KETERANGAN PERS PRESIDEN RI PADA ACARA PEMAPARAN EVALUASI KREDIT USAHA RAKYAT, 5 DESEMBER 2008

 
bagikan berita ke :

Jumat, 05 Desember 2008
Di baca 929 kali

KETERANGAN PERS
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
 ACARA  PEMAPARAN EVALUASI KREDIT USAHA RAKYAT
DI GEDUNG BRI
 TANGGAL 5 DESEMBER 2008

 

Bismillahirrahmanirrahim,


Saudara-Saudara para wartawan yang saya cintai,

 

Saya baru saja memimpin rapat koordinasi untuk mengevaluasi pelaksanaan dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang kurang lebih satu tahun yang lalu kami luncurkan. Dalam rapat evaluasi ini disamping para menteri terkait, juga dihadiri oleh pimpinan bank-bank pelaksana dan unsur yang lain, dan juga dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia. Dalam rapat evaluasi ini telah kami rumuskan berbagai upaya penyempurnaan dan perbaikan agar pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang tahun ini berjalan dengan baik menjadi lebih baik lagi. Sebelum saya sampaikan apa saja yang hendak kita lakukan di tahun depan, perlu saya sampaikan kepada Saudara-Saudara semua untuk diteruskan kepada seluruh rakyat Indonesia dan segenap komponen bangsa tentang langkah-langkah lanjutan yang pemerintah lakukan untuk meminimalkan atau mengurangi dampak dari resesi ekonomi global, termasuk dampak dari krisis keuangan global yang terjadi dewasa ini.

 

Saudara-Saudara mengetahui, dan di berbagai kesempatan saya sampaikan, dunia, banyak negara yang telah benar-benar mengalami resesi ekonominya. Akibatnya, pasar yang tersedia pada tingkat dunia, baik pasar tradisional bagi penjualan, bagi ekspor barang-barang Indonesia, termasuk pasar-pasar baru, itu mengalami penyusutan, penciutan, penurunan dari pembelian terhadap produk barang dan jasa kita. Tentu saja ini berakibat kepada sektor riil kita yang apabila tidak kita carikan jalan keluarnya, tentu juga akan berakibat terjadinya pemutusan hubungan kerja atau pengangguran-pengangguran baru.

 

Saudara juga mengikuti ramalan dari berbagai institusi internasional. Bahwa angka pengangguran, unemployment seluruh dunia akan meningkat tajam, ada yang menyebut bahkan bisa mencapai 20 juta pekerja di seluruh dunia. Tentu saja karena tidak ada satu pun negara yang kebal, yang immune, yang tidak terdampak dari resesi perekonomian dan krisis keuangan global ini, maka negeri kita pun tentu dalam skala tertentu akan mengalaminya. Yang kita lakukan sekarang ini, dengan berbagai kebijakan, dengan berbagai program, dan berbagai langkah-langkah, baik di pusat maupun di daerah di seluruh tanah air adalah untuk melakukan upaya apa saja, sekali lagi, untuk meminimalkan dampak yang tidak baik itu terhadap perekonomian kita.

 

Di kesempatan yang lalu saya mengatakan bahwa cara menjaga sektor riil agar tetap bergerak, meskipun saya tahu ada yang mendapatkan pengaruh dari krisis global ini dan bagaimana upaya kita untuk mencegah gelombang PHK yang berlebihan adalah dengan cara menjalankan aktivitas ekonomi, proyek-proyek pembangunan yang bisa menyerap tenaga kerja, menyerap tenaga kerja yang dulunya menganggur atau menampung tenaga kerja akibat PHK atau pengangguran-pengangguran baru. Yang pemerintah lakukan adalah melakukan ekspansi fiskal yang ada dalam APBN kita dan tentunya APBD, termasuk melakukan proyek-proyek pembangunan infrastruktur, baik yang sudah kita rencanakan di tahun 2009 ini, maupun proyek-proyek baru yang tengah kita kembangkan dan persiapkan agar lebih banyak lagi nanti lapangan kerja yang terserap.

