Perlu Masukan Tentang Infrastruktur Berbudaya, Presiden Berdialog Dengan Budayawan

 
bagikan berita ke :

Rabu, 24 Agustus 2016
Di baca 646 kali

Presiden mengungkapkan anggapan yang selama ini ditujukan pada Presiden mengenai program pembangunan yang diusung nya. Banyak pihak menganggap bahwa pemerintah sekarang ini hanya berfokus pada percepatan pembangunan fisik semata.

"Pada sore hari ini, saya ingin mendapatkan masukan-masukan, mendapatkan input-input, agar pembangunan infrastruktur yang lunak, infrastruktur yang tidak keras itu juga bisa kita mulai," ucap Presiden berdasarkan rilis Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin‎.

Adapun infrastruktur lunak yang Presiden maksudkan itu terkait dengan kebudayaan dan segala dimensi nya yang merepresentasikan identitas bangsa. Presiden mengharapkan identitas dan jati diri bangsa Indonesia jauh lebih terlihat. Presiden juga mengungkap bahwa Presiden merasakan sendiri dan memahami keterbatasan sarana pendukung budaya yang ada. Kondisi tersebut, lanjut Presiden, tidak memungkinkan untuk bisa berekspresi dengan baik. Taman-taman budaya yang Presiden lihat sudah ada di beberapa kota/kabupaten pun tidak memberikan sebuah kontribusi yang kelihatan bagi pembangunan budaya.

Presiden mengakui dalam pertemuan itu banyak menerima masukan dari para budayawan itu, misalnya menumbuhkan kembali kesusastraan.

"Menguatkan kembali diplomasi budaya kita, membangun pusat kebudayaan. Tapi tidak di wilayah urban tetapi juga di desa sehingga muncul pusat kebudayaan, tak hanya di kota tetapi juga di daerah. Saya kira banyak sekali nanti kebijakan makro kebudayaan kita dalam rangka proses pembudayaan manusia," ucap Presiden.

Selama dialog yang bertajuk "Ngeteh Bareng Presiden" tersebut berlangsung, Presiden Joko Widodo didampingi Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit. Tampak pula hadir ‎Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
 
‎
Adapun sejumlah seniman dan budayawan yang turut berpartisipasi dalam dialog tersebut antara lain Arswendo Atmowiloto, Frans Magnis Suseno, Jean Couteau, Garin Nugroho, Radhar Panca Dahana, Sutanto Mendut, Ahmad Tohari, Acep Zamzam Noor, Nasirun, Edy Utama, Al-Azhar, Sys Ns, Djadoeg Ferianto, dan Butet Kertaradjasa.‎ (Humas Kemensetneg)
 
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0