Presiden Mengingatkan, Pemimpin Harus Mempunyai Ideologi

 
bagikan berita ke :

Selasa, 22 September 2015
Di baca 1215 kali

Ideologi kita sama, Pancasila, tapi cara penerapannya berbeda. Ada yang melalui gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada juga dengan cara-cara lain. “Tapi saya sebagai seorang Presiden juga harus mempunyai ideologi yang jelas. Apa itu? Berdaulat, berdikari, dan berkepribadian,” kata Presiden. Sebagaimana yang dirilis dalam siaran pers Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana.

 

Indonesia memiliki tiga kesempatan untuk membuat fondasi yang kuat, yakni pertama saat terjadi booming minyak tahun 1970-1980, tapi kesempatan itu tidak dimanfaatkan karena tidak bisa membuat fondasi yang kokoh. Kesempatan kedua terjadi saat booming kayu, yang juga tidak kita gunakan untuk membangun fondasi yang kuat. Kemudian yang terakhir, kita mempunyai kesempatan emas, yakni mineral dan baturbara (minerba) kita. “Oleh sebab itu, inilah yang harus kita gunakan untuk membuat fondasi negara kita, agar ekonominya kokoh,” ujar Presiden.

 

Saat ini, kita sedang menghadapai perlambatan ekonomi, sesuatu hal yang berbeda dengan krisis ekonomi, dimana pertumbuhan kita mengalami perlambatan dari 5,01 persen menjadi 4,7 persen. “Kalau dilihat dalam global dunia, kita masih pada posisi lima besar terbaik,” kata Presiden.

 

Perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini dapat dikelola dengan baik bila kita mengedepankan nilai-nilai kegotongroyongan dan persatuan. Bahkan pada tahun depan akan tumbuh lebih baik dari tahun ini. “Tapi memang butuh kebersamaan kita semuanya,” ucap Presiden.

 

Tantangan pertama yang dihadapi seorang pemimpin adalah menjaga dan melindungi kedaulatan kita. Tahun lalu kita kehilangan Rp 300 triliun di laut karena illegal fishing, tapi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan yang ada dalam Kabinet Kerja, 100 kapal penangkap illegal fishing sudah ditenggalamkan. “Ini untuk apa? Untuk beri peringatan bahwa yang ada di laut kita itu milik bangsa kita, dan oleh sebab itu harus dipertahankan,” tegas Presiden.

 

Tugas melindungi dan mempertahankan kedaulatan itulah yang akan menjadi tugas calon kepala daerah nantinya. Tantangan itu yakni begitu besarnya impor pangan. Tahun 2014 impor yang terjadi sebesar 7,4 juta ton gandum, gula 3,2 juta ton, jagung 3,3 juta ton. Presiden menjelaskan bahwa banyaknya impor itulah yang menyebabkan kegoncangan neraca perdagangan karena bila kita mengimpor maka transaksinya dalam USD. “Tugas bapak dan ibu semuanya di daerah, sehingga ke depan tidak ada impor beras, kedelai, jagung,” kata Presiden.

 

Faktor lain yang harus diperbaiki di bidang pangan adalah saluran irigasi, karena banyak yang tidak berfungsi dengan baik. Untuk itu, Presiden meminta agar para bakal calon pimpinan daerah ini agar memberikan perhatian kepada irigasi untuk sawah dan pemeliharaan waduk. “Jangan lagi buat kantor bupati yang mewah, yang namanya bekerja harus ada prioritas,” ucap Presiden.

 

Presiden bercerita bahwa bila dirinya bertanya kepada kepala negara tentang apa yang penting bagi suatu negara, jawabnya ialah pertama, stabilitas keamanan; kedua, stabilitas politik, dan ketiga, kerjakan infrastruktur. “Dengan infrastruktur itu nantinya yang namanya distribusi logistik dan transportasi lebih murah,” ujar Presiden. 

 

Kita harus menghindari antrean di pelabuhan, sehingga pelabuhan harus diperbesar, harus diperbaiki dan kapal-kapal penyeberangan harus dibeli. “Mau tidak mau fokusnya harus ke sana,” kata Presiden. 

 

Masalah lain yang menjadi perhatian Presiden adalah gini ratio yang sudah mencapai 0,41 persen dimana Indonesia mempunyai gini ratio menengah, hal tersebut menunjukkan semakin lebarnya kesenjangan sosial yang terjadi. Kesenjangan seperti ini harus dihindari, karena pembangunan harus dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. “Paling gampang dilihat di Jakarta. Ada gedung tinggi dan ada rumah kumuh di bawahnya,” tutur Presiden. 

 

Saat ini, porsi anggaran untuk infrastruktur meningkat, bila tahun 2015 sebesar Rp 290 triliun maka pada tahun 2016 direncanakan meningkat menjadi Rp 313 triliun. Peningkatan juga dialami nilai transfer ke daerah dan Dana Desa. Transfer ke daerah sebesar Rp 735 triliun dan Dana Desa menjadi Rp 47 triliun.

 

“Anggaran-anggaran seperti ini yang akan menggerakkan desa, menggerakan daerah,” tegas Presiden.

 

Beberapa pembangunan yang akan dimulai anatra lain 49 bendungan di Nusa Tenggara Timur dan Aceh. NTT mendapat perhatian karena hingga saat ini air masih sulit diperoleh sehingga di NTT akan dibangun 7 bendungan. “Tanpa itu tidak mungkin bisa memanen dan beternak, karena ternak perlu makanan hijau-hijauan,” ujar Presiden.

 

Pembangunan jalan tol, pembangkit listrik, dan pelabuhan juga sudah dimulai di beberapa titik. Listrik diperlukan karena tanpa listrik industri tidak akan bergerak, tanpa listrik anak-anak tidak bisa belajar di malam hari. “Tanpa listrik usaha kecil, mikro di kampung, juga tidak akan bisa berproduksi,” kata Presiden.

 

Presiden juga mengingatkan bahwa yang paling penting ke depan adalah menumbuhkan lagi nilai saling menghormati, menumbuhkan lagi nilai kesantunan kita, tata krama kita. “Karena dalam sekian tahun ini, kita kehilangan nilai-nilai itu,” ucap Presiden. 

 

Kita, kata Presiden, harus dapat menumbuhkan lagi rasa kebersamaan, saling menghormati, gotong-royong, keramahan untuk menjauhkan kita dari nilai-nilai yang sekarang ini menapak, seperti saling ejek, mencemooh, dan saling menghina. “Tidak ada lagi rasa menghormati, itulah yang akan membahayakan negara yang kita cintai ini,” kata Presiden.

 

Acara ini dihadiri juga oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Jaksa Agung HM Prasetyo. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           1           0           0           0