PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA TAHUN 2008 DAN PERESMIAN GEDUNG A UNIT RAWAT INAP TERPADU, 8 MEI 08

 
bagikan berita ke :

Kamis, 08 Mei 2008
Di baca 1130 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
ACARA PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA TAHUN 2008 DAN PERESMIAN GEDUNG A UNIT RAWAT INAP TERPADU RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
DI RSUPN DR. CIPTO MANGINKUSUMO, JAKARTA
TANGGAL 8 MEI 2008


Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudari Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Gubernur DKI Jakarta, dan para Gubernur, Bupati, Walikota, yang turut hadir dalam acara ini,

Yang saya hormati Saudara Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo,

Yang saya hormati pimpinan perwakilan organisasi kesehatan sedunia dan pimpinan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, keluarga besar Departemen Kesehatan, serta para pimpinan instansi kesehatan seluruh Indonesia,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita, atas rahmat dan ridho-Nya, masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan, untuk melanjutkan karya kita, tugas kita, serta pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta.

Kita juga bersyukur, hari ini dapat hadir di tempat ini untuk mengikuti dua kegiatan penting. Pertama adalah bersama-sama memperingati Hari Malaria Sedunia. Saya kira ini pertama kali negara kita secara resmi melakukan puncak peringatan Hari Malaria Sedunia ini secara nasional. Dan yang kedua, kita juga menghadiri peresmian gedung rawat inap terpadu di rumah sakit ini yang tujuan, sasaran, serta proses pembangunannya telah disampaikan tadi oleh Menteri Kesehatan.

Saudara-saudara,

Pada kesempatan yang baik ini pula, atas nama negara, atas nama pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan jajaran kesehatan pemerintah seluruh tanah air, termasuk pimpinan-pimpinan, dan anggota lembaga swadaya masyarakat, dan sukarelawan kesehatan, dan tentunya termasuk pimpinan dan jajaran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sejak berdiri hingga sekarang ini, atas perjuangan, upaya, dan kerja kerasnya untuk menyukseskan pembangunan di sektor kesehatan hingga saat ini. Termasuk tentunya upaya keras saudara-saudara dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

Tahun ini menandai satu abad kebangkitan nasional. Berbicara kebangkitan nasional, kita diingatkan atas perjuangan generasi 1908. Adalah menjadi catatan sejarah bahwa para founding fathers kita itu, para pejuang dan pelaku kebangkitan nasional 100 tahun yang lalu itu, sebagian besar dipelopori oleh para dokter, termasuk diantaranya dr. Wahidin Sudirohusodo, dan dr. Cipto Mangunkusumo, saya kira patut bertepuk tangan..., komunitas kedokteran dan jajaran kesehatan secara umum, saya berharap seratus tahun kedepan, para dokter, komunitas kesehatan juga ikut berdiri di depan untuk membangun masa depan yang lebih baik, membangun derajat kesehatan manusia Indonesia, sehingga manusia Indonesia lebih unggul, lebih sehat, dan lebih berdaya saing.

Saudara-saudara,

Pembangunan kesehatan menempati prioritas yang tinggi, menjadi agenda utama kita, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Kita ingin bersama-sama dengan pembangunan di sektor pendidikan, dan peningkatan pendapat rakyat kita, kesehatan juga dapat ditingkatkan, sehingga kualitas hidup rakyat kita, the quality of life of the Indonesian people, terus dapat kita tingkatkan. Kita tahu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan orang-seorang adalah menjadi ukuran dari indeks pembangunan manusia, human development index, dan juga menjadi sasaran utama dari yang kita kenal dengan MDGs, Millenium Development Goals.

