RUU APBN 2008 berdasarkan 8 Prioritas

 
bagikan berita ke :

Kamis, 16 Agustus 2007
Di baca 906 kali

Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Kenegaraan pada bagian Keterangan Pemerintah Atas RUU Tentang APBN Tahun 2008 Beserta Nota Keuangannya, dalam Rapat Paripurna DPR-RI di Gedung Nusantara DPR RI, Rabu(16/8) pagi. Dijelaskan, langkah-langkah efisiensi dan penghematan belanja barang termasuk perjalanan dinas yang tidak produktif, dan bukan merupakan program prioritas, terus dilakukan dengan tegas dan penuh kesungguhan. Arah dan alokasi belanja modal makin ditajamkan sesuai prioritas dan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan. Belanja modal yang kurang produktif dikurangi seminimal mungkin, seperti pembangunan dan renovasi gedung pemerintah pusat serta pengadaan kendaraan dinas.

“Dana yang tersedia, kita gunakan untuk belanja modal yang produktif seperti pembangunan jalan, jembatan, irigasi, dan sarana-prasarana perhubungan. Juga alokasi untuk belanja pendidikan dan kesehatan ditingkatkan secara sungguh-sungguh. Kebijakan ini dilakukan, sekali lagi, adalah sejalan dengan strategi pembangunan yang kita laksanakan selama ini yaitu mencapai pertumbuhan disertai pemerataan atau growth with equity,� kata Presiden.

Presiden mengatakan bahwa RAPBN 2008 disusun berdasarkan pada perkiraan perkembangan ekonomi, