yang berupa konsultatif dan kita melihat kesiapannya untuk mulai aktivitas sosial ekonomi. 

Apa yang dilakukan selama 3 bulan? Ternyata bangsa Indonesia mampu untuk memiliki rumah sakit-rumah sakit yang lebih banyak dengan rumah sakit darurat di berbagai tempat, perhatian yang lebih banyak, kita memiliki ventilator, vaksin pengembangannya, dan APD overall, dan PCR-nya mobile juga kita memiliki, dan rapid test-nya. Ini adalah tahap inovasi yang sudah mulai komersial di Indonesia. 

Bagian yang penting adalah ternyata daerah-daerah tertentu di Indonesia mampu meredam Covid-19 ini menjadi zona hijau yang dulunya mereka masih zona kuning. 38 daerah ini terutama di Provinsi Aceh ada lima daerah: Aceh Barat Daya, Pidie, Simeuleue, Gayo Lues, Bener Meriah. Di Sumatera Utara ada Toba Samosir, Labuhanbatu. Kemudian di Provinsi Sumatera Barat ada kota Padang Panjang, Pariaman, dan Solok. Di Riau ada Indragiri Hulu, Pelalawan, Rokan Hulu, Siak, Kota Dumai, Kampar. Di Jambi ada Bungo Tebo. Di Bengkulu ada Mukomuko, Seluma. Di Lampung ada Tulang Bawang, Pringsewu, Tulang Bawang Barat. Di Kepulauan Riau ada Karimun. Provinsi Jawa Tengah ada Wonogiri dan Pekalongan. Di DKI Jakarta ada Kepulauan Seribu. NTB (Nusa Tenggara Barat) ada Kota Bima. Provinsi Sulawesi Tenggara ada Muna Barat. Provinsi Sulawesi Tengah ada Banggai Kepulauan. Sulawesi Selatan ada Kota Palopo. Di Sulawesi Barat ada Mamuju Utara dan Majene. Di Provinsi Maluku ada Pulau Taliabu. Di Provinsi Maluku Utara ada Buru Selatan. Di Provinsi Papua ada Mamberamo Tengah. Provinsi Papua Barat ada Teluk Wondama dan Manokwari Selatan. Ini adalah para…keberhasilan ASN (Aparatur Sipil Negara) pimpinan daerah mengamankan masyarakatnya dan bisa menekan kasus…kasus-kasus baru dan tidak ada yang meninggal di sini. Ini adalah prestasi yang luar biasa. 

Semua itu bisa dilakukan karena kami sekarang memiliki Bersatu Lawan Covid yang tadi sudah dijelaskan oleh Bapak Presiden sebagai alat navigasi kita untuk bisa mengendalikan daerah mana yang siap untuk memulai aktivitas sosial ekonomi dengan aman dan tetap menjaga keselamatan manusia. Untuk itu, selanjutnya, mohon izin, untuk bisa meminta kepada dokter Dewi, menjelaskan sistem informasi terintegrasi. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dewi Nur Aisyah, S.K.M., M.Sc, Ph.D., DIC.:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang kami hormati, Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Presiden Joko Widodo,

Izinkan saya untuk melanjutkan paparan yang sudah disampaikan oleh Profesor Wiku terkait dengan satu data Covid-19 Indonesia yang sudah bisa kita lihat di dalam sebuah sistem informasi terintegrasi yang kita beri nama Bersatu Lawan Covid.

Sebagaimana sudah kita ketahui, data memiliki peran yang sangat krusial atau peran kunci dalam rangka pengambilan kebijakan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebagaimana sudah diarahkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada pertengahan April 2020 bahwa seluruh data dan informasi terkait dengan Covid-19 harus masuk ke dalam Gugus Tugas.

Oleh sebab itu, Gugus Tugas sejak pertengahan Maret 2020 sudah mengembangkan sebuah sistem informasi terintegrasi yang kita beri nama sistem Bersatu Lawan Covid dengan tujuan utama untuk mempercepat alur pelaporan data dari daerah sampai dengan pusat dan menginformasikan kepada masyarakat terkait dengan daerah-daerah rawan yang ada di Indonesia.  

