Presiden di Poso : Perbedaan Agama Tidak Boleh Jadi Penghalang Untuk Hidup Damai

 
bagikan berita ke :

Rabu, 02 Mei 2007
Di baca 1275 kali

Presiden ke Desa Tokorondo meletakkan batu pertama pembangunan Pesantren Modern Ittihadul Ummah, dan Peresmian Rehabilitasi lima Masjid di Kabupaten Poso. "Biarpun kita tidak meyakini apa yang diyakini oleh orang lain, agama mewajibkan kita untuk menghormati apa yang diyakini orang lain, " ujar Presiden.

Lebih lanjut Presiden menambahkan, kita memang boleh berdiskusi dan bertukar pikiran dalam masalah agama, namun semuanya itu, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur'an, harus dilakukan secara argumentatif dan bijaksana. Presiden juga mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara. "Mari kita bangun kembali semangat persaudaraan, kesatuan dan persatuan demi masa depan anak cucu kita. Negeri ini adalah negeri kita bersama. Milik semua suku dan milik semua umat beragama," ujar Presiden. Karena itu, lanjut Presiden, kedepankan rasa toleransi, tenggang rasa dan hormat menghormati. Kalau kita berbicara tentang perdamaian, maka sesungguhnya perdamaian itu adalah soal hati. Sekali lagi, hati," tegas Presiden SBY.

"Hati yang bersih akan melahirkan niat yang tulus dan perasaan yang ikhlas dalam melakukan segala sesuatu. Segala kebijakan yang diambil, segala amal perbuatan yang dilakukan, diniatkan semata-mata untuk mencari keridhoan Allah, bukan untuk mencari kemegahan duniawi. Apa yang diridhoi oleh Allah pasti akan membawa manfaat dan manfaat bagi umat manusia," jelas SBY.

Ia mengatakan bahwa kebersihan hati akan dimiliki seseorang jika ia terus menerus berusaha mendekatkan diri pada Allah. "Sebab itulah, pesantren ini dibangun dan masjid ini direnovasi agar umat Islam di sini dapat mendalami ajaran agama dengan sungguh-sungguh dan dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk untuk membersihkan hati. Karena jika hati penuh debu dan hal-hal yang tidak bersih, maka yang lahir daripadanya, perasaan dengki dan iri hati. Inilah yang sesungguhnya yang menjadi sumber malapetaka dalam kehidupan yang fana ini," tambah Presiden.

"Karena rasa iri dan dengki membahayakan kehidupan keluarga, kehidupan bertetangga, dan bermasyarakat. Jika rasa dengki dan iri hati itu memasuki kehidupan politik dan percaturan antar bangsa, hubungan internasional, maka akan merusak umat manusia. Jika rasa dengki dan iri hati itu tidak segera diredam atau diobati, akan mendorong perbuatan-perbuatan buruk, termasuk menyebar fitnah dan mencelakakan orang lain. Dengki menghasilkan kebencian dan konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Jika kita mulai dihinggapi perasaan seperti itu, kita manusia bisa khilaf, dan segeralah kita beristighfar, memohon ampun kehadirat Allah seraya memohon bimbingan yang benar," kata Presiden."Saya menyampaikan ini bukan berarti mengutip Imam Ghazali, bukan maksud saya mengambil peranan para ustadz atau para alim ulama. Yang saya ketahui, pemahaman mereka terhadap agama ini tentu jauh lebih dalam dari saya ini," jelas Presiden.

Ditambahkan, hilangkan kekerasan dan tegakkan perdamaian, karena kekerasan bagaimanapun bentuknya tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tiap kekerasan akan memunculkan kekerasan yang lain. Presiden juga menyerukan kepada semua pihak untuk bersama - sama menahan diri dan mengendalikan diri, karena sikap seperti itu adalah bagian sikap takwa .� Mudah – mudahan tidak ada diantara kita tergoda kembali untuk melakukan hal – hal yang akhirnya hanya memulai terjadinya konflik yang baru," tambahnya.

Pemerintah, lanjut SBY, terus berupaya selalu menjaga keamanan di daerah ini. Polri dibantu TNI akan terus berjaga untuk memulihkan dan memelihara keamanan. "Tentunya langkah – langkah penegakan hukum akan kita laksanakan secara tegas jika diperlukan, agar masyarakat merasa tentram, “ kata Presiden.

Presiden menambahkan, tentu di dalam memelihara keamanan, Polri dan TNI pertama – tama harus mengedepankan langkah – langkah persuasif kepada semua pihak. “ Bangun silaturahmi, bangun komunikasi, bangun kebersamaan dengan para ulama dan pemuka agama di tempat ini. Dengan demikian apa yang kita lakukan, Insya Allah kita akan mendapatkan kebersamaan semua pihak, “ tambahnya. Presiden juga mengingatkan kepada masyarakat untuk waspada terhadap pihak – pihak tertentu, orang - orang tertentu yang tidak menyayangi Poso, yang tidak punya hati terhadap kedamaian, dan keselamatan saudara - saudara kita disini, dan tidak ingin Poso damai.

Kepada media massa, Presiden juga minta agar membuat pemberitaan yang obyektif, berimbang, dan arif bijaksana agar sekali lagi situasi yang kondusif ini dapat kita terus pertahankan dan bahkan kita kembangkan lebih baik lagi.

Kemudian Presiden menceritakan bahwa sejak dulu akhir tahun 2000 hingga 2003, dirinya sangat sering berkunjung ke Palu, Poso, Tentena, dan tempat – tempat yang lain untuk mencari solusi yang adil. “Mencari solusi yang bermartabat, agar konflik segera dihentikan. Bahkan saya bersama Pak Jusuf Kalla yang Alhamdulillah menjadi wakil saya, juga melakukan silaturahmi dengan para ulama waktu itu, sebelum bersama – sama melaksanakan pertemuan Malino. Oleh karena itu, karena saya menjadi bagian dari upaya besar untuk membangun kembali dan mengakhiri konflik di tempat ini, tentu menjadi amanah bagi saya untuk membangun kembali Poso pada khususnya, dan Sulawesi Tengah pada umumnya, “ kata Presiden lagi.

 

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/01/1780.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0