Ruang Publik Bagian Budaya Kita‎

 
bagikan berita ke :

Selasa, 06 Oktober 2015
Di baca 947 kali

Menurut Presiden, ruang publik harus menampakkan budaya kepublikan yang sifatnya inklusif. Ruang publik juga harus benar-benar bisa dinikmati oleh semua, mulai dari anak kecil hingga mereka yang telah lanjut usia, tidak terkecuali ‎penyandang disabilitas. ‎"Ruang publik harus benar-benar bisa dinikmati oleh semua, tanpa diskriminasi," ucapnya.‎ Presiden Joko Widodo juga memiliki pandangan lain, bahwa‎ kualitas ruang publik akan mempengaruhi kualitas hidup kita bersama. ‎"Jadi membangun ruang publik yang  berkualitas sama artinya dengan membangun manusia yang  juga hidupnya berkualitas," ujar Presiden, sebagaimana dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana.

 

‎‎‎Di awal sambutannya,  Presiden mengatakan, bahwa penyediaan ruang publik yang berkualitas sangat penting untuk kita semua, untuk masa depan kita. "Sebenarnya jika kita melihat kembali kearifan budaya bangsa, ruang publik sudah menjadi bagian dalam budaya masyarakat kita," kata Presiden.‎ Memang sebenarnya ru‎ang publik bukan semata-mata ruang terbuka tetapi adalah ruang budaya masyarakat. ‎"Ruang publik juga ruang bersama, dimana warga bisa berinteraksi satu dengan yang lain," tutur Presiden.‎

 

‎Presiden memberikan contoh ruang publik seperti alun-alun kota yang dari dulu selalu jadi tempat warga bertemu, tempat warga menyampaikan ekspresinya bahkan menjadi tempat rekreasi keluarga. ‎"Di desa-desa juga kita jumpai ada satu tempat terbuka untuk warga berkumpul bermusyawarah," ungkapnya.

 

‎‎Presiden juga mengingatkan, bahwa ruang publik membutuhkan prasyarat budaya, yakni budaya kepublikan yang dimaksudkan dengan budaya  yang mengakui dan menghormati adanya publik atau ruang bersama. "Ruang yang digunakan bersama-sama.  Misalnya, trotoar, jalan, lapangan, atau bahkan stasiun kereta atau bis dilihat sebagai ruang bersama," kata Presiden.‎

 

Menurut Presiden, da‎ri situlah ditumbuhkan nilai-nilai rasa memiliki, keinginan merawat, membangun toleransi, dan menjaga ruang bersama. "Dengan trotoar semakin lebar maka akan lebih banyak warga berjalan  kaki.  Jangan justru trotoar dipakai jualan atau dipakai jalan oleh pengendara motor. Selokan atau sungai justru jadi tempat buang sampah," pungkas Presiden.

 

Tidak hanya Presiden saja  yang  hadir dalam acara Hari Habitat Dunia yang bertemakan ”Ruang Publik Untuk Semua” tetapi tampak pula Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono,  mantan Menteri Permukiman dan Prasarana  Wilayah Erna Witoelar. (Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           0           0           0