Ketika Presiden "Bertukar Peran" Menjadi Wartawan

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 10 Februari 2018
Di baca 1065 kali

Ada yang berbeda pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2018, yang digelar pada Jumat, 9 Februari 2018, di kawasan Danau Cimpago, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat. Presiden Joko Widodo bertukar peran dengan seorang wartawan.

 

Hal tersebut dilakukan Kepala Negara karena dirinya ingin berbagi pengalaman saat dicegat oleh wartawan di sela aktivitasnya. Bahkan, terkadang para wartawan mencecar pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab.

 

Dilansir dari siaran pers Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Presiden Joko Widodo mengundang salah seorang wartawan yang hadir untuk naik ke atas panggung, berperan sebagai presiden.  Terpilihlah Muhammad Yusri Nur Raja Agam, wartawan dari Surabaya yang mengaku sudah menjalani profesi wartawan selama 40 tahun.

 

"Saya minta Pak Yusri jadi presiden, saya yang jadi wartawan. Nanti saya tanya gantian mumpung pas Hari Pers. Bapak jadi presiden, saya jadi wartawan," pinta Presiden Jokowi.

 

Dengan rasa percaya diri, Yusri pun langsung memainkan perannya sebagai seorang presiden.

 

"Baik Bapak Saudara wartawan, apa yang mau ditanyakan?" tanya Yusri.

 

Presiden Jokowi pun menyampaikan sejumlah pertanyaan layaknya seorang wartawan.  Mulai dari jajaran Menteri Kabinet Kerja yang dianggap paling penting hingga media yang dianggap menyebalkan.

 

Untuk menteri yang paling penting, Yusri menjawabnya Menteri Komunikasi dan Informatika.

 

“Supaya informasi disampaikan mulai dari kota sampai ke desa, semua menerima informasi dan komunikasi. Termasuk informasi politik,” ujar Yusri menjelaskan alasannya.

 

Sementara itu untuk media yang paling menyebalkan, pertanyaan tersebut diajukan Presiden Jokowi bukanlah tanpa alasan, karena terkadang dirinya merasa sebal dan jengkel dengan pertanyaan wartawan yang mudah di awal namun sulit di pertengahan wawancara.

 

"Nah sekarang saya tanya ke Pak Presiden, media apa yang paling menyebalkan, yang Bapak sering jengkel? Jawab blak-blakan Pak Presiden," tanya Presiden Jokowi.

 

Yusri pun menjawab, "Media abal-abal," jawabnya.

 

Namun, Presiden langsung membantahnya dengan menyatakan bahwa semua media yang terdaftar di lingkungan Istana adalah media resmi.

 

"Tidak ada di likungan istana media abal-abal, ‎medianya resmi semuanya, tapi banyak yang menyebalkan, sampaikan apa adanya, yang mana Pak?" kata Presiden Jokowi yang masih berperan sebagai wartawan.

 

Dengan spontan, Yusri pun menjawab, "Yang paling menyebalkan itu Rakyat Merdeka," ucap Yusri yang disambut tawa para hadirin.

 

"Pak Presiden ini blak-blakan seperti perasaan saya. Sama persis," ujar Presiden Jokowi yang ikut tertawa mendengar jawaban Yusri.

 

Penasaran dengan jawaban Yusri, Presiden Jokowi pun menanyakan alasannya memilih Rakyat Merdeka sebagai media yang menyebalkan.

 

"Ya kalau rakyatnya merdeka kan pemimpinnya yang susah. Kalau merdeka, semuanya dianggap merdeka. Padahal ada aturan kemerdekaan," jawab Yusri.

 

Sambil tersenyum, Presiden Jokowi pun meminta Yusri kembali ke tempatnya dan mengambil sepeda sebagai hadiah. (Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0