 

Tentu bukan hanya yang berasal dari APBN, APBD atau yang disebut dengan ekspansi fiskal. Saya juga berharap, dunia usaha, dan yang telah saya komunikasikan dengan dunia usaha, dan saya juga menangkap keinginan dari dunia usaha untuk bersama-sama agar bersama pemerintah mengatasi persoalan ini, mereka juga akan mengembangkan proyek-proyek atau usaha-usaha ekonomi yang juga bisa menampung tenaga kerja sebagaimana yang saya sebutkan tadi, pembangunan infrastruktur.

 

Saudara-Saudara,

 

Saya melihat tidak cukup dengan itu. Kita punya pengalaman sepuluh tahun yang lalu ketika perusahaan-perusahaan besar berjatuhan, collapse, yang menjadi penyangga selamatnya ekonomi kita untuk tidak terjatuh habis waktu itu adalah yang disebut usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan koperasi. Mereka lah yang sesungguhnya betul-betul menjadi safety belt, sabuk pengaman dalam perekonomian kita di kala krisis. Oleh karena itu, sekarang ini pun, meskipun insya Allah krisis yang kita alami tidak separah, tidak seburuk krisis sepuluh tahun yang lalu, tetapi karena sudah terbukti bisa menyelamatkan perekonomian kita, ke depan, utamanya tahun 2009, tahun 2010 kita harapkan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi bisa tetap bertahan dan harapan kita justru akan kita kembangkan.

 

Tujuan dari Kredit Usaha Rakyat yang tahun lalu kita berikan semacam dana jaminan 1,4 trilyun yang itu setara dengan 14 trilyun kita harapkan bisa kita salurkan kepada masyarakat dan tahun depan akan kita pertahankan dan kalau bisa bisa kita tingkatkan lagi adalah agar benar-benar ada modal yang mengalir kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi sehingga bukan hanya tetap hidup, syukur-syukur bisa lebih berkembang sehingga bisa lebih menyerap atau mengadopsi tenaga kerja yang baru. Ini juga langkah yang strategis, yang saya anggap sebagai jalur kedua, second track, untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan menghidupkan sektor riil di negeri ini.


Saudara-Saudara,

 

Dari penjelasan saya itu, maka pemerintah berharap sektor riil terus dapat kita jaga, meskipun tentu tidak kita bisa elakkan pengaruh-pengaruh dari resesi ekonomi global. Kemudian, di kesempatan yang baik, saya mengulangi sekali lagi seruan kepada seluruh rakyat Indonesia, terutama bagi para saudara-saudara kita yang memiliki kemampuan sesungguhnya untuk juga mengkonsumsi barang dan jasa yang diproduksi oleh ekonomi di dalam negeri kita. Maksud saya, biarkan geliat kegiatan sehari-hari tetap mengalir, biarkan aktivitas ekonomi kemasyarakatan di negeri ini, di seluruh Indonesia juga tetap berjalan karena saya yakin di antara kita masih banyak yang memiliki kemampuan untuk berbelanja, entah barang, entah jasa, entah makanan, entah pakaian, entah perabotan, entah handycraft, yang diproduksi di dalam negeri. Nah, kalau itu kita pelihara maka tentu pergerakan ekonomi akan terjadi, sektor riil juga masih bisa berjalan. Artinya, barang dan jasa yang diproduksi oleh industri atau unit-unit usaha di dalam negeri akan tetap hidup karena apa yang dihasilkan bisa dikonsumsi dan dibeli oleh kita semua.

 

Inilah yang saya harapkan business as usual dalam artian positif. Tidak perlu kita mencekam semuanya, berhenti berbelanja sama sekali padahal mereka punya kemampuan. Jangan. Mari kita jaga kehidupan perekonomian di negeri ini dengan cara mengkonsumsi barang-barang yang bisa kita konsumsi, dan prioritaskanlah, utamakanlah untuk mengkonsumsi produk-produk dalam negeri.

