PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW TAHUN 1429 H, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, TANGGAL 24 MARET 2008

 
bagikan berita ke :

Senin, 24 Maret 2008
Di baca 2385 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW TAHUN 1429 H
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 24 MARET 2008


Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,


Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Hj. Mufidah Yusuf Kalla, Istri saya, Ibu Negara memohon maaf kepada hadirin sekalian tidak bisa hadir dalam acara yang penting ini karena sakit. Menurut dokter karena kelelahan yang memuncak mengikuti kunjungan saya ke luar negeri minggu lalu. Sebagaimana hadirin ketahui, alhamdulillah saya dapat melakukan kunjungan ke Republik Islam Iran dan ke Senegal dalam rangka menghadiri Konferensi Puncak Organisasi Konferensi Islam kemudian ke Afrika Selatan, dan yang terakhir ke Persatuan Emirat Arab untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Timur Tengah dengan Indonesia.

Yang saya hormati para pimpinan dan anggota lembaga-lembaga tinggi negara,

Yang saya hormati para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu,

Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat, para ulama,

Hadirin-hadirat yang berbahagia, saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air yang saya cintai,

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang amat membahagiakan dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala, karena kepada kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan semoga senantiasa kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada negara dan bangsa tercinta, bahkan tugas dan pengabdian kita untuk ikut membangun peradaban dunia yang lebih menghadirkan kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan. Kita juga bersyukur ke hadirat Allah karena pada malam ini kita dapat kembali memperingati Maulud Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Marilah tidak lupa pula kita haturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut Rasulullah sampai akhir zaman dan insya Allah termasuk kita semua.

Hadirin-hadirat yang saya muliakan,

Kita telah mendengarkan uraian hikmah maulud Nabi yang disampaikan tadi oleh Saudara Prof. Dr. Abdul Majid, Abdul Jamil –mohon maaf- Rektor IAIN Walisongo di Semarang. Beliau mengangkat tema Maulud Nabi dan Meningkatkan Solidaritas Umat menuju Islam Rahmatan lil ‘aalamin. Kita berkali-kali mendengarkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam, pertama-tama dalam lantunan yang amat indah ketika Al-qur’an dibacakan tadi, kemudian dari penceramah kita Saudara Abdul Jamil, kemudian dari Menteri Agama, dan dari ceramah Prof. Abdul Jamil paling tidak ada dua hal yang ingin saya garisbawahi untuk bersama-sama kita jalankan. Yang pertama beliau mengatakan bahwa kita perlu terus membangun peradaban Islam, islamic civilization, yang peduli dan menebarkan -menurut Prof. Abdul Jamil- perdamaian, keadilan, kebebasan, keseimbangan, toleransi, dan persamaan, yang semuanya itu bertumpu sekali lagi pada konsep rahmatan lil ‘aalamin, Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam.

Yang kedua, penceramah juga menekankan agar solidaritas umat yang hendak kita tingkatkan adalah solidaritas yang menjaga perdamaian dan harmoni dalam kehidupan, solidaritas yang tidak terlalu eksesif dan tidak terlalu eksklusif. Dengan demikian tentu ini amat cocok dalam menjalani kehidupan bangsa di negara kita yang majemuk ini.

Saudara-saudara,

Setiap kali kita memperingati Maulud Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua hal utama yang mengemuka. Pertama, kita mengenang kepribadian rasulullah yang paripurna, kita mengenang perjuangan beliau yang amat berat untuk membangun umat, membangun bangsa, dan membangun negara, dan akhirnya berhasil. Yang kedua, selalu diingatkan kepada kita untuk memperkuat kesadaran dan komitmen kita mencontoh dan meneladani apa yang dilakukan oleh rasulullah. Manusia amat kecil di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, kita semua manusia juga amat jauh dari apa yang dimiliki dan dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kita perlu terus menyempurnakan kepribadian kita dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, dan kita terus berupaya meneladani apa yang telah dilaksanakan oleh rasulullah. Kita melalui ceramah tadi mendapatkan banyak hal menyangkut kepribadian dan perjuangan rasulullah termasuk apa saja yang mesti kita contoh.

Hadirin yang saya muliakan,

Setiap kali pula kita memperingati maulud Nabi, selalu kita dapatkan nilai dan pelajaran besar dari kepemimpinan rasulullah dalam mengatasi persoalan, ujian, dan tantangan yang maha berat pada zaman beliau. Nilai-nilai besar, pelajaran yang dapat kita petik yang dapat saya kemukakan pada malam hari ini untuk menjadi bahan refleksi kita adalah sifat beliau yang sabar, tegar, tawakal, dan tetap besyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghadapi tantangan dan ujian apa pun. Yang kedua, sikap beliau yang bertanggung jawab, terus berikhtiar, dan berusaha keras untuk memecahkan segala persoalan itu. Oleh karena itulah berangkat dari dua nilai dan pelajaran besar itu, saya mengajak kepada seluruh pemimpin di negeri ini, di seluruh tanah air yang sedang mengemban amanah untuk dapat mencontoh kepemimpinan rasulullah, Sang Teladan.

