Presiden Peringati Hari Buruh di Palu

 
bagikan berita ke :

Rabu, 02 Mei 2007
Di baca 1347 kali

Presiden menjelaskan, satu jam sebelum menuju lokasi acara, telah berkomunikasi dengan Menakertrans dan pejabat lainnya soal situasi Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Memang ada unjuk rasa di beberapa tempat, tapi umumnya berjalan dengan tertib dan damai. Ini adalah bagian dari demokrasi. “Saya senang. Menyampaikan aspirasi itu sebaiknya dilakukan dengan cara tepat, tujuan yang tepat, dan kepada orang yang tepat. Kalau dilakukan dengan cara destruktif dan anarkis, maka tujuan yang baik itu akan tertutup dengan persoalan lain,� kata Presiden di hadapan para buruh.

Hadir pada silaturahmi itu lebih dari 17 pimpinan serikat pekerja, baik konfederasi maupun non konfederasi, tingkat pusat. Mereka berasal dari FSPSI, KSPSI, KSBSI, dan lain-lain. Selain itu hadir pula lebih dari 10 pimpinan serikat pekerja tingkat provinsi Sulteng.

Presiden SBY memperingati Hari Buruh di Palu karena kebetulan sedang melakukan kunjungan kerja tiga hari, sejak Senin (30/4), di Sulteng. Antara lain, peresmian Pesantren Modern di Poso dan gereja di Tentena. Lalu membuka symposium nasional pemuda Indonesia, meresmikan peluncuran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan peresmian PLTU , PLTA, dan jembatan di Palu.

Secara sederhana, kata Presiden, pemerintah menetapkan dua tugas utama di bidang ketenagakerjaan yang dilakukan melalui tripartit. Pertama, mempertahan agar para pekerja tetap bekerja, dan ke depan nasibnya semakin baik sejalan dengan pertumbuhan usaha dan ekonomi. Tugas kedua, mereka yang masih menganggur mendapat lapangan pekerjaan.

“Tripartit wajib bekerjasa melaksanakan langkah meningkatkan kesejahteraan buruh, menciptakan lapangan pekerjaan baru agar bisa menampung lebh banyak tenaga kerja lagi. Harus ada kerjasama yang baik antara pimpinan Serikat Pekerja dengan dunia usaha, dan pemerintah,� Presiden menambahkan.

Pemerintah, lanjut SBY, serius melakukan upaya menekan pengangguran. Pada 2005, pekerja yang mengalami PHK ada 109.302 orang. Tahun 2006 angka itu turun menjadi 37.937 orang atau turun 65 persen. “Kalau PHK bukan karena kesalahan pekerja, melainkan karena guncangan ekonomi, restrukturisasi, dan lain-lain, maka kita harus pikirkan kompensasi atau santunan bagi para pekerja yang di-PHK itu,� SBY menjelaskan.

Prersiden berpesan agar saling pengertian antara dunia usaha dan pekerja tumbuh lebih baik lagi. Kedua-duanya saling membutuhkan. Perusahaan tidak melihat buruh sebagai faktor produksi, sebaliknya buruh harus disiplin dan produktif.

Hadir pada acara silaturahmi ini, antara lain, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menteri PU Djoko Kirmanto, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Kepala BIN Syamsir Siregar, Seskab Sudi Silalahi, Gubernur Sulteng HB Paliudju, dan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad. Malam hari nanti, Presiden dijadwalkan melakukan pertemuan dengan pimpinan serikat pekerja tingkat pusat maupun provinsi sambil makan malam di Palu.

 

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/05/01/1784.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0