Seluruh data kesehatan ini dikumpulkan melalui puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan, dan laboratorium masuk ke dalam sebuah sistem yang kita bilang Bersatu Lawan Covid dan data ini, kita olah, kita cleaning, kita analisis, dan hasilnya kita keluarkan dalam bentuk grafik dan informasi di mana seluruh pemerintah provinsi atau pemerintah daerah dapat melihat data tersebut dalam satu dashboard analisis yang sama dengan Gugus Tugas atau pemerintah pusat sehingga penghitungan indikator kesehatan, berapa data-data kesehatan yang ada di sana, dan perkembangan kasusnya juga dapat dilihat bersama menggunakan satu data yang sama sehingga terjadi peningkatan interoperabilitas antara tingkat di pusat maupun daerah dan seluruh data-datanya dapat diakses oleh Gugus Tugas pusat dan daerah, kementerian dan lembaga, gubernur, bupati, wali kota, sampai dengan dinas kesehatan.

Sampai dengan hari ini, fungsi utama Bersatu Lawan Covid adalah sebuah integrator atau mengintegrasikan semua data, baik data-data kesehatan maupun nonkesehatan. Sampai dengan hari ini kita telah memiliki lebih dari 76.000 data penyelidikan epidemiologi, 245.000 data-data pasien Covid yang terdapat di rumah sakit, 380.000 data-data pemeriksaan laboratorium, begitu juga dengan data logistik, data mobilitas penduduk yang sama-sama bisa kita lihat saat dalam satu dashboard yang sama.  

Sistem Bersatu Lawan Covid merupakan sebuah hasil dari buah kolaborasi dan koordinasi yang sangat baik antara seluruh komponen yang berada di dalam Gugus Tugas.  

Kita menggunakan teknologi sebagai pendukung utama, dimulai dari integrasi big data, penggunaan otomasi dengan machine learning, ada advanced analysis yang kita keluarkan untuk masyarakat sehingga terdapat informasi untuk sama-sama melihat Indonesia tengah berada di mana dan sejauh apa kita sudah mampu berkembang dan bergerak untuk Indonesia.

Ini adalah contoh terkait dengan lokasi kecamatan rawan berdasarkan jumlah ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), dan pasien positif yang ada di Indonesia, kita petakan sampai dengan level kecamatan.

Kemudian ini adalah contoh dashboard yang kita miliki, biar running. Ini adalah sebuah video, kita bisa melihat data-data Covid dari laboratorium, ini pergerakannya secara kumulatif bisa kita lihat di sini, data pasien positif berdasarkan gejala dan juga kondisi penyerta, kemudian kita bisa melihat berdasarkan usia dan jenis kelamin, apakah yang dirawat berapa banyak yang usianya tua, lansia, atau laki-laki atau perempuan, apakah tenaga kesehatan atau bukan, jenis pekerjaan utamanya apa, pemeriksaannya apakah menggunakan nasofaring, orofaring, sputum, apakah WNI (warga negara Indonesia) atau WNA (warga negara asing), kontak wilayahnya apakah pernah ke luar wilayah, ke mana saja pernah bergerak, data rumah sakit kapan mulai masuk dirawat di rumah sakit dan apakah dirawat di ruang isolasi atau di rumah sakit, kemudian kita juga melihat insiden kumulatif per satu juta penduduk, kemudian kita juga dapat melihat provinsi mana yang memiliki angka kematian tertinggi dibandingkan angka kesembuhannya, ini bisa kita lihat provinsi-provinsinya dan kita lihat juga angka nasionalnya.  

Selain data surveilans, kita juga memiliki data rumah sakit yang terkumpul di lebih dari 1.687 rumah sakit di seluruh Indonesia dengan angka yang sama untuk melihat perkembangan OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP, PDP, pasien positif, kontak perjalanan maupun kontak erat.  

Kita juga memiliki tadi sudah disebutkan, terkait dengan mobile aplikasi Bersatu Lawan Covid untuk memantau pergerakan atau mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain.

Ini adalah salah satu contoh analisis yang kita keluarkan terkait dengan penambahan jumlah kasus tapi di sini kita coba lihat terkait dengan positivity rate, kita ingin melihat laju penularan itu sejauh mana terjadi di Indonesia. Kalau misalnya kita lihat ada grafik yang pertama, ini pada pertengahan Mei, tanggal 11 sampai 17 Mei terdapat 26.000 orang yang diperiksa dan yang positif adalah 13 persen. Semua orang kadang sekarang bingung, kenapa kita angkanya hariannya bertambah besar per pekan kemarin sampai dengan tanggal 21 Juni, dalam satu minggu kita melakukan pemeriksaan 53.000 orang diperiksa. Dari 26.000 pada pertengahan Mei naik menjadi 53.000. Tapi kita lihat positivity rate-nya, 13 persen dan 14 persen. Artinya apa? Laju penularannya masih sama di Indonesia. Kita tidak bisa bilang bahwa kondisinya memburuk, tidak. Kondisinya sama tapi dengan testing yang lebih baik, testing yang lebih banyak, kita bisa mengisolasi pasien-pasien yang dapat berpotensi menularkan kepada orang-orang yang kelompok rentan sehingga ini adalah bentuk pencapaian yang harus kita pahami bahwa tidak hanya jumlah kasus yang kita lihat tapi berapa juga jumlah pemeriksaan yang kita lakukan. Kita bisa melihat provinsi dengan jumlah terbanyak kasus maupun peningkatan mingguannya, di sini pemerintah pusat dapat melihat, oke dalam waktu satu minggu dibandingkan dengan pekan sebelumnya, provinsi mana yang mengalami peningkatan kasus lebih tinggi. Contohnya adalah Kalimantan Tengah naik 97 persen dari 90 menjadi 178, dashboard-nya sama, kita bisa melihat provinsi mana dengan kenaikan kasus sehingga ada alert yang bisa kita sampaikan kepada pemerintah daerah. 

Ini adalah angka kematian, kita melihat kematian bukan hanya berdasarkan jumlah tapi juga harus berdasarkan jumlah positif yang ditemukan pada lokasi tersebut maupun berdasarkan jumlah penduduk. Karena kalau dari jumlah penduduk, DKI Jakarta untuk provinsi, menempati peringkat pertama. Yang kedua adalah Kalimantan Selatan, ketiga Jawa Timur, keempat Sulawesi Selatan, dan yang kelima adalah Banten.  

Untuk membuat analisis yang jauh lebih detail, kita akan melihat di level kabupaten/kota. Kita bisa melihat kota mana dengan jumlah penduduknya. apakah kasus tersebut tinggi di daerahnya. Untuk peringkat pertama adalah Jakarta Pusat tapi yang kedua adalah Kota Jayapura. Kita harus memperhatikan jumlah penduduk sebagai bagian yang harus kita hitung untuk melihat tingkat laju penularan dalam masyarakat. Ketiga Surabaya, keempat Banjarmasin, kelima Kota Mataram. Tapi jangan lupa juga, untuk ada daerah-daerah yang sudah terdampak namun ternyata kasusnya rendah, contohnya paling pertama adalah Kabupaten Tegal, Blora, Lebak, Aceh Utara, dan Rokan Hulu adalah 5 kabupaten dengan insiden kasus terendah meskipun sudah terdampak.

Untuk angka kematian, kita juga akan lihat berdasarkan jumlah per 100.000 penduduk, kita bisa lihat yang pertama adalah Kota Surabaya, kedua Banjarmasin, ketiga Manado, keempat Jakarta Pusat, dan yang kelima adalah kota Makassar. Ini adalah PR (pekerjaan rumah) kita bersama dan monitoring kita bersama, bagaimana kita dapat bergerak menuju perbaikan untuk daerah-daerah yang memiliki laju penularan tinggi.

