Mensesneg Hadiri Diskusi IA-ITB

 
bagikan berita ke :

Selasa, 23 September 2008
Di baca 837 kali


Dalam acara yang dihadiri oleh Rektor ITB, Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso, M.Sc., serta Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Lex Laksamana ini, Mensesneg Hatta Rajasa menegaskan bahwa pemerintah akan tetap menempatakan persoalan kemiskinan sebagai masalah utama yang harus segera diselesaikan.

“Persoalan kemiskinan sebagai posisi utama harus segera diselesaikan dan tidak mungkin hanya selesai dalam satu atau dua periode. Perlu waktu yang panjang untuk mengakselerasikan penuntasan kemiskinan,” tegas Mensesneg.

Untuk itu Mensesneg Hatta Rajasa meminta agar semua pihak terlibat untuk memberdayakan masyarakat serta memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat.

“Peningkatan the quality of life tidak pernah ada habisnya, untuk itu pemerintah merespons melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM),” papar Mensesneg.

Pemerintah melalui PNPM, menurut Mensesneg membantu masyarakat untuk menentukan sendiri penggunaan dana yang diberikan oleh pemerintah untuk pembangunan wilayahnya. Program ini mengucurkan dana dua sampai tiga milyar rupiah per kecamatan. Dan pada tahun 2009 diharapkan seluruh kecamatan di tanah air akan mendapatkan program tersebut. Kemudian dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR),  dimana masyarakat diberdayakan dengan kredit tanpa agunan dengan jumlah pinjaman KUR mulai dari 500 ribu hingga 5 juta. Program ini diyakini mampu meningkatkan enterpreneurship dengan pola kemitraan.

Kesuksesan program ini ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh BPS, yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun. Baik penurunan secara absolut maupun prosentase terkecil selama Indonesia mengalami resesi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Selain itu menurut Mensesneg, diperlukan tiga konsep untuk memecahkan persoalan di dalam masyarakat. Ketiga konsep tersebut adalah konsep partnership, konsep enterpreneurship atau pola perilaku yang mencerminkan bukan hanya sekedar pengusaha, namun menjadi perilaku atau integritas bagaimana memberdayakan masyarakat untuk memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat, serta konsep social responsibility yaitu tanggung jawab sosial yang tinggi bagi setiap insan untuk melakukan sesuatu agar menciptakan insan yang lebih baik.

Diskusi yang diadakan oleh IA-ITB, Masjid Salman ITB serta Pemda Provinsi Jawa Barat juga menampilkan narasi mengenai Kampung Bangkit. Kampung Bangkit yang dipelopori oleh Rumah Amal Salman ITB ini mulai diujicobakan pada awal 2008 di enam kampung di sekitar Bandung, bertujuan mengatasi permasalahan-permasalahan kemiskinan, pendidiikan dan kesehatan. Menurut pengelola Rumah Amal Salman ITB, terdapat beberapa program di dalam Kampung Bangkit yang terbagi dalam tiga klaster pemberdayaan.

Klaster pertama diantaranya pemberdayaan pendidikan.bertujuan agar para guru diarahkan menjadi kader bangkit melalui pemberdayaan di kampung masing-masing.

Klaster kedua adalah klaster kesehatan yang ditujukan pada ibu-ibu yang berupaya menekan angka kematian ibu dan bayi dan menekan angka kasus gizi buruk.

Sedangkan klaster ketiga adalah program pemberdayaan pedagang kaki lima khususnya di wilayah percontohan di seputar kawasan Ganesha, Bandung. Tujuan klaster ini adalah ingin menjadikan kawasan Ganesha atau seputar ITB menjadi percontohan kawasan terpadu yang memadukan kawasan kuliner yang diwujudkan dengan makanan yang sehat dan bergizi serta santun. Klaster ini juga ingin mencegah pedangan kaki lima terjerat masalah dengan rentenir.

Menurut Mensesneg Hatta Rajasa yang juga Ketua IA-ITB ini, program Kampung Bangkit yang digagas oleh IA ITB, Rumah Amal Salman ITB dan Pemda Bandung ini merupakan langkah konkrit dalam memberikan pemberdayaan kepada masyarakat.

“Kampung Bangkit merupakan program dengan gagasan yang masuk dalam tataran grassroot dalam memberikan pemberdayaan dalam masyarakat,” jelas Mensesneg. ”Dengan Kampung Bangkit, Indonesia Bangkit tidak hanya ada dalam tataran diskusi saja tanpa langkah konkrit.

Pada kesempatan itu juga, Mensesneg mengatakan bahwa program mobil pintar yang digagas oleh pemerintah dapat disinergikan dengan program Kampung Bangkit dengan konsep community development. Mobil pintar sendiri adalah program pemerintah yang mengoperasikan beberapa mobil yang berisi buku-buku serta peralatan komputer yang diperuntukkan bagi anak-anak dan masyarakat di desa-desa.

Acara diakhiri dengan buka puasa dan tarawih, serta pembagian 50 Al-Quran kepada pengurus Kampung Bangkit. Acara ini juga merupakan rangkaian silaturahmi ramadhan Mensesneg sebagai salah satu menteri Kabinet Indonesia Bersatu. (REDAKSI)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0