 

Demikian, kondisi masyarakat seperti itu, maka harapan kita supaya pemerintah dengan kemampuan fiskal untuk mempertahankan pertumbuhan sektor riil dan tenaga kerja sudah saya sampaikan tadi dan hari ini sekali lagi kita masuk memperkuat jalur yang lain, track yang lain yaitu mempertahankan dan mengembangkan sektor ekonomi yang lain, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

 

Saudara-Saudara, evaluasi yang kita lakukan, alhamdullillah, dari 14 trilyun yang kita harapkan mengalir ke usaha mikro, kecil, menengah telah dapat disalurkan hampir mencapai 12 trilyun, dengan nasabah 1,5 juta lebih unit usaha, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, dengan NPL (Non Performing Loan) kurang dari 1 persen. Tentu indikator ini positif karena ternyata kebijakan, konsep, scheme Kredit Usaha Rakyat dengan penjaminan pemerintah ini betul-betul dapat dilaksanakan dalam kualitas dan kuantitas yang dulu barangkali belum kita yakini akan bisa seperti ini. Namun, evaluasi yang kita lakukan, masukan dari masyarakat yang saya terima, baik melalui SMS, melalui surat ataupun ketika saya berkunjung ke daerah-daerah di seluruh tanah air, saya berdialog, saya mengunjungi langsung, saya berbicara dengan para pengelola usaha mikro, kecil, dan menengah itu, demikian juga yang didapatkan oleh para pimpinan bank pelaksana, oleh para menteri dapat kita simpulkan ada sejumlah langkah yang perlu kita lakukan sebagai penyempurnaan dan perbaikan sistem serta kebijakan ini.

 

Pertama, bulan ini, bulan desember, di bawah koordinasi Menko Perekonomian, akan menyempurnakan, memperbaiki aturan-aturan yang berlaku dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat ini. Dengan demikian, harapan saya bisa memecahkan hambatan dan persoalan yang dihadapi di lapangan tahun 2008 ini. Misalnya, bagaimana betul-betul ada usaha yang visible tapi dengan aturan yang ada tidak thinkable. Bagaimana jalan keluarnya. Kemudian, ada usaha mikro yang dulu pernah meminjam tetapi sekarang dengan aturan, tidak bisa meminjam lagi. Bagaimana caranya supaya mereka bisa meminjam? Bagaimana mengubah dari usaha mikro ke usaha kecil atau katakanlah rasionya bagaimana? Memberikan kesempatan bagi usaha baru yang belum pernah mendapatkan pinjaman modal dari sistem perbankan dengan mereka yang sudah pernah punya tetapi bisa mengembangkan bisnisnya. Ini akan ditata dengan baik, di satu sisi memberikan kesempatan bagi usaha yang sudah ada untuk terus berkembang dan bisa menampung lapangan pekerjaan atau menambah atau mengekspansi jumlah dari usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah itu. Inilah aturan-aturan yang mesti ditata dan disempurnakan untuk diimplementasikan di tahun 2009 mendatang.


Yang kedua, Saudara-Saudara,

 

Kita telah memutuskan, pemerintah telah memutuskan dan harapan kita sisa dari 14 trilyun minus sekitar 12 trilyun berarti ada 2 trilyun itu bisa dialirkan, bulan ini katakanlah sehingga tahun depan yang sudah jelas telah menjadi bagian dari APBN kita satu trilyun berarti ada 10 penjaminan yang diberikan oleh pemerintah berarti sekitar 10 trilyun bisa kita alirkan untuk pinjaman di tahun 2009 dan saya sudah menyampaikan kepada Menteri Keuangan untuk diperjuangkan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan harapan ini menjadi solusi dari krisis perekonomian global ini, maka yang 1 trilyun itu harapan kita bisa ditambah 1 trilyun lagi sehingga tahun depan harapan kita menjadi 2 trilyun. Dengan demikian, menjadi lebih banyak lagi besaran kredit yang kita salurkan.

 