Saudara-saudara,

Anggaran dibidang kesehatan dari tahun ke tahun terus meningkat. Pemerintah bersama DPR, saya melihat hadir juga di sini para pimpinan, dan unsur dari DPR RI, terima kasih atas kehadirannya. Pemerintah bersama DPR terus meningkatkan anggaran di bidang kesehatan secara signifikan. Tahun 2005 anggaran kita berjumlah 11,76 trilyun, tahun 2006 meningkat menjadi 16,39 trilyun, tahun 2007

yang lalu meningkat menjadi 22,13 trilyun atau hampir dua kali lipat. Tahun ini meningkat lagi, meskipun ada penyesuaian karena persoalan ekonomi yang muncul tahun ini. Kita semua tahu tingginya harga minyak dan beban yang tinggi dari APBN kita. Dalam kurun waktu tiga setengah tahun lebih ini, saya bersama menteri terkait, bersama Menteri Kesehatan, bersama Gubernur, Bupati, Walikota berkunjung ke berbagai pelosok daerah, melihat langsung kondisi masyarakat kita, dari aspek kesehatan, melihat fasilitas kesehatan yang kita bangun, dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para dokter, oleh para medis, dan semua yang berjuang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat kita.

Hadirin yang saya hormati,

Kebijakan pemerintah sangat jelas. Pada saat-saat saya berkunjung ke Departemen Kesehatan tahun lalu, tepatnya pada tanggal 3 Maret tahun 2007, dan kemudian saya berkunjung lagi bulan Februari yang lalu, saya mengingatkan bahwa kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan adalah agar kesehatan kita makin berkualitas, makin murah, dan gratis bagi yang miskin, dan mudah dijangkau oleh mereka yang memerlukan pelayanan kesehatan. Banyak rumusan tentang kemajuan sektor kesehatan, tetapi saya menggunakan istilah yang mudah, yang bisa diikuti oleh masyarakat luas, apakah kesehatan kita makin berkualitas, makin murah, makin mudah dijangkau, dan bagi yang miskin kita gratiskan.

Oleh karena itulah, kita ingin terus mengembangkan dan meningkatkan secara besar-besaran, fasilitas dan pelayanan kesehatan pada tingkat masyarakat luas, utamanya atau termasuk golongan masyarakat yang tidak mampu. Kita juga terus merevitalisasi program-program kesehatan yang dulu kita lakukan pada era masa reformasi ini tidak diaktifkan, seperti Pekan Imunisasi Nasional, aktifitas Posyandu, Pos Keluarga Berencana, dan lain-lain. Saya katakan program itu tetap relevan, baik, jangan karena pergantian politik, ulangi, kepemimpinan politik, program-program yang baik tidak kita lanjutkan. Program dimasa yang lalu, sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Suharto, Presiden Habibi, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati, yang masih tetap relevan harus kita lanjutkan. Begitu cara kita mengelola negara dan menjalankan roda pemerintahan.

Khusus penyakit menular, kebijakan dan instruksi saya selaku Presiden sangat jelas, termasuk gizi buruk, untuk terus ditingkatkan penanggulangannya. Bahkan, saya ulangi lagi pengarahan saya pada bulan Februari, untuk lebih serius lagi kita menanggulangi penyakit menular, utamanya malaria, demam berdarah, HIV Aids, TB (Tuberculosis Bacteria), dan flu burung. Saya juga mengatakan waktu itu, saya dukung penuh dan mari kita sukseskan program yang kita sebut dengan Save Papua. Gubernur Papua juga hadir di sini, kita ingin membangun dan menjalankan sebuah model terpadu, yang kita laksanakan di Papua tahun ini, yang memprioritaskan penanggulangan secara terpadu HIV Aids, malaria, dan demam berdarah.

Dengan menggunakan anggaran yang tidak sedikit, sejumlah 765 milyar rupiah. Saya berharap Saudari Menteri Kesehatan, Gubernur Papua bisa melakukan evaluasi diakhir program ini. Kalau program itu ternyata efektif, bisa kita jadikan model di daerah-daerah yang lain tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi provinsi, ataupun kabupaten/kota yang bersangkutan. Ini adalah wujud dari kebijakan program dan langkah-langkah nyata yang kita lakukan. Saya berharap, makin ke depan makin kita tingkatkan secara efektif.

Hadirin yang saya hormati,

Saya ingin menyampaikan ajakan dan harapan berkaitan dengan Peringatan Hari Malaria Sedunia Tahun 2008 ini. Menteri Kesehatan telah menjelaskan bahwa malaria adalah masalah global, oleh karena itu diperlukan komitmen global, dan kerja sama global. Kita mengetahui pula malaria disebut sebagai reemerging disease, penyakit yang tiba-tiba mengalami peningkatan, dan itu terjadi di 105 negara. Dikatakan tadi penderitanya 300 sampai 500 juta, cukup besar dari jumlah penduduk bumi yang berkisar 6,4 milyar. Tiap tahun meninggal 1 juta, cukup besar, sama dengan sepertiga atau seperempat penduduk Singapura. 6 persen diantaranya berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Untuk Indonesia bagian dari 6 persen itu, dari total penderita malaria sedunia.

Mengapa tiba-tiba muncul kembali, naik kembali, faktor yang sudah kita kenali adalah karena perubahan iklim, climate change, yang tadi kita saksikan dalam tayangan di depan kita, yang mengakibatkan meluasnya breeding places, tempat-tempat dimana malaria bisa berkembang biak dengan cepat. Oleh karena itu kita bergembira bahwa dunia bersepakat untuk menuntaskan pemberantasan penyakit malaria ini secara terpadu, dan secara sungguh-sungguh atau all out. Bahkan telah dijadikan salah satu sasaran dalam Millenium Development Goals yang insya Allah pada tahun 2015 mendatang kita bisa capai sasaran-sasaran itu.

Saudara-saudara,

Tema Hari Malaria yang kita pilih, atau yang dipilih dalam Hari Malaria Sedunia ini, saya kira tepat, “Ayo Berantas Malaria”, dengan sub tema “Kelambu terpasang, tidur tenang, malaria hilang.” Oleh karena itu, para gubernur yang sudah menerima kelambu, segeralah didistribusikan, segera dipakai oleh saudara-saudara kita, “berapa jumlahnya tadi?” jumlahnya itu 2.196.620 kelambu, dan 127.000 paket obat yang berkaitan dengan penyakit ini. Saya kira kalau segera dipakai akan menolong banyak, saya dan istri baik di Cikeas maupun di Istana juga pakai kelambu, meskipun Jakarta sudah dinyatakan sebagai bebas malaria, tetapi saya patuh kepada anjuran, supaya lebih aman lagi, silahkan dicek kalau tidak percaya.

Hadirin sekalian,

Di negeri kita sendiri, dan sekali lagi saya berterima kasih dengan saudara-saudara para pejuang kesehatan yang bekerja tidak kenal lelah. Penanggulangan malaria yang kita lakukan kecenderungannya membaik, makin efektif. Dalam tiga tahun terakhir catatan saya yang saya terima waktu saya berkunjung ke Depkes bulan Februari yang lalu, kematian, atau angka kematian terus menurun. Tahun 2005, 0,92 %, hampir 1 persen yang meninggal dari jumlah yang terkena penyakit itu. Tahun 2006 berkurang menjadi 0,42 %, tahun 2007 menjadi 0,2 %, tepuk tangan... Namun jangan cepat berpuas diri, harus dilaksanakan terus, lebih gigih lagi, kita bikin nol, kita harus punya determinasi, punya keyakinan, dengan kerja keras sangat bisa untuk kita bikin nol di negeri ini.

Oleh karena itu, seluruh jajaran kesehatan pemerintah teruslah melakukan langkah-langkah yang efektif, yang nyata untuk pemberantasan malaria ini, paling tidak ada tiga hal yang saya instruksikan kepada saudara-saudara.

Pertama, tingkatkan pendidikan, atau edukasi, sosialisasi, dan advokasi kepada masyarakat luas, agar mereka makin sadar, makin waspada terhadap penyakit malaria ini. Jangan pernah berhenti, terus saja dilaksanakan melalui berbagai cara dan media, itu pertama. Yang kedua, tingkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas sendiri, termasuk bagaimana melakukan perawatan, menggunakan obat-obatan yang cespleng. Tadi di depan kita lihat teknologi yang digunakan, aplikasikan teknologi itu, sehingga perawatannya menjadi lebih efektif. Dan yang ketiga, tadi kita lihat genangan-genangan air yang statis, yang menjadi tempat yang subur bagi nyamuk yang membawa penyakit malaria itu. Peliharalah lingkungan yang bersih dan sehat di setiap wilayah, RT, RW, desa, pojok-pojok negeri ini.

Saya kalau berkunjung ke daerah para gubernur, bupati, walikota, begitu lihat tempat kotor saya langsung berkomentar, “Kotanya bagus tapi ada sudut-sudut yang kotor, air tergenang,” jangan, kalau kita ingin menjadikan Indonesia sehat, ya BERSERI, Bersih, Sehat, Rapi, Indah. Dan itu termasuk kepemimpinan. Kepemimpinan kepala desa, camat, harus menjamah tempat-tempat seperti itu. Kalau bupati, walikota turun ke lapangan, harus melihat apakah masih ada seperti-seperti itu. Pemberantasan penyakit menular juga terpulang pada perhatian pribadi, kepemimpinan, dan turunnya para pemimpin di lapangan, melihat langsung apakah upaya itu telah dilaksanakan dengan benar.

Tiga hal inilah yang saya instruksikan untuk dilaksanakan oleh kita semua, jajaran kesehatan utamanya agar lebih bagus lagi hasil yang kita capai diwaktu yang akan datang. Ingat saudara-saudara, visi Indonesia Sehat 2010 yang telah kita canangkan tiga tahun yang lalu, tiga, lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Sederhana sekali, tapi riil, dan itulah yang kita jadikan visi, kesehatan 2010.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Setelah kita berbicara tentang upaya bersama kita untuk mengatasi malaria, saya ingin menyampaikan ajakan, harapan terhadap apa yang mesti kita lakukan dengan pengembangan fasilitas kesehatan, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, dan fasilitas-fasilitas yang lain menandai akan diresmikannya gedung unit rawat inap terpadu di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional DR. Cipto Mangunkusuma ini.

Pertama-tama saya ucapkan selamat dan terima kasih atas pembangunan gedung ini. Departemen Kesehatan, Pimpinan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan semua pihak yang bisa menghadirkan gedung di belakang ini. Biaya pembangunan dilaporkan tadi 123 milyar, saya anggap sebagai biaya yang memang perlu dikeluarkan. Ini termasuk produktif karena banyak biaya yang sebesar itu lebih bersifat konsumtif dalam era tekanan ekonomi global, dalam menghadapi tekanan APBN dan APBD, hentikan sekali lagi, pembangunan gedung, pembangunan fasilitas yang tidak sangat diperlukan, apalagi yang tidak produktif. Ini contoh produktif, karena langsung diabdikan untuk membantu saudara-saudara kita, apalagi golongan menengah ke bawah, golongan yang tidak mampu, saudara-saudara kita yang masih miskin.

Kita tentu ingin meningkatkan kualitas rumah sakit di seluruh tanah air. Rumah sakit-rumah sakit utama, rumah sakit besar yang berkategori world class hospital. Saya masih ingat, satu-dua bulan setelah saya mengemban amanah sebagai Presiden, ada yang datang kepada saya, “Pak Presiden, alangkah bagusnya kalau Indonesia memiliki lebih banyak modern hospital, rumah sakit moderen bertaraf internasional.” Kata beliau yang menyarankan kepada saya itu, “Kan nggak lucu Pak, dikit-dikit orang kita yang mampu, yang kaya berobatnya ke Singapura, berobatnya ke Perth, berobatnya ke mana, Tokyo, berobatnya ke Eropa, Amerika, dan lain-lain. Kita kan mampu, dokter kita, spesialis kita, teknologi bisa kita dapatkan, bisa kita bangun, dan seterusnya, dan seterusnya.”

Jawaban saya waktu itu adalah, “Saya setuju, dengan dua catatan. Catatan pertama, setelah kita perbaiki, tingkatkan, dan perluas fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, dan puskesmas yang sangat diperlukan oleh masyarakat luas, terutama mereka golongan tidak mampu, itu catatan pertama. Catatan yang kedua, kalau itu berupa modern hospital, apalagi skalanya besar, anggarannya banyak, bangun partnership, dorong swasta, tentu dalam kerangka kemitraan dengan pemerintah. Dengan demikian, tidak terlalu banyak menggunakan APBN kita, tapi kita gunakan sumber daya lain, dengan demikian APBN kita lebih kita arahkan untuk pembangunan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang masih memerlukan.

Dan apa yang kita tekadkan bersama waktu itu alhamdulillah telah menjadi kenyataan. Saya berikan contohnya, bahwa ini bukan wacana, ada yang menulis buku katanya pemerintah atau SBY ini hanya angin, saya kira gedung ini bukan angin. Tapi ndak apa-apa, dalam demokrasi semua bebas menyampaikan pikiran dan pendapatnya. Menghadapi seperti itu, mari saudara-saudara kita betul-betul membuktikan, menjadi sesuatu yang konkret, dan bukan hanya angin, bukan hanya wacana.

Kembali kepada yang tadi, puskesmas tahun 2005 jumlahnya 7.669. Tahun 2007, tahun lalu berarti, jumlahnya naik menjadi 8.114. Posyandu tahun 2005 jumlahnya 228.659, tahun 2007 yang lalu telah meningkat 269.202. Poskesdes tahun 2005 belum ada, masih angin betul itu. Tahun 2007, dua tahun kita bangun, sekarang kita memiliki poskesdes 33.910. Pos Kesehatan Pesantren tahun 2005 belum ada, tahun 2007, 600 buah. Saya ingin puskesmas, poskesdes, poskestren, dan fasilitas seperti itu terus kita tingkatkan sejalan dengan pembangunan rumah sakit yang lebih bertaraf internasional, pelayanannya termasuk seperti yang kita insya Allah akan resmikan sebentar lagi.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini banyak sekali jasa dan andilnya kepada bangsa dan negara, sejak didirikan pada tahun 1919. Mari kita lanjutkan, mari kita teladani semangat, komitmen, rasa kebangsaan dr. Cipto Mangunkusumo. Saya mendengar cucu beliau ada di sini, bertugas di rumah sakit ini, Ibu dr. Endang Mangunkusumo, ada beliau? Baik sampaikan salam saya, mudah-mudahan lebih banyak lagi dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Wahidin Sudirohusodo, di masa depan yang memiliki cita-cita luhur, keberanian untuk melakukan sesuatu, dan rasa kebangsaan dan kemanusiaan yang tinggi.

Teruslah, Saudara Direktur Utama, untuk, Prof. Dr. Akmal Taher untuk menjadikan rumah sakit ini sebagai salah satu center of excellence. Saya yakin bisa untuk makin ditingkatkan kehandalan dari rumah sakit ini. Kita kenal rumah sakit ini memiliki tiga wilayah yang dilaksanakan dengan baik. Pertama, pelayanan, bikin pelayanan di rumah sakit ini menjadi pelayanan terbaik. Yang kedua, pendidikan yang efektif. Saya melihat foto-foto gedung ini, tempat-tempat untuk pendidikan, tempat kuliah jangan diabaikan, dan pendidikan seperti ini akan efektif karena langsung melihat realitas, mengenali keadaan, berpikir bagaimana menemukan cara-cara perawatan yang lebih tepat. Dan yang ketiga, keunggulan dari rumah sakit ini di bidang penelitian, kesehatan, dan kedokteran, kalau tiga-tiganya terus dilakukan, maka rumah sakit ini akan benar-benar menjadi world class hospital, menjadi center of excellece.

Hadirin sekalian,

Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya ingin menyampaikan secara ringkas, isu lain yang tentu ada pengaruhnya dengan pembangunan sektor kesehatan, terutama berkaitan dengan anggaran Departemen Kesehatan, termasuk anggaran-anggaran di daerah yang menganggari, yang membiayai pembangunan kesehatan.

