Presiden SBY Optimis UNAOC Mampu Redam Konflik

 
bagikan berita ke :

Senin, 01 September 2014
Di baca 785 kali

Dalam sambutannya pada acara Global Forum of UNAOC Ke-6 di Bali Nusa Dua Convention Center, Jumat (29/8), Presiden SBY memaparkan bahwa UNAOC mampu menyumbangkan beberapa hal bersifat membangun, seperti, membantu memulihkan kepercayaan strategis di antara bangsa-bangsa. Hal tersebut diakui sulit. Namun, Presiden SBY mencontohkan hubungan Indonesia dan Timor Leste yang dahulu sempat surut namun dengan upaya yang penuh keberanian dan beresiko, hubungan Indonesia-Timor Leste dapat pulih kembali.

UNAOC dapat mendorong rekonsiliasi. Presiden SBY menerangkan rekonsiliasi membutuhkan mental kepemimpinan, upaya berkesinambungan, yang dilandasi semangat saling memaafkan dan mau berkompromi. Sebaliknya, rekonsiliasi akan gagal bila dilandasi mental mau menang sendiri.

Namun hal terpenting, lanjut Presiden SBY, UNAOC harus terus melanjutkan koneksi dan membuka pikiran. Presiden SBY menilai bahwa perlu penekanan toleransi dan pikiran terbuka dalam bidang pendidikan sejak usia dini sebagai upaya membangun bangsa yang damai.           

Presiden SBY meminta UNAOC untuk terus meningkatkan kualitas dialog antar budaya, peradaban, agama, dan ideologi, hingga pada level aksi nyata. Perlu disadari pula, dialog semacam itu saat ini tidak hanya terjadi pada acara seminar, namun juga terjadi di media seperti internet. Karenanya, dialog antar budaya dan keyakinan sebaiknya memanfaatkan media internet atau sosial media yang mampu menyebarluaskan pesan secara cepat dan efektif.

Lebih lanjut, Presiden SBY mengingatkan untuk melibatkan dan memberdayakan diaspora. Presiden SBY berpendapat, para imigran yang diperkirakan berjumlah 200 juta di seluruh dunia memiliki pemahaman antar budaya yang cukup baik.

Persatuan Dalam Keberagaman

Global Forum of UNAOC ke-6 yang diselenggarakan pada tanggal 29-30 Agustus 2014 mengangkat tema “Unity in Diversity: Celebrating Diversity for Common and Shared Values”. Menteri Luar Negeri, Marty M Natalegawa memaparkan forum dihadiri oleh menteri dan kepala delegasi dari 106 negara dan organisasi internasional. Lebih dari 1300 partisipan akan saling menyumbangkan ide dan pandangan selama forum berlangsung. Tidak hanya itu, sebanyak 100 pemuda dari 41 negara juga akan mendapatkan pengalaman praktis dalam forum kepemudaan. 

Marty memaparkan forum dilatarbelakangi semakin banyaknya tekanan dan konflik pada level lokal, nasional, dan antar negara di berbagai belahan dunia. Tidak hanya itu, dunia kini juga dibebani gejala intoleransi dan ketidakadilan menyangkut ras, etnik, gender, dan keyakinan, yang pada akhirnya menyengsarakan kelompok-kelompok paling rentan di masyarakat, yaitu perempuan, anak-anak, dan manula.     

Turut hadir memberikan pernyataan dalam forum, antara lain, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Perwakilan Tinggi UNAOC Nassir Abdulaziz Al-Nasser, Presiden Majelis Umum PBB ke-68 John W. Ashe, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia-Margallo, serta Deputi Menteri Luar Negeri Turki Naci Koru. (Humas)
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0