Presiden: Persoalan Irak Dapat Diatasi dengan Kekuatan Lunak

 
bagikan berita ke :

Kamis, 05 April 2007
Di baca 1201 kali

“Para ulama mempunyai peran yang unik, karena mereka mempunyai telinga dari umat Islam di Irak yang tidak hanya menderita, tetapi juga putus asa, untuk mendapatkan petunjuk spiritual dan kearifan,� kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya saat membuka Konferensi Internasional Para Pemimpin Islam Untuk Rekonsiliasi Irak di Istana Bogor , Selasa (3/4) sore.

Presiden menambahkan bahwa kebanyakan masalah yang terdapat di Irak dapat diatasi dengan penyebarluasan kekuatan yang lunak. “Sekarang ini tidak ada kekuatan keras yang dapat mengatasi situasi tersebut karena ini adalah perang antara hati dan pikiran, yang tidak dapat dimenangkan oleh sejata dan bom. Warga Irak perlu mendapatkan pengalaman kekuatan lunak, mereka butuh melihat rekonsiliasi nasional, mereka membutuhkan lebih banyak dialog, kenyamanan spiritual dan tuntunan dari pemimpin mereka. Saya percaya, ini tidak hanya dibutuhkan oleh konflik di Irak, namun untuk konflik-konflik yang lain, setidaknya untuk beberapa konflik yang telah saya alami di Bosnia , Timor Timur dan Aceh,� ujar Presiden.

“Proses rekonsiliasi membutuhkan pengendalian diri dan perlawaan yang besar melawan keinginan untuk membalas kesalahan di masa lalu. Ini membutuhkan banyak tindakan untuk memaafkan dan untuk itu dibutuhkan kekuatan spiritual. Ini adalah proses yang membutuhkan petunjuk dan dorongan pemimpin agama,� jelas Presiden.

“Saya mendorong para ulama untuk berperan aktif dalam membangun perdamaian dan harmoni di Irak. Para ulama dapat mendorong dan menciptakan dialog untuk rekonsiliasi dan saling memafkan yang tidak hanya menjadi keuntungan bagi Irak tapi bagi seluruh umat Muslim. Ulama dapat menyediakan pandangan, kearifan, dan seruan untuk seluruh umat manusia, yang dapat menjadi dasar bagi perdamaian jangka panjang di Irak. Saya percaya, nasihat dari para ulama akan dapat lebih mudah diterima bagi warga Irak,� ujar Presiden.

“Kita tidak boleh berhenti untuk mencari solusi dan mengabaikan komitmen untuk menjaga perdamaian Islam. Kita harus dapat menjaga hubungan dengan dialog dan kerjasama, tidak peduli seberapa berat halangannya,� tegas Presiden.

Hadir dalam pembukaan konferensi yang berlangsung selama dua hari ini antara lain antara lain Menko Polhukkam Widodo A.S., Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menlu Hassan Wirajuda, Menhub Hatta Rajasa, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi, Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin, perwakilan OKI, dan perwakilan sembilan negara-negara Islam. Pada malam harinya, Presiden SBY menyelenggarakan jamuan santap malam untuk para peserta konferensi.

 

http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/04/03/1696.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0