Lima Harapan untuk Perbankan Indonesia

 
bagikan berita ke :

Kamis, 30 Agustus 2007
Di baca 3397 kali

Para bankir yang datang dari seluruh itu sedang mengikuti Forum Strategis (FORSTRA) Bank Indonesia 2007 yang mengambil tema Berbakti Bagi Negeri, Berkarya Untuk Bangsa, tanggal 29 dan 30 Agustus 2007.

Lima harapan dan ajakan tersebut, pertama adalah agar penyaluran kredit ditingkatkan dan diperbaiki. “Saya hanya titip saja, sebagai yang mesti mengambil keputusan dan kebijakan tertinggi di tingkat pemerintahan agar sekali lagi penyaluran kredit ini yang sekarang terus ditingkatkan dan diperbaiki. Lebih luas, lebih meningkat, dan lebih menjangkau sasaran-sasaran yang memang patut untuk diberikan kredit itu. Mari kita lihat secara kuantitatif dan kualitatif,� kata Presiden.

“Harapan kedua, saya minta betul sektor-sektor yang sungguh produktif tolong dialiri kredit. Untuk melakukan penilaian produktif atau tidak produktif, tolong juga terus dikembangkan, ajak yang lain bicara jangan sampai secara sepihak perbankan kita pagi-pagi sudah mengatakan ini tidak produktif. Tidak bisa, jangan dihakimi terlalu dini. Siapa tahu produktif, sayang. Siapa tahu mereka bisa menggerakkan sektor-sektor ekonomi di seluruh wilayah, kalau mereka tidak didanai menjadi merugi kita,� kata Presiden lagi.

Harapan ketiga, adalah adanya masalah intermediasi perbankan tahun-tahun yang lalu, meskipun sekarang makin bagus. "Pertahankan dan terus tingkatkan, kuantitatif dan kualitatif. Keempat, harapan saya tolong diatasi mismatch antara pembiayaan jangka panjang dengan sumber-sumber pendanaan jangka pendek. Ini mesti harus ada panduan antara lembaga perbankan dan lembaga keuangan non bank. Mestinya harus ada mana yang lebih tepat membiayai proyek-proyek jangka panjang, dan mana yang jangka pendek, termasuk sumber-sumber pendanaannya. Saya persilahkan. Saya tidak ahli. Saudara-saudaralah ahlinya, bagaimana mismatch ini betul-betul bisa diatasi dengan baik,�lanjutnya.

Kelima, harapan dan ajakan Presiden, adalah mengenai pengambilan keputusan bisnis dan penilaian. "Yang tahu saudara-saudara kalau sudah keputusan bisnis dan penilaian bisnis tidak boleh ada siapapun yang mempengaruhi, termasuk saya, termasuk pemimpin politik terkemuka di negeri ini, di lembaga-lembaga manapun. Sudahlah, tidak perlu ada katabelece. Telpon sana telpon sini, sms sana sms sini, saudara yang lebih tahu. Lakukan pengambilan keputusan secara rasional go atau no go. Karena saudara tahu dan keputusan bisnis itu, kalau meleset itu bukan kejahatan. Berkali-kali saya sampaikan pada KPK , dan Jaksa Agung, Kepolisian, bedakan antara keputusan bisnis atau kebijakan dengan kejahatan atau crime. Naturenya berbeda. Ini tidak boleh gebyah uyah," kata Presiden.

“Ini penting sepanjang saudara-saudara betul-betul secara rasional masuk akal, logika. Go..do it. Dan kemudian bila ada force majeur atau perubahan, meleset, tidak serta merta itu korupsi atau kejahatan. Ini perlu. Dan saya membuka pintu, apabila saudara ragu-ragu, jangan dikatakan Kejagung, KPK, polisi sebagai korupsi. Saudara bisa berkomunikasi dengan saya. Karena keadilan itu penting, mahal. Datangnya lambat tapi pasti. Oleh karena itu jangan ditanggung sendiri, bila ada sesuatu yang buntu seperti itu,� pesan Presiden.

Dalam, acara yang berlangsung selama satu jam tersebut, Presiden didampingi Meneg BUMN Sofyan Djalil, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan dua Jubir Presiden, Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal.

 

Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/08/29/2188.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
3           0           1           2           4