Dalam pembacaan ayat suci al-qur’an yang kedua juga diingatkan rasulullah sebagai uswatun hasanah yang banyak meninggalkan pelajaran yang patut kita contoh dan telaadani. Marilah dengan ikhlas kita tanggung segala ujian dan tantangan kepada seluruh pemimpin di negeri ini karena memang kita sedang mengemban amanah. Yang dirasakan oleh rakyat kita, apa saja? Yang masalah-masalah itu sesungguhnya disebabkan oleh banyak hal. Sebagian sebagai kelanjutan dari masalah masa lalu, sebagian permasalahan yang muncul sekarang ini, sebagian masalah yang mengalir dari perkembangan dunia, seperti krisis keuangan, tingginya harga minyak dunia, serta kenaikan harga-harga pangan. Sambil kita terus memohon petunjuk dan bimbingan Allah Subhaanahu wa Ta’aala marilah kita terus berjuang mengatasi semua masalah itu. Kita semua jajaran-jajaran pemimpin di seluruh tanah air dengan ikhlas dan tegar. Kita juga harus siap menerima sikap kurang sabar dari sebagian saudara-saudara kita, bahkan barangkali cemooh serta cercaan karena semata-mata kita memang sedang mengemban amanah, harus kita terima. Tidak boleh ada kata menyerah atau putus asa, marilah kita hadapi, kita jalani, dan terus kita bangun negeri tercinta ini menuju hari esok yang lebih baik.

Hadirin-hadirat yang saya muliakan, saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air yang saya cintai,

Dunia tempat kita hidup ini juga menghadapi berbagai persoalan, ujian, dan tantangan, paling tidak ada tiga hal yang ingin saya sebutkan. Yang pertama, persoalan yang berkaitan dengan perdamaian dan ketertiban dunia. Konflik bersenjata masih terjadi di banyak tempat di dunia ini, termasuk yang disebut dengan benturan antar peradaban, clash of civilization. Yang kedua adalah persoalan yang berkaitan dengan ekonomi dan kesejahteraan, krisi keuangan gobal, harga minyak yang tinggi, inflasi pangan, termasuk kemiskinan dan kesenjangan yang masih menganga dalam kehidupan bangsa-bangsa di dunia, adalah persoalan ekonomi dan kesejahteraan yang berat. Oleh karena itulah dunia berkomitmen, bangsa-bangsa bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki komitmen dan keinginan yang besar untuk mengurangi kemiskinan di dunia ini separuh selama 15 tahun, yang dicanangkan tahun 2000, dengan tujuan tahun 2015 insya Allah bisa berkurang separuhnya, yang kita kenal dengan Millenium Development Goals. Menyadari kemiskinan sesuatu yang fundamental, yang tidak mungkin bisa diubah, diselesaikan, sebagaimana kita membalik telapak tangan.

Yang ketiga, yang ingin saya sampaikan masih persoalan dunia adalah perubahan iklim dan keselamatan bumi kita. Kita menyadari bahwa pemanasan global, perubahan iklim, ini sebagian besar karena ulah manusia di samping bencana yang merupakan peristiwa alam. Oleh karena itu jawabannya saudara-saudara, menghadapi itu semua adalah masyarakat dunia harus lebih bersatu dan bersama-sama mengatasi masalah itu. Bangsa Indonesia juga ikut bertanggung jawab dengan pertama-tama tentunya berbuat yang terbaik untuk negerinya, untuk bangsanya. Sehingga dengan demikian apa yang kita lakukan di negeri sendiri menjadi bagian dari apa yang dilakukan oleh umat manusia se-dunia.

Hadirin yang saya hormati,

Kita bersyukur muncul kesadaran, tanggung jawab, dan aksi nyata dari dunia Islam, tercermin dari apa yang dilakukan oleh negara-negara anggota OKI yang baru ini melaksanakan pertemuan puncak di Dakar, Senegal, yang saya turut hadir di sana mewakili saudara semuanya. Para Kepala Negara, Kepala Pemerintahan sepakat untuk memperjuangkan piagam baru OKI, the Charter of OIC, New Charter of OIC, yang sepakat untuk mengimplementasikan butir-butir penting dari pertemuan puncak di Mekkah Al-Mukarromah pada tahun 2005. Saya sangat percaya apabila semua agenda dalam rangka perjuangan dunia Islam ini dapat kita laksanakan, akan saya jelaskan secara singkat apa yang menjadi tekad dunia Islam dari pertemuan puncak di Mekkah dan pertemuan puncak di Senegal kemarin, maka apabila itu dijalankan peradaban Islam sebagai bagian dari peradaban manusia, part of human civilization, akan makin besar, makin tinggi, dan makin mulia.

Yang kedua, peradaban Islam akan mampu hidup berdampingan dengan peradaban-peradaban lain secara damai, yang terjadi insya Allah bukan clash of civilization, tetapi harmony among civilization. Kemudian yang ketiga, Islam akan banyak memberikan solusi bagi kehidupan dunia, sehingga benar-benar Islam menaburkan rahmat bagi semesta alam. Yang saya maksudkan hadirin sekalian adalah butir-butir dari piagam baru OKI dan hal-hal penting dari pertemuan puncak di Mekkah Al-Mukarromah adalah yang pertama dengan visi strategis dan visi yang menjangkau jauh ke depan Islam akan terus menjalankan ajaran Islam yang agung, dengan mengaplikasikan nilai-nilai kasih sayang, perdamaian, harmoni, pendekatan yang baik, civilized approach begitu dikatakan sebagai hasil dalam pertemuan kemarin di Senegal. Yang kedua, sebagai bagian dari peradaban Islam yang tengah ditingkatkan negara-negara anggota OKI akan terus komitmen kita bersama membangun tata pemerintahan yang baik, good governance, mengembangkan partisipasi politik yang lebih luas, menghormati tatanan hukum, rule of law, melindungi hak asasi manusia, menegakkan keadilan sosial, social justice, memerangi korupsi, seraya menigkatkan transparansi dan akuntabilitas negara. Itu adalah piagam baru dari OIC yang mengangkat butir-butir kesepakatan pertemuan puncak di Mekkah.

Dan yang ketiga, menghadapi dunia yang rawan terhadap terjadinya benturan antar peradaban, clash of civilization, maka dunia Islam sepakat untuk ke depan ini mengembangkan nilai-nilai Islami yang luhur dengan mengedepankan dialog, sikap moderat, keadilan, kebenaran, dan toleransi. Marilah saudara-saudara, tekad besar dunia Islam yang saya sampaikan tadi, kita syukuri bersama, kita perjuangkan, dan kita sukseskan.

Hadirin yang saya hormati,

Visi strategis dan pilar-pilar peradaban Islam yang saya kemukakan tadi sesungguhnya kalau kita melihat ke dalam adalah juga menjadi nafas, roh, dan tekad kita dalam melakukan transformasi dan reformasi di negeri tercinta ini. Itu pula yang menjadi strategi dan kebijakan nasional dalam hubungan antar bangsa, utamanya dalam ikut membangun peradaban dunia yang saya sampaikan tadi. Adalah menjadi tekad kita untuk Indonesia bisa membangun kehidupan di negeri tercinta ini di mana Islam, demokrasi, dan modernitas dapat hidup bersama secara damai. Demokrasi yang hendak kita bangun berulang kali saya katakan demokrasi yang disertai amanah, yang menjunjung tinggi amanah, dan akhlakul karimah. Demokrasi yang membawa manfaat, demokrasi yang santun, demokrasi yang tertib, demokrasi yang mengembangkan musyawarah untuk mencapai kesepakatan atau pun konsensus. Alangkah indahnya kalau itu dapat kita wujudkan. Adalah Mahatma Gandhi yang mengingatkan sesungguhnya ada kaitan yang erat antara demokrasi dan peradaban the twin democracy and civilize. Gandhi mengatakan peradaban tiada lain adalah kesediaan untuk hidup dalam perbedaan. Oleh karena itulah peradaban juga identik dengan demokrasi. Melancarkan perang, melakukan kekerasan, tekanan-tekanan yang berlebihan, bukan hanya tidak beradab, uncivilized, juga tidak demokratis, undemocratic. Marilah kita cam kan betul bagaimana kita membangun peradaban, mengembangkan demokrasi di Indonesia ini dan di seluruh dunia.

Hadirin sekalian,

Akhirnya sebagai seorang yang sedang mengemban amanah di negeri tercinta ini, saya mengajak umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia untuk kita terus bersatu, membangun solidaritas dan berjuang memajukan kehidupan bangsa dan negara. Marilah kita contoh dan tauladani kepribadian yang agung dan perjuangan besar Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memimpin umat serta membangun bangsa dan negara yang rasulullah pimpin waktu itu. Dan saya yakin, kita yakin dengan ridha Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan dengan perjuangan yang gigih kita semua Indonesia yang kita cintai ini akan semakin maju dan semakin sejahtera.

Demikianlan pesan, harapan, dan ajakan yang dapat saya sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Besar, Allah Subhaanahu wa Ta’aala selalu senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk, dan lindungannya kepada kita sekalian.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.



Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI