PROGRAM AKSI-Hijau INDONESIA

 
bagikan berita ke :

Selasa, 26 Februari 2008
Di baca 1881 kali

TANAMAN LANGKA DAN EKSOTIS UNTUK PINGGIR TOL CIPULARANG

Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa bersama Ikatan Alumni ITB – Keluarga Alumni (KALAM SALMAN) ITB dan PT Jasa Marga melakukan penanaman pohon dalam acara AKSI-Hijau Indonesia, disepanjang Tol Cipularang kilometer 92,600, Minggu (24/2) pagi.  Penanaman pohon langka dan eksotis ini sebelumnya telah didahului dengan penanaman 1112 pohon lebih yang terdiri dari pohon ki beureum, menteng besar, pule, kayu menyan, merbau dan damar. 

“AKSI-Hijau Indonesia ini merupakan implementasi dari gerakan nasional untuk penghijauan. Dan menjadi komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas lingkungan dengan menanam pohon,” papar Mensesneg dalam sambutannya di depan Keluarga Alumni ITB, PT Jasa Marga, dan pejabat Sekretariat Negara lainnya.


Aksi penanaman pohon ini adalah lanjutan dari semangat Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali 2007. Dan sebagai bagian dari diakuinya peran Indonesia dalam mengurangi polusi udara akibat emisi karbondioksida dan pemanasan global akibat efek rumah kaca.

   
“AKSI ini juga adalah implementasi dari route map Indonesia untuk penyelamat bumi dan diharapkan menanam pohon bukan saja sebuah respons, tetapi juga sebuah budaya bahwa penyelamatan bumi dan lingkungan sangat mendesak,” ungkap Mensesneg kembali.

   
Bahkan Mensesneg Hatta Rajasa juga mengungkapkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selalu menghimbau kepada para pejabat yang memiliki kunjungan kerja  ke daerah, harus selalu memiliki program penanaman pohon. “Dan hal inilah yang disebut sebagai sebuah konsep bertindak, bukan pola berpikir saja,” ujarnya.

   
Sedangkan menurut Ketua Program AKSI-Hijau Indonesia, Muhamad Kusnadi, dari 1112 pohon langka dan eksotis ini, memiliki fungsi untuk konservasi lahan, pencegahan longsor, perbaikan air tanah, perbaikan tata udara bahkan diantaranya untuk tanaman herbal.

   
“Program menanam pohon ini bertujuan untuk perbaikan ekosistem yang melibatkan partisipasi masyarakat nyata di lahan kritis, baik di daerah maupun perkotaan,” ungkap Kusnadi dalam pidatonya.


Seperti kita tahu pada Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali 2007 lalu, seluruh negara yang hadir sepakat bahwa negara-negara harus melakukan reforestasi melalui tanaman yang ditanam, karena mengurangi karbondioksida (CO2) saja tidak cukup, hingga masyarakat dunia diwajibkan untuk menanam pepohonan kembali. Dan hal ini juga diharapkan menjadi budaya di masyarakat Indonesia untuk menanam dan memelihara pepohonan. (REDAKSI)


Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           0           0           0