Presiden: Pahlawan Baru Untuk Hadapi Tantangan Bangsa ke Depan

 
bagikan berita ke :

Selasa, 10 November 2015
Di baca 670 kali

Lebih jauh Presiden menyampaikan, bahwa perubahan ke arah Indonesia sentris dan bukan sekedar Jawa sentries. Perubahan ke arah kebebasan berpendapat yang konstruktif dan merajut persatuan Nasional bukan menghasut konflik horizontal dan menciptakan histeria publik. "Perubahan ke arah penghargaan pada hak azasi manusia, perangi korupsi, dan pemberantasan kemiskinan," ucap Presiden, seperti dilansir dalam siaran pers Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana‎.

 

Itulah tantangan-tantangan sejarah yang harus kita hadapi. ‎Namun Presiden percaya bahwa nilai-nilai kepahlawanan seperti perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan tanpa pamrih untuk bangsa adalah nafas hidup kita di bidang pengabdian masing-masing. "Baik sebagai guru, sopir, nelayan, penegak hukum, petani, buruh, mahasiswa, dan lain-lain," ujar Presiden.

 

Dengan jiwa kepahlawanan itu, ucap Presiden, kita akan memiliki pahlawan-pahlawan baru yang berjuang untuk bangsa dan negara di lapangan kehidupannya masing-masing. "Maka dari itu, saya mengajak segenap elemen bangsa untuk tetap optimis, tetap dengan keyakinan kuat, untuk  merajut persatuan, membangun bangsa, menggapai kemajuan sehingga Negara Republik Indonesia tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia," kata Presiden.

 

Di awal sambutannya, Presiden menyampaikan bahwa 70 tahun yang lalu, putra-putri bangsa Indonesia dengan tiada gentar bertempur di Surabaya, di bawah Pimpinan Bung Tomo. "Mereka datang dari seluruh pelosok Tanah Air," tutur Presiden.‎

 

Pemuda-pemuda itu berasal dari Maluku, Sulawesi, Pulau Bali, Kalimantan, Sumatera dan daerah lainnya. ‎"Pemuda Aceh, Pemuda Tapanuli, Pemuda Ambon, Manado, dan seluruh pemuda Indonesia bersatu dengan arek-arek Surabaya. Mereka bertempur dalam salah satu medan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia," ucap Presiden.‎

 

Indonesia adalah negeri para pahlawan sebab pemuda-pemuda dari Sabang sampai Merauke pantang mengangkat tangan di hadapan penjajah. "Pemuda-pemudanya pantang menyerah untuk mengibarkan merah putih di Bumi Pertiwi," kata Presiden.‎

 

Semangat itu yang harus kita warisi, karena tanggung jawab ada di pundak kita semua untuk meneruskan perjuangan, pengorbanan, dan pengabdian para pahlawan guna membangun masa depan bangsa dan negara yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

 

Kita, kata Presiden, harus selalu ingat pesan Bung Tomo. ‎"Sepanjang kita masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga," pungkas Presiden mengingatkan pesan Bung Tomo.

 

Presiden mengatakan bahwa secara khusus pada tahun 2015 ini, Negara telah menganugerahkan gelar pahlawan kepada Almarhum Bernard Wilhem Lapian, tokoh dari Provinsi Sulawesi Utara; Almarhum Mas Isman, tokoh dari Provinsi Jawa Timur; Almarhum Komisaris Jendral Polisi Dr. H. Moehammad Jasin, tokoh dari Provinsi Jawa Timur; Almarhum I Gusti Ngurah Made Agung, tokoh dari Provinsi Bali; dan Almarhum Ki Bagus Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah.

 

Presiden, mewakili segenap bangsa Indonesia mengucapkan terimakasih kepada para ahli waris atas jasa dan pengorbanan yang telah diberikan kelima pahlawan kusuma bangsa tersebut untuk Indonesia. ‎Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Gubernur Jawa Timur Sukarwo.


‎

Meriah Upacara Peringatan Hari Pahlawan‎

 

Sejak pagi masyarakat Surabaya sudah memenuhi Tugu Pahlawan Surabaya. Pagi itu, Selasa 10 November 2015, Presiden Joko Widodo akan memimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2015. Tidak hanya peserta upacara, seperti anggota TNI, POLRI, PNS, dan pelajar yang tampak bersemangat menghadiri upacara peringatan itu, tapi juga para veteran dan masyarakat Surabaya berantusias mengikuti upacara itu.

 

Tidaklah heran melihat semangatnya warga Surabaya, karena inilah kali pertama Upacara Peringatan Hari Pahlawan secara nasional diadakan di Surabaya dan dipimpin langsung oleh Presiden. Pukul 07.55 WIB, Presiden dan Ibu Iriana Joko Widodo tiba di Tugu Pahlawan yang disambut tepuk tangan yang meriah. ‎Lima menit kemudian, Presiden menuju mimbar untuk menjadi Inspektur Upacara.

 

Pada pukul 08.05 WIB, Presiden memimpin mengheningkan cipta selama satu menit yang ditandai dengan suara sirine. ‎

 

Sebelum menyampaikan amanat, Presiden dan juga peserta upacara mendengarkan pesan-pesan Pahlawan dan kata-kata mutiara yang disampaikan oleh Kombes Pol (Purn) Yusuf Prihantono Anggota DHD 45; Ibu Sri Sumarni Perwakilan Pejuang Kemerdekaan; Ananda Rheinly Rizka Yustiwan Siswi SMA 17 Agustus 1945 Surabaya dan Ananda Irene Anesia Wulansi Siswi SMA Kemala Bhayangkara 1 Surabaya.

 

Selesai memimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2015, Presiden bersama Ibu Iriana Joko Widodo bersalam dengan keluarga Pahlawan, Perintis Kemerdekaan dan Veteran. (Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0