“Saya meminta jajaran kementerin Kebudayaan dan Pariwisata dan komnunitas pariwisata, asosiasi profesi dan asosiasi usaha untuk menjadi penjuru. Tetapi saya tahu tidak mungkin sektor pariwisata maju kalau tidak di-back up oleh sektor-sektor penunjang lainnya. Karena ini harus di-back up oleh semua,“ kata Presiden.
Presiden mencontohkan aspek-aspek penunjang pariwisata itu, seperti transportasi yang sedang ditata kembali. Lalu, masalah kemudahan visa, infrastruktur di daerah-daerah, telekomunikasi, dan cinderamata atau souvenir di tempat-tempat wisata sebagai industri penyeimbang.
SBY mengharapkan Rakornas Kebudayaan dan Pariwisata yang berlangsung di Jakarta pada 27 – 29 Maret 2007 ini bisa menghasilkan sesuatu yang akhirnya akan mengembangkan kebudayaan dan pariwisata di Indonesia. “Saya menyadari tidak mudah selalu penuh dengan tantangan untuk mencapai tujuan yang besar, termasuk upaya mengembangkan sektor kebudayaan dan pariwisata di negeri ini. Oleh karena itu melalui saudara-saudara semua dan hakikatnya kepada seluruh rakyat Indonesia, saya mengajak untuk bersama-sama menyatukan tekad, komitmen, dan langkah nyata untuk mencapai dua tujuan yang mulia itu," ujar SBY.
“Kita harus menyatukan energi. Kalau energi kita satukan, insya Allah hasilnya akan nyata, konkret, dan bahkan kita bisa menghasilkan sesuatu yang besar yang benar-benar mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat kita semua. Indonesia negeri yang kita cintai ini memiliki potensi yang luar biasa di bidang kebudayaan dan pariwisata termasuk warisan budaya, heritage dari generasi ke generasi. Sayangnya dan harus kita akui bahwa potensi yang besar ini belum sepenuhnya menjadi kekuatan riil yang memberikan kontribusi untuk membangun kemakmuran bangsa kita," lanjut SBY.
Kita sesungguhnya memiliki peluang besar, great opportunity, karena kita memiliki resources. Potensi yang kita miliki belum dikembangkan dan dikelola secara optimal. Tugas jangka pendek kita dalam konteks ini adalah melakukan revitalisasi dan pembangunan kembali. “Sedangkan jangka panjang, saya harus mengatakan sesungguhnya kebudayaan itu menjadi pilar utama bagi terwujudnya bangsa yang maju dan sejahtera, developed nation. Karena bangsa yang maju, to be developed nation, harus bercirikan memiliki karakter yang kuat, watak yang kuat, kemudian inovasi teknologi yang tinggi, dan akhirnya membentuk daya saing yang tinggi pula. Kalau kita bicara itu, karakter daya saing inovasi teknologi, sesungguhnya ini wilayah dari kebudayaan dalam arti luas," Presiden menjelaskan.
“Karena pendidikan pun sebetulnya bagian dari kebudyaan dalam arti luas. Mari kita renungkan arti pentingnya kita membangun budaya bangsa untuk akhirnya membangun karakter bangsa yang tangguh dan mandiri untuk menuju ke kemajuan yang sejati, “ Presiden menambahkan. Usai memberi sambutan, Presiden SBY meresmikan dibukanya Rakornas Pariwisata dan Kebudayaan dengan memukul gong.
Rakornas dihadiri sekitar 500 orang yang terdiri dari instansi pemerintah terkait, asosiasi kebudayaan, asosiasi pariwisata, UPT. Bidang Kebudayaan, UPT. Bidang Pariwisata, Lembaga Pemerintah Non Departemen, BUMN, para Gubernur, Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Provinsi, Kepala Dinas Budpar Kabupaten/kota, Forum Wartawan Budpar, dan Forum Dialog Pariwisata.
Selain Menbudpar Jero Wacik, tampak hadir Menko Kesra Aburizal BAkrie, Mendagri M.Ma’ruf, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Dirut Garuda Emirsyah Satar, dan anggota Komisi X DPR RI.
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/03/27/1674.html