Kita tahu sekarang ini kita menghadapi tiga krisis dalam tingkat global, minyak, pangan, dan keuangan yang juga menjadikan pelambatan ekonomi global. Kita tahu perekonomian kita terpukul, mendapatkan beban yang berat akibat itu. Kita juga tahu APBN kita mengalami beban yang sangat berat, terutama berkaitan dengan subsidi BBM. Kita pun juga tahu, meskipun APBN kita mengalami tekanan yang berat, solusinya tidak mungkin hanya mengurangi subsidi BBM itu, solusinya tidak mungkin hanya, “Ya sudah kalau begitu kita naikkan BBM, habis perkara, tidak perlu solusi-solusi yang lain.” Saya ingin menjelaskan dengan terus terang kepada saudara-saudara apa yang sedang pemerintah lakukan, yang kalau mengait kepada APBN juga dilaksanakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Pukulan yang paling berat memang minyak, khususnya di BBM, pangan juga ada tapi bisa kita atasi, gejolak keuangan global, resesi ekonomi di beberapa negara, dampaknya ada pada ekspor dan investasi, tapi insya Allah bisa kita atasi. Yang terberat memang subsidi BBM. Tahun 2005, harga minyak mentah itu 60 dolar per barel, sekarang tahun 2008 harganya 120 dolar per barel, naik dua kali lipat. Mengikuti logika ini, kalau kita ambil gampangnya, ya sudah kalau gitu BBM kita naikkan 100 persen, karena naik dua kali lipat, begitu? Tentu ini tidak mungkin, ini tidak tepat, dan sangat membebani kehidupan masyarakat, terutama golongan tidak mampu dan golongan miskin.

Oleh karena itulah, serangkaian solusi, serangkaian opsi, kebijakan yang komprehensif terus digodok, dimatangkan sekarang ini, dan kalau menyangkut APBN, sekali lagi bersama-sama dengan DPR agar solusinya betul-betul tepat. Salah satu solusi yang kita pilih, penghematan secara menyeluruh, baik pada tingkat pengeluaran pembelanjaan negara, maupun penghematan penggunaan energi masyarakat. Departemen Kesehatan, Ibu Siti Fadillah Supari tentu mengalami penyesuaian, demikian juga departemen-departemen yang lain.

Tetapi sadarilah bahwa itu salah satu wujud atau bagian dari penyelamatan APBN kita, tetapi meskipun kita kurangi beberapa pos yang bisa kita kurangi, kita tunda nanti kalau kondisi ekonomi dunia sudah membaik, ekonomi kita pun juga terbebas dari beban yang sangat berat itu, biaya untuk penanggulangan kemiskinan, biaya untuk membantu, dan melindungi masyarakat yang tidak mampu, kita pertahankan bahkan kita tingkatkan. Apakah cluster bantuan langsung, apakah cluster pemberdayaan masyarakat, maupun cluster kredit usaha untuk usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.

Saudara-saudara,

Sebetulnya pemerintah dengan DPR telah melakukan perubahan APBN 2008. APBN 2008 yang saya sampaikan di depan Sidang Paripurna DPR RI tahun lalu, 16 Agustus, yang akhirnya menjadi APBNP tahun 2008, asumsi harga minyak 60 dollar per barel. Meskipun 4 bulan terakhir ini luar biasa tekanan itu, dan kepada pemerintah diminta untuk segera menyesuaikan bahan bakar, tapi pemerintah dengan DPR dalam APBNP sudah menaikkan asumsi itu 95 dollar per barel.

Dalam kaitan itu, meskipun tidak ideal, kita berpendapat masih tidak kita naikkan harga BBM itu. Nah sekarang, harganya menjadi 120 dollar per barel. Oleh karena itulah, kita sedang godok, matangkan, bagaimana solusi untuk mengatasi ini agar tidak menjadikan kebangkrutan APBN yang memukul seluruh kehidupan ekonomi di negara kita.

Ini ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini untuk menjadikan pemahaman, pengertian masyarakat luas, dan sekali lagi, kalau menyangkut penghematan, saudara-saudara tolong dimengerti, jangan dalam keadaan ini masing-masing tidak mau dikurangi anggarannya, harus dikurangi, apalagi yang tadi itu, yang konsumtif, yang masih bisa ditunda, dan seterusnya, dan seterusnya.

Demikianlah yang saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, baik yang menyangkut Peringatan Hari Malaria Sedunia, yang menyangkut Peresmian Gedung Unit Rawat Inap Terpadu di rumah sakit ini, dan menyangkut perkembangan situasi perekonomian kita yang memerlukan jalan keluar yang baik dan tepat, dan setelah saya menyampaikan ajakan dan harapan kepada saudara-saudara semua, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta mengucapkan bismillahhirahmannirrahim, Gedung A Unit Rawat Inap Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, saya nyatakan dengan resmi penggunaannya.

Sekian,

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI