PENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013
PENGANTAR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
SIDANG KABINET TERBATAS BIDANG PEREKONOMIAN
DI HOTEL LAGUNA, NUSA DUA, BALI
TANGGAL 28 MARET 2013
Â
Â
Bismillahirahmannirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam Sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
                                 Â
Saudara Wakil Presiden,
Para Menteri dan Anggota Kabinet Indonesia Bersatu II,
Pimpinan dan Anggota Komite Ekonomi Nasional,
Hadirin sekalian yang saya cintai,
Â
Alhamdullilah, kita dapat kembali melaksanakan pertemuan antara Kabinet Indonesia Bersatu II dengan Komite Ekonomi Nasional. Namun, sebelum saya sampaikan apa yang hendak kita lakukan di Bali ini, izinkan saya atas nama negara dan pemerintah mengucapkan kepada Saudara-saudara yang beragama Hindu “Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan†tanggal 27 Maret dan 6 April 2013, semoga Saudara-saudara yang beragama Hindu mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari Yang Maha Kuasa untuk bisa lebih meningkatkan karya pengabdian dan dharma baktinya kepada masyarakat, bangsa, dan negara, dan semoga pula kita semua juga mendapatkan  kekuatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk melakukan hal yang sama.
 Â
Saudara-saudara,
Â
Sebagaimana kita ketahui Komite Ekonomi Nasional telah melaksanakan bukan sekedar pertemuan, tetapi juga menyusun sejumlah pemikiran, usulan dan rekomendasi kepada pemerintah terkait, dengan dalam sejumlah isu di bidang perekonomian.
Â
Ingat, beberapa saat yang lalu KEN juga melakukan hal yang sama dan kemudian saya pernah mengundang pimpinan KEN dengan beberapa anggota untuk saya ajak mendiskusikan permasalahan perekonomian aktual. Saya didampingi oleh Menko Perekonomian waktu itu, utamanya yang berkaitan dengan kebijakan fiskal dan APBN kita. Yang kedua berkaitan dengan upaya menjaga stabilitas harga, utamanya komoditas pangan, dan kemudian yang ketiga, upaya kita untuk terus-menerus mengurangi kemiskinan seraya mencegah melebarnya kesenjangan antara yang punya dengan yang kurang punya. Saya berharap pada pertemuan kali ini setelah bekerja selama 3 hari di Bali ini, KEN bisa mempresentasikan apa yang menjadi pemikiran dan usulan-usulannya.
Â
Saudara mengetahui bahwa KEN tentunya bukan policy making body, yang disebut dengan policy making body, ya, kabinet ini sendiri, pemerintah. Tetapi pandangan dan masukan KEN selama ini sangat bermanfaat bagi policy development. Oleh karena itulah, kita dengarkan dengan seksama dan setelah pertemuan sesi pertama ini kabinet dengan KEN, nanti setelah break santap siang dan ibadah bagi yang menjalankannya shalat lohor, maka kita lanjutkan dengan Rapat Kabinet Terbatas masih tetap berkaitan dengan bidang perekonomian, dan apa yang menjadi rekomendasi KEN bisa menjadi bagian dalam pertemuan sore nanti.
Â
Rapat Kabinet Terbatas Bidang Perekonomian nanti lebih kita arahkan untuk melanjutkan penyiapan RKP Tahun 2014, dan sekaligus RAPBN juga untuk tahun anggaran tahun 2014. Kita sudah membahasnya beberapa kali di Jakarta, kita matangkan sekaligus, karena akan lebih efisien kalau satu hari ini kita laksanakan dua kegiatan hingga sore hari nanti.
Â
Saudara-saudara, saya ingin menyampaikan sedikit sebelum kita mulai acara kita ini apa yang saya lakukan selama dua hari yang lalu, hari Selasa dan Rabu sebagian Menteri juga bersama-sama saya, yaitu untuk memimpin pertemuan High-Level Panel yang ke-4 atau yang terakhir. Panel yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, saya salah satu ketua bersamanya yang harus merampungkan tugas kami, dan Insya Allah pada akhir Mei produk dari Panel ini akan kita serahkan ke PBB, saya sendiri yang akan secara resmi mewakili Panel menyerahkan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, di Markas Besar PBB di New York, Insya Allah pada tanggal 31 Mei 2013 mendatang.
Â
Yang kita susun sebenarnya adalah Post-2015 Development Agenda. Tapi untuk diketahui di samping Panel yang dibentuk oleh Sekjen PBB ada lagi Open Working Group, ini mewakili negara-negara. Kalau Panel yang saya pimpin itu mewakili perseorangan, eminent persons dari seluruh dunia. Nah, sedangkan Open Working Group itu mewakili negara. Itulah yang nanti akan disatukan dan melalui proses multilateral pada tingkat PBB akan dibahas sehingga sebelum 2015 berakhir kita sudah punya kerangka kerja sama global yang baru pengganti MDGs yang akan jatuh tempo pada tahun 2015 mendatang.
Â
Untuk Saudara ketahui, karena saya ingin juga, Saudara semua untuk menyukseskan kerja besar ini Post-2015 Development Agenda itu ada dua komponen utama. Pertama adalah kelanjutan dari MDGs, tema besarnya ending poverty in our time, sedangkan komponen yang kedua adalah keperluan untuk memastikan bahwa pembangunan sedunia nanti bertumpu pada konsep sustainable development, paduan dari economic, social, and environmental aspect of development, kelanjutan dari Rio+20. Oleh karena itu, dua-duanya akan kita integrasikan menjadi satu kerangka kerja sama yang baru. Sekali lagi, menjadi Sustainable Development Agenda dan ketika kita sudah merumuskan goals akan menjadi sustainable development goals.
Â
Di London, kita fokus pada pembahasan pengurangan kemiskinan dari segi individual dan rumah tangga, house hold. Sedangkan di Monrovia, kita fokus pada national building block, apa yang mesti dilakukan oleh negara, oleh pemerintah, policy-nya, program aksinya, dan aksi itu sendiri. Sedangkan di Bali, selama dua hari, kami bekerja untuk merumuskan global partnership dan means of implementation. Nah, di sini terjadi pembahasan yang seru apa yang akan kita rumuskan. Dan, saya sebagai ketua kemarin pada saat-saat akhir, memberikan intervensi karena jangan sampai yang dimaksudkan dengan pengurangan kemiskinan atau pembangunan yang berkelanjutan itu hanya ditinjau dari perspektif negara-negara maju. Saya ingin didengar pula apa yag dirasakan dan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Â
Oleh karena itulah, Indonesia dengan timnya bersama-sama dengan yang lain berjuang dengan sekuat tenaga pada forum High-Level Panel ini agar semua kepentingan bangsa-bangsa sedunia, utamanya negara-negara berkembang, apalagi the least developed countries itu diwadahi. Kalau tidak, mindset-nya atau mentalitasnya menjadi negara maju membantu negara berkembang, negera berkembang harus melakukan apa saja yang diinginkan oleh negara maju yang membantu itu. Menurut saya, tidak begitu partnership di abad 21 ini, tidak begitu, apa namanya, kebersamaan yang kita harapkan.
Â
Jadi, sebagai contoh negara maju lebih menyoroti free trade, negara berkembang fair trade. Oleh karena itulah, mengapa kita tidak bicara free and fair trade, begitu. Dan banyak lagi yang kita olah, dari aspek ekonomi. Saudara tahu negara maju hampir pasti mengatakan, eh negara berkembang lakukan ini, misalnya governance yang bagus dengan accountability yang  juga bagus. Lantas bikin iklim investasi yang juga bagus pelihara lingkungan dengan sebaik-baiknya, siapkan human capital agar nanti kalau ada FDI bisa berlangsung dengan baik, dan sejumlah hal yang oleh negara maju di apa namanya, disampaikan kepada negera berkembang.Â
Â
Nah, negara berkembang, sebaliknya juga berharap, misalnya negara maju benar-benar melakukan FDI dan financing yang, yang, yang  tepat, yang tanpa hambatan apa pun. Lantas sekali lagi, fair trade menjadi penting, dan kemudian ada technology sharing, lantas tentunya harapan negara yang sangat susah untuk sebuah debt reduction. Ini yang kita maksudkan, apabila dua-duanya diwadahi maka akan lebih bagus partnership dan cooperation di antara negara-negara di dunia ini, maju, emerging, dan berkembang
Â
Indonesia, sebagaimana Saudara ketahui sekarang ini, on the one hand kita adalah developing country, tapi on the other hand we are emerging economy, dan kita member, of G-20. Oleh karena itulah, kita harus bisa membawakan apa namanya, standing kita seperti itu sekaligus kepentingan Indonesia sendiri.
Â
Itulah yang kemarin kita bahas dan final sampai dengan 30 Mei, masih ada proses lanjutan, dan saya akan aktif nanti, Dr Kuntoro juga aktif di situ dan tim memastikan bahwa apa yang kita putuskan di Bali ini, betul-betul diwadahi dan menjadi bagian pokok dalam final draft atau final report  dari Panel yang akan saya serahkan kepada Sekjen PBB.
Â
Nah, kalau pada tingkat dunia seperti itu, maka KEN utamanya upaya untuk pengurangan kemiskinan dan juga mengurangi kesenjangan itu menjadi relevan untuk kita bicarakan, MDGs juga relevan. Ingat, saya harus mengatakan, Insya Allah sebagian besar sasaran MDGs bisa kita penuhi pada tahun 2015 mendatang. Tapi ada sejumlah hal, sejumlah goals yang harus kita bekerja sangat keras, misalnya mengurangi jumlah kematian ibu pada saat melahirkan atau upaya mengatasi penyakit HIV/AIDS, dan sejumlah hal lagi. Nah, sementara banyak yang jauh di atas sasaran, artinya bagus sekali. Ada juga yang pas dengan sasaran. Mari kita buktikan, karena kita menjadi Ketua Bersama dalam Panel ini, kita memberi contoh kepada dunia, bahwa kita bisa mencapai MDGs, dan bahkan ikut merumuskan kerangka kerja sama yang baru setelah 2015 mendatang.
Â
Demikian pengantar saya, dan sekarang pukul, jam saya pukul 10.25, saya persilakan Ketua KEN untuk mulai menyampaikan laporan dan presentasinya, dan kemudian nanti kita lihat perkembangannya, mungkin saya berikan kesempatan Wapres atau Menko Perekonomian untuk memberikan tanggapan, kemudian kita break, untuk Sidang Kabinet Terbatas, dan yang jelas Ketua KEN juga akan hadir dalam rapat lanjutan nanti. Demikian pengantar saya, terima kasih.
Â
Â
Â
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI