Presiden: Negara Islam Tidaklah Lemah

 
bagikan berita ke :

Selasa, 29 Mei 2007
Di baca 1300 kali

Hal tersebut dikatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam special keynote address pada pembukaan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-3, Senin (28/5), di Putra World Trade Center (PWTC) Kuala Lumpur, Malaysia.

Walaupun saat ini merupakan era dimana teknologi berkembang dengan pesat, perdagangan global semakin kuat serta semakin banyak kesempatan bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Kita, ujar SBY, juga diancam dengan kemiskinan yang banyak terjadi di negara-negara yang kurang berkembang, yang pada akhirnya akan mengancam usaha mereka dalam rangka mencapai Millenium Development Goals. Ancaman lain yang dihadapi oleh semuanya adalah global warming serta pencarian sumber daya alam lainnya yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan sehingga pada akhirnya merusak lingkungan sekitar.

“Kita sebagai umat tidak bisa melarikan diri dari semua masalah-masalah tersebut. Kita hanya memiliki satu bumi. Kita harus menghadapi semua permasalahan tersebut dengan bijak untuk membuat segalanya menjadi lebih baik,� jelas Presiden kepada para tamu undangan.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah, lanjut Presiden SBY, menyadari bahwa kita tidaklah lemah. “Kita terlihat lemah karena kita percaya apabila ada orang lain yang mengatakan bahwa diri kita lemah,� katanya. SBY kembali mengingatkan bahwa populasi rakyat di negara-negara muslim yang menjadi anggota dari Islamic Development Bank adalah sekitar 30 persen dari seluruh penduduk bumi. Dan yang lebih penting lagi, negara-negara muslim di dunia mennyuplai kurang lebih 70 persen dari kebutuhan energi dan 40 persen kebutuhan bahan-bahan mentah dunia.

Oleh karena itu, seluruh negara-negara Muslim harus proaktif dan mengetahui apa yang diinginkan. “Kita harus menyerap lebih banyak pengetahuan dan teknologi dari negara-negara yang lebih maju apabila mereka menginginkan energi dan komoditas kita. Kita harus melakukan barter yang adil dam menguntungkan kedua pihak,� tutur Presiden. Dilanjutkan lagi olehnya bahwa interaksi ekonomi tersebut diharapkan akan menghasilkan pertumbuhan teknologi yang pesat, peningkatan sumber daya manusia serta orientasi positif dari masyarakat.

Agar bisa merasakan manfaat dari interaksi ekonomi tersebut, ujar SBY, kita harus bisa mengubah persepsi negara-negara lain terhadap negara muslim. “Kita harus merubah pikiran mereka terhadap kita. Dari sesuatu yang negatif, menjadi sesuatu yang positif dan penuh dengan antusias,� Presiden menambahkan. SBY juga menekankan bahwa madrasah memegang peranan penting dalam peningkatan pengetahuan dan sumber daya manusia di negara-negara Islam. “Kita juga harus mendorong dan memberikan kesempatan untuk membuka jaringan dan melakukan kerjasama seluas-luasnya kepada para pengusaha, pengusaha wanita, serta pengajar. Banyak hal yang dapat dilakukan lebih baik oleh sektor swasta jika dibandingkan dengan pemerintah,� ujar SBY.

SBY mengingatkan lagi mengenai dua isu yang akan mendominasi diskusi multilateral, yakni soal ketahanan energi serta global warming. “Dalam masalah tersebut, ummat Islam diharapkan untuk mengambil peran yang besar ikut serta mencari solusi yang tepat, dan tidak menjadi bagian dari masalah tersebut,� kata Presiden. SBY yakin bahwa dengan dibimbing oleh nilai-nilai Islam, umat Islam bisa memberikan nilai kemanusiaan pada globalisasi serta memperkuat solidaritas antar sesama.

 

Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/28/1879.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0