Presiden tentang Hasil KTT G20, Negara Maju Harus Bantu Membangun Perekonomian Global yang Seimbang

 
bagikan berita ke :

Selasa, 29 Juni 2010
Di baca 5606 kali

"Para pemimpin G20 sepakat agar pemulian ekonomi betul-betul tuntas dan sukses, maka bagi negara yang masih melakukan stimulus fiskal itu juga dibenarkan, tentu dalam ruang dan batas-batas sesuai dengan kemampuan fiskal masing-masing," Presiden menjelaskan. Stimulus fiskal ini, bagi negara-negara tertentu, untuk membuka lapangan pekerjaan, menjaga demand, dan memproteksi kelompok masyarakat miskin, yang pada akhirnya akan menggerakkan ekonomi mereka.

Disadari bahwa defisit masing-masing negara berbeda. Ada negara dengan defisit masih tinggi sampai 10 persen, ada pula yang 5 persen. Negara-negara yang melakukan konsolidasi fiskal atau pengurangan defisit, seperti umumnya Eropa, juga tidak bisa dipersalahkan. Indonesia, sejak 2008 hingga 2010 ini, defisit pada APBN tidak lebih dari 2,5 persen. Itupun dilakukan dalam ruang fiskal yang tersedia. "Tidak banyak yang memiliki defisit serendah Indonesia," SBY menegaskan.

Pada kesepakatan akhir KTT G20, lanjut Presiden, ada dua tujuan kembar disepakati. Pertama memuntaskan pemulihan perekonomian, kedua upaya mencegah munculnya krisis baru. "Para pemimpin G20 juga bersepakat untuk membangun pertumbuhan perekonomian global yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang," Presiden SBY menjelaskan.

Memang semula muncul pesimisme karena besarnya perbedaan negara-negara anggota G20. Ada negara maju yang suplus, ada negara maju yang defisit, ada negara berkembang yang surplus, dan ada pula negara berkembang yang defisit. “Tapi forum beranggapan, negara maju yang surplus harus berkontribusi, betul-betul masuk ke dalam upaya global untuk membangun pertumbuhan perekonomian global yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang tadi,“ Kepala Negara menambahkan.

Dalam KTT G20 Toronto, Presiden SBY menyampaikan pandangan Indonesia, bahwa negara maju harus menyumbang bagi kokohnya perekonomian global.

Indonesia sendiri walaupun menempuh kebijakan stimulus fiskal dalam dua tahun berturut-turut, 2009 dan 2010, dengan jumlah Rp 76 triliun, namun pemerintah tetap menajaga agar APBN tetap prudent. "Kalau pun defisit, dalam batas yang tetap dan telah disepakati, dalam realitasnya defisit itu hanya 2,5 persen," ujar SBY.

Hampir semua kepala negara/pemerintahan juga membahas pentingya Putaran Doha. "Meskipun tanpa timeline, tetapi harus sangat serius dalam menyelesaikan Doha Development Agenda," ujar Presiden menambahkan. (dit/har)

 

 

Sumber:
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2010/06/29/5589.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
11           19           4           3           20