Yang ketiga, yang kita putuskan dalam rapat evaluasi ini. Banyak sekali masukan dari masyarakat luas. Masukan itu ada yang berterima kasih kepada pemerintah, berterima kasih kepada bank-bank yang memberikan kredit, ada yang mengatakan kami tertolong, usaha kami selamat dan maju, dan rata-rata mereka ingin dilanjutkan kebijakan ini, scheme ini. Namun juga ada masukan, meskipun tidak terlalu banyak yang mereka menganggap masih bingung dengan aturan yang kita keluarkan, mereka merasa masih mendapatkan hambatan sehingga tidak lancar barangkali hambatan ini karena pihak bank memerlukan persyaratan yang lebih lengkap dan sejumlah isu-isu teknis di lapangan. Tapi kami harus mendengar karena bagaimana pun tugas negara, tugas pemerintah untuk memberikan penjelasan sejelas-jelasnya supaya tidak ada simpang siur karena saudara kita ada yang beranggapan ini bukan pinjaman tapi uang yang dikasihkan. Tentu bukan itu karena uang yang dikasihkan itu ada scheme yang lain. Cluster A dalam program pro rakyat. Bantuan langsung masyarakat, apakah dalam bentuk BLT, BLT bersyarat, kemudian bantuan pengobatan untuk rakyat miskin, bantuan pendidikan untuk rakyat miskin, dan sebagainya. Itu subsidi yang kita berikan. Ada juga PNPM yang sudah tentu Saudara kenal. Membantu kecamatan, desa untuk keperluan penggerakan ekonomi lokal. Lha ini, cluster C ini adalah pinjaman, betul-betul pinjaman. Inilah yang perlu dijelaskan segamblang-gamblangnya dengan demikian peminat yang masih sangat banyak, saya kira masih jutaan lagi usaha mikro, kecil, dan menengah yang ingin meminjam, itu betul-betuk mendapatkan penjelasan, diberikan jalan, diberikan opportunity atau kesempatan untuk bisa mendapatkan Kredit Usaha Rakyat ini.

 

Sosialisasi ini perlu dilakukan di seluruh wilayah tanah air, di provinsi-provinsi oleh tim gabungan sehingga tidak simpang siur, tidak, apa namanya, ditafsirkan yang tidak-tidak.

 

Dan yang keempat, ini adalah masalah internal. Saya meminta tadi kepada seluruh jajaran perbankan yang menyalurkan kredit ini terutama yang ada di depan, di desa-desa, di kecamatan agar pelayanan, cara-cara berkomunikasi, cara-cara menjawab pertanyaan, cara nasabah dari KUR ini betul-betul dilaksanakan dengan baik. Karena bahasa itu menentukan. Kalau dijelaskan dengan baik rakyat akan mengerti. Usaha mikro, kecil, dan menengah dimintakan persyaratannya ’ini’, mereka tentu akan memenuhi. Sebab kalau tidak, terjadi miskomunikasi kemudian timbul masalah di lapangan. Kita tentu akan merugi karena niat kita menolong mereka, membantu mereka, jangan sampai ada persoalan-persoalan teknis menjadi, menimbulkan masalah baru.

 

Itulah empat hal yang kita rumuskan dalam rapat evaluasi yang kita lakukan pada sore hari ini. Demikian penjelasan saya. Kalau ada pertanyaan saya persilakan.


Wartawan : 

Selamat sore, Pak. Saya Wisnu. Pertanyaan saya untuk rencana peningkatan dari 1 menjadi 2 trilyun, bisa dijelaskan keyakinan pemerintah itu menjadi solusi krisis ini lebih rinci. Lalu yang kedua, apakah akan ada bank penjamin tambahan, atau bank pelaksana untuk proses penyaluran dana. Terima kasih.

 

Presiden :  

Saya yakin bahwa program, sistem Kredit Usaha Rakyat ini menjadi salah satu solusi dari upaya mengatasi krisis, di samping solusi-solusi yang lain. Saya yakin, apalagi kalau diimplementasikan dengan benar. Oleh karena itu, harapan tahun depan itu bukan hanya 1 trilyun tapi 2 trilyun menjadi realistis karena itu tidak akan kemana-mana. Saudara ingat kredit macetnya tidak lebih dari 1 persen. Itu pun sesungguhnya bisa dilakukan solusi, restrukturisasi dengan baik karena justru usaha mikro, kecil, menengah patuh. Dan saya monitor terus tiap minggunya mereka berdisiplin untuk melakukan pembayaran. Yang betul-betul tidak membayar itu ada masalah, keluarga, keluarganya sakit ataupun ada masalah dalam usahanya. Ya, ada bencana dan sebagainya sehingga secara moral kita memahami, dengan kredit macet yang besarnya kurang dari 1 persen itu. Kemudian yang kedua memang sejauh ini kita akan mengefektifkan bank pelaksana yang ada, kemudian lembaga penjaminan tentunya akan kita efektifkan lagi, tetapi semua yang bisa membikin lebih efektifnya implementasi dari KUR di tahun mendatang tentu akan kita tetapkan sebagai aturan atau policy yang kita perbaiki. Itulah yang akan dibahas nanti oleh tim pada bulan Desember ini pula.

 

Wartawan : 

Terima kasih. Nama saya Novi dari Investor Daily. Terkait dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan KUR menjadi 2 trilyun di tahun 2009, Pak apakah bisa juga dijelaskan mengenai penjaminan pemerintah terhadap dana nasabah yang ada di perbankan selain juga KUR yang disalurkan oleh pemerintah karena diyakini apabila pemerintah memberikan full guaranty terhadap jaminan dana nasabah yang ada di perbankan, itu akan mengalir dana-dana lainnya. Terima kasih.

 

Presiden :  

Baik, sebenarnya di luar urusan KUR, tetapi Saudara-Saudara, Pemerintah terus mengolah bersama-sama instansi atau lembaga yang lain, berkonsultasi dengan Bank Indonesia, mendengarkan pandangan dari dunia usaha, mencermati dinamika perekonomian di negeri kita ini, mencermati perkembangan regional dan global, usaha bersama, usaha sejagat untuk mengatur krisis ini sehingga kebijakan yang berlaku di negeri kita akan kita pastikan yang paling tepat dengan permasalahan dan tantangan sekarang ini, dari satu negara ke negara yang lain berbeda-beda. Ada yang memberikan jaminan penuh terhadap simpanan, ada yang tidak. Kita meningkatkan secara dramatis dari 100 juta menjadi 2 milyar dengan sejumlah scheme, framework yang kita anggap bisa mengatasi keadaan.

 

Saudara-Saudara, saya sudah memberikan instruksi pada jajaran pemerintah. Kita harus dinamis dan fleksibel, dan harus open. Dalam arti policy yang sudah kita jalankan sekarang ini, PERPU-PERPU yang sudah saya keluarkan, PP-PP yang juga sudah dikeluarkan, harapan kita bisa mengelola. Kalau ada masalah kita lihat, instrumennyakah? Atau memang aliran atau banjir kiriman, atau tsunami dunia itu begitu hebatnya. Tidak boleh kita salah mengidentifikasi masalah yang terjadi.

 

Oleh karena itu, pada tingkat sekarang ini yang sudah kita tetapkan sebagai kebijakan kita jalankan dan kita pertahankan. Apabila ada dinamika apa pun di negeri ini, berkaitan dengan krisis ini, kita bisa melihat kembali solusi atau kebijakan yang bisa kita tempuh agar tepat dan bisa merespons semua perkembangan yang terjadi. Yang terakhir, tadi ada yang menanyakan tentang situasi harga minyak mentah dunia. Saudara mengetahui bahwa 1 Desember harga premium sudah kita turunkan. Saudara tahu ini bukan tanpa alasan ketika kita terpaksa menaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu karena harga minyak dunia tinggi sekali. Bangsa-bangsa di dunia semua menaikkan harga BBM-nya. Akibat kenaikkan itu, tentu terjadi inflasi, harga-harga barang naik, termasuk sembako, di hampir semua negara, bahkan krisis pangan Indonesia bahkan lebih bisa mengelola. Misalnya, ada sembako yang lebih mahal di tingkat dunia dibandingkan di negeri kita, contohnya beras. Jadi akibat dari semuanya itu.

 

Oleh karena itu, ketika kita sadar bahwa akibat dari kenaikan harga bahan bakar terjadi pergerakan harga yang disebut dengan meningkatnya biaya produksi, akhirnya harga jual menjadi mahal. Ketika crude susut kewajiban pemerintah secara rasional, secara sadar untuk menurunkan. Kita sedang melakukan exercise , perhitungan dengan cermat, Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Menteri-menteri terkait untuk melihat peluang menurunkan kembali premium itu, dan kalau memungkinkan solar. Dengan tujuan agar sektor riil kita, industri kita menjadi lebih ringan bebannnya, termasuk saudara-saudara kita yang mengkonsumsi langsung dari BBM itu juga bisa diringankan. Kapan berlakunya? Berapa demandnya? Ini sedang kita hitung secara cermat. Dengan demikian, benar-benar menjadi solusi yang tepat.

 

Demikian, Saudara-Saudara. Terima kasih.

 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.