Tadi sudah disampaikan bahwa kita menggunakan data-data tersebut yang sudah saya sampaikan, ada data kematian, data kasus, data orang sembuh, data dirawat di rumah sakit, kita akan menggunakan indikator kesehatan masyarakat untuk memetakan zona risiko daerah. Next. Ada 15 indikator utama yang kita gunakan dengan 11 indikator epidemiologi, 2 indikator surveilans kesehatan masyarakat, dan 2 indikator pelayanan kesehatan.

Data-data yang sudah dikumpulkan dalam satu dashboard yang sama, kita akan berikan scoring, kita beri bobot lalu kita kategorisasikan. Ada 4 zona warna di sini, zona risiko tinggi, risiko sedang, risiko rendah, dan tidak ada kasus. Untuk zona warna hijau, per pekan ini, kalau dulu kita hanya memasukkan untuk daerah kabupaten/kota yang tidak terdampak, kita tambahkan sekarang untuk tadi yang sudah disebutkan oleh Profesor Wiku, ada daerah kabupaten/kota yang mungkin pernah terdampak namun dalam 4 minggu terakhir tidak ada penambahan kasus sama sekali dan angka kesembuhan mencapai 100 persen. Ini adalah bentuk walaupun sudah terdampak namun pemerintah daerah bisa menekan laju penularan yang terjadi di daerahnya.

Ini adalah update per tanggal 21 Juni 2020 di mana terdapat 112 kabupaten/kota tidak terdampak atau tidak ada kasus baru, 188 kota kabupaten/kota dengan risiko rendah, 157 kabupaten/kota dengan risiko sedang, dan 57 kabupaten/kota dengan risiko tinggi.

Jika kita lihat perjalanannya, ini mulai dari per akhir Mei sampai dengan per tanggal 21 Juni, kita bisa memonitor perkembangan kabupaten/kota, dari mulai tidak terdampaknya 46,7 persen sampai dengan terakhir kita mampu mendorong kabupaten/kota, sama-sama bergerak untuk Indonesia sehingga 58,37 persen termasuk dalam kabupaten/kota yang tidak ada kasus dan memiliki risiko rendah. Next.

Maka, terakhir saya ingin menyampaikan, laboratorium memegang peran kunci dalam pelaporan konfirmasi kasus kepada Gugus Tugas, pemerintah daerah ujung tombak pelaporan dan penanganan kasus Covid yang ada di daerahnya, kolaborasi lintas sektor menentukan kecepatan dan kualitas penanganan Covid-19, pencatatan data yang cepat, lengkap, dan akurat merupakan…memiliki peran penting dalam menghasilkan informasi yang kredibel dan yang terakhir, integrasi data adalah kekuatan utama dalam melawan Covid-19 di Indonesia.

Terakhir, saya ingin menyampaikan Indonesia adalah bangsa yang besar dan berjaya dengan gotong-royong, kekompakan, solidaritas antarmasyarakatnya sebagai modal utama. Bersama kita saling menjaga, bersatu kita bisa. Sekian dari saya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Presiden RI:
Terima kasih, Prof. Wiku, Dr. Dewi. Tadi sudah sangat jelas apa yang disampaikan oleh beliau. data-data yang kita miliki ini sangat komplet dan dari data-data itulah kita memutuskan kebijakan-kebijakan. Sebuah daerah yang ingin masuk ke new normal juga melalui tahapan-tahapan data yang kita lihat. Prakondisinya seperti apa kemudian setelah prakondisi, timing-nya kapan kemudian juga prioritasnya di sektor apa, semuanya berdasarkan data-data yang kita miliki. Tadi sudah dijelaskan data-data yang ada dan kita semakin optimis karena datanya semakin baik, tetapi juga kita harus tetap waspada. 

Saya ingin mengulang lagi, Indonesia adalah bangsa yang besar dan berjaya dengan gotong-royong, dengan kekompakan, dengan solidaritas antarmasyarakat sebagai modal utama. Bersama kita saling menjaga, bersatu kita bisa.

Saya tutup. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.