Dalam pertemuan tersebut, kata seorang wakil nasabah, mereka
diterima oleh Kepala Biro Pengaduan Masyarakat Sekretariat Negara
Sontam Napitupulu. "Dia menyambut positif pengaduan ini dan akan
diteruskan kepada Menteri Keuangan dan Bapepam-LK," ujarnya ketika
dihubungi Tempo.
Isi surat tersebut, ia melanjutkan, antara lain melaporkan
adanya pelanggaran prospektus. Di dalam prospektus disebutkan investasi
dana nasabah berupa 5 persen di saham, 5 persen di deposito, dan 90
persen di obligasi. Kenyataannya, 70-80 persen investasi dilakukan di
saham yang berisiko tinggi.
Berikutnya, nasabah juga meminta tanggung jawab Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), yang terlambat mengambil
tindakan. Terakhir, nasabah meminta Presiden menginstruksikan Menteri
Keuangan untuk membentuk tim pemeriksa Bapepam dan Bakrie Life.
Dari Bandung dilaporkan, sekitar 70 orang nasabah dari Bandung
dan sekitarnya bertemu dengan Direktur Utama Bakrie Life Timoer Sutanto
untuk menegosiasikan pengembalian dana investasi.
Timoer, yang ditemui sebelum negosiasi, berujar bahwa dana
nasabah masih aman dan akan dinegosiasikan soal angsuran pokok nasabah.
Namun, soal besarannya akan dibahas kemudian. "Solusinya diangsur
terakhir tahun 2012," ujarnya.
Ia bertutur, bunga investasi akan dibayar tiap bulan sesuai dengan persyaratan polis, tapi mungkin jumlahnya diturunkan.
Direktur Utama PT Bakrie Capital Indonesia Tryana Sjam'un
beberapa waktu lalu mengatakan Bakrie Capital sebagai pemegang saham
memberi perhatian penuh terhadap persoalan yang membelit anak usahanya
tersebut. Ia pun berjanji membantu likuiditas Bakrie Life dengan
menyuntikkan dana segar sebesar Rp 500 miliar.
Dana segar tersebut, ujarnya, akan diambil dari surat utang medium secure notes yang diterbitkan PT Bakrie & Brothers Tbk. Tapi dana tersebut baru bisa dicairkan sekitar 2,5 tahun ke depan.
"Kalau dipaksakan sebelum tiga tahun, akan memberatkan keuangan
Bakrie Capital, padahal kami juga punya rencana bisnis lain," kata dia.
Sumber:
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/10/09/Ekonomi_dan_Bisnis/krn.20091009.178509.id.html
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?