Masuki Tatanan Normal Baru, Lembaga Penyiaran Perlu Lakukan Transformasi Digital

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 11 Juli 2020
Di baca 906 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) memberi dampak di seluruh sektor, termasuk industri penyiaran. Untuk itu, lembaga penyiaran diharapkan meningkatkan kreativitas dalam menyajikan konten yang berkualitas, salah satunya dengan melakukan tranformasi digital.

“Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan saya memberikan apresiasi kepada seluruh pelaku industri penyiaran Indonesia yang tetap bertahan dalam situasi sulit seperti sekarang ini. Bahkan beberapa pelaku industri penyiaran secara kreatif melakukan transformasi dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas siarannya, serta menjangkau masyarakat Indonesia hingga ke pelosok tanah air,” ujar Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada acara Anugerah Syiar Ramadan 2020 melalui video conference dari kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro No. 2, Jakarta, Sabtu (11/07/2020).

Dalam acara yang diselenggarakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga tersebut, Wapres menegaskan, memasuki tatanan kehidupan normal baru, informasi yang relevan dan terpercaya sangat dibutuhkan dalam menjaga situasi yang kondusif di masyarakat.

“Kebutuhan masyarakat akan informasi yang relevan dan dapat dipercaya semakin meningkat. Dalam kondisi saat ini, masyarakat memerlukan tayangan yang dapat menjadi acuan untuk tetap sehat dan produktif di tengah situasi pandemi ini,” ucapnya.

Wapres pun menilai, saat ini merupakan momen yang tepat untuk lebih meningkatkan sinergi dan kolaborasi di antara pemegang kepentingan. Hal ini bertujuan agar pesan mengenai tatanan kehidupan normal baru dapat tersampaikan dengan baik ke masyarakat.

“Upaya sinergis dan kolaboratif dapat dilakukan antarlembaga penyiaran, KPI Pusat dan Daerah, maupun dengan pemerintah. Utamanya diarahkan untuk mensosialisasikan berbagai informasi mengenai tatanan kehidupan normal baru kepada masyarakat luas melalui penayangan program siaran yang menarik dan mendidik sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran Covid-19,” ujarnya.

Wapres juga menjelaskan, percepatan digitalisasi televisi dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Indonesia jauh tertinggal dalam proses digitalisasi televisi sistem teresterial (frekuensi VHF/UHF dengan konten digital) dibandingkan negara-negara lain. Kedua, proses digitalisasi televisi yang dikenal sebagai Analog Switch-Off (ASO) ini dapat menghasilkan kualitas penyiaran yang lebih efisien dan optimal. Ketiga, disrupsi teknologi membuat sektor penyiaran harus sejalan dengan perkembangan era digital. Terakhir, frekuensi radio dapat ditata ulang dan dimanfaatkan untuk penyediaan layanan lain terutama untuk layanan internet cepat.

Dalam mempercepat digitalisasi tersebut, tambah Wapres, berbagai upaya sedang dilakukan, di antaranya penyelesaian pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika yang merata dan berkualitas, pengembangan SDM atau talenta digital dengan jumlah dan kualitas yang memadai serta berkelanjutan. Selain itu, penuntasan legislasi primer bidang telekomunikasi, informatika dan pelindungan data serta penguatan kolaborasi internasional di bidang ekonomi digital dan arus data lintas negara juga tengah diupayakan.

“Sehingga sebagai agenda besar pembangunan nasional, transformasi digital di sektor penyiaran dan pers perlu kita wujudkan bersama-sama dengan bergotong royong,” tuturnya.

Wapres pun mengingatkan, meski telah berlalu, kemuliaan dan spirit Ramadan menjadi pengikat manusia untuk selalu berbuat kebaikan dan kebajikan dalam meraih rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia berharap program siaran yang telah ditayangkan selama bulan Ramadan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan dapat terus dilanjutkan meskipun bulan suci ini telah berlalu.

“Kendati demikian, program-program acara yang baik, hendaknya tidak hanya berhenti di bulan Ramadan, tetapi harus terus berkesinambungan di bulan-bulan selanjutnya. Tentunya tidak harus dikemas dalam acara keagamaan, tetapi bisa dalam bentuk lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan,” harapnya.

Wapres kemudian mencontohkan, untuk liputan dapat menyajikan berita yang menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai kebenaran. Untuk program ceramah, sajikan topik yang mendidik, menyejukkan dan menghadirkan kedamaian. Sementara, untuk program sinetron agar disajikan dengan karakter dan pesan moral yang mencerminkan watak dan jati diri bangsa Indonesia.

“Demikian pula program-program lainnya, sajikan tayangan yang membangun masyarakat Indonesia menjadi semakin beriman, bertakwa, dan berakhlaq mulia,” tegasnya.

Pada kesempatan tersebut, Wapres menekankan pentingnya peran aktif berbagai pihak, khususnya KPI Pusat dan Daerah untuk terus mendorong peningkatan kualitas, kreativitas dan produktivitas seluruh lembaga penyiaran serta menjaga keselarasan informasi publik dengan kearifan lokal yang mencerminkan nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

Menutup sambutannya, Wapres mengucapkan selamat kepada para penerima penghargaan atas kerja keras dan prestasi yang telah diraih.

Anugerah Syiar Ramadan 2020 merupakan ajang pemberian penghargaan sekaligus motivasi kepada lembaga penyiaran untuk terus meningkatkan kreativitas dan produktivitasnya serta menjamin kualitas program siarannya. (SA/AF/SK-KIP, Setwapres - Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0