Presiden: "Adili Siapa pun yang Terlibat Aksi Terorisme. Siapa pun!"

 
bagikan berita ke :

Selasa, 21 Juli 2009
Di baca 644 kali

Jakarta: Saat ini pemerintah telah menjalankan kegiatan tanggap darurat untuk merawat korban dalam ledakan bom di Hotel JW. Marriott dan Hotel Ritz Carlton. Investigasi juga tengah dilakukan. "Setelah saya menerima laporan awal dan saya telah menginstruksikan kepada Polri, Badan Intelejen Negara, dan lembaga-lembaga negara terkait untuk melakukan investigasi secara cepat dan menyeluruh, serta mengadili pelaku-pelakunya sesuai ketentuan hukum yang berlaku,” Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan hal ini saat memberikan keterangan persnya di halaman depan Kantor Presiden, Jumat (17/7) siang.

“Saya yakin, sebagaimana yang dapat kita ungkapkan di waktu yang lalu, para pelaku dan mereka-mereka yang menggerakkan aksi terorisme ini akan dapat kita tangkap dan akan kita adili secara hukum. Saya juga menginstruksikan kepada para penegak hukum untuk juga mengadili siapa saja yang terlibat dalam aksi terorisme ini. Siapapun dia, apapun status dan latar belakang politiknya,” Presiden menandaskan.

Presiden menjelaskan, tadi pagi banyak sekali mendengar pernyataan dari orang-orang yang mencemaskan jika aksi teror ini berkaitan dengan hasil pemilihan presiden sekarang ini. Tapi Presiden meminta kita tidak boleh main tuding. "Semua teori dan spekulasi harus bisa dibuktikan secara hukum. Negara kita adalah negara hukum dan juga negara demokrasi. Oleh karena itu norma hukum dan norma demokrasi harus betul-betul kita tegakkan. Bila seseorang bisa dibuktikan bersalah secara hukum, baru kita mengatakan yang bersangkutan bersalah,” SBY menambahkan.

“Saya harus mengatakan untuk pertama kalinya kepada rakyat Indonesia, bahwa dalam rangkaian Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden serta Wakil Presiden tahun 2009 ini, memang ada sejumlah intelijen yang dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang. Sekali lagi ini memang tidak pernah kita buka kepada umum, kepada publik, meskipun terus kita pantau dan ikuti. Intelegen yang saya maksud adalah adanya kegiatan kelompok teroris yang berlatih menembak dengan foto saya, foto SBY dijadikan sasaran. Dijadikan sasaran tembak,” ujar SBY.

Presiden SBY kemudian menunjukkan beberapa lembar foto yang menggambarkan seseorang berpakaian hitam-hitam dengan penutup kepala sedang berlatih menembak. Sasaran yang digunakan penembak adalah foto SBY. Ada tanda hitam di wajah SBY, sebagai tanda sasaran tembak.

Presiden SBY mendapatkan laporan intelijen ini beberapa saat yang lalu. Ada rencana dari kelompok teroris untuk melakukan kekerasan dan tindakan melawan hukum berkaitan dengan hasil Pemilu. Ada pula rencana untuk pendudukan paksa KPU, pada saat nanti hasil pemungutan suara diumumkan. "Ada pernyataan, akan ada revolusi jika SBY menang. Ini intelijen, bukan rumor, bukan isu, bukan gosip. Ada pernyataan, kita bikin Indonesia seperti Iran. Dan yang terakhir ada pernyataan, bagaimanapun juga SBY tidak boleh dan tidak bisa dilantik. Saudara bisa menafsirkan apa arti ancaman seperti itu. Dan puluhan intelijen lagi yang sekarang berada di pihak yang berwenang,” SBY menjelaskan.

Sesuai dengan kebiasaaan ketika terjadi bencana, Presiden SBY tadi pagi ingin langsung datang ke lokasi. Namun Kapolri dan semua pihak menyarankan agar Presiden jangan dulu datang, karena memang belum steril, masih dibersihkan, masih disisir, dan ancaman setiap saat bisa datang. “Apalagi dengan contoh yang saya sampaikan tadi. Ancaman fisik,” kata SBY.

“Tetapi tentu hidup dan mati di tangan Allah SWT. Saya tidak boleh terhalang dalam menjalankan tugas saya untuk rakyat, untuk negara ini. Dan karena pengamanan Presiden berada di pundak TNI, saya yakin TNI telah mengambil langkah-langkah seperlunya. Terhadap semua intelijen itu, saudara-saudara, apakah terkait dengan aksi pemboman hari ini atau tidak terkait, saya menginstruksikan kepada semua jajaran penegak hukum untuk menjalankan tugasnya dengan benar, objektif, tegas dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum,” tegas SBY.

Andaikata tidak terkait dengan ancaman-ancaman yang terjadi itu, aksi pemboman hari ini tetaplah harus dicegah, harus dihentikan karena anarkhis, melawan hukum, dan bukan karakter demokrasi. “Sangat jelas atas semuanya ini, saya selaku kepala negara dan kepala pemerintahan mengutuk keras aksi teror yang keji ini. Saya juga sangat-sangat prihatin dengan kejadian ini,” seru SBY.

“Barangkali, atau biasanya dalam keadaan seperti ini banyak diantara kita yang kurang berani menyampaikan kecaman dan kutukannya. Barangkali karena pertimbangan politik. Saya dengan bahasa terang harus menyampaikan seperti itu, karena demikian amanah saya sebagai kepala negara,” kata SBY.




Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/07/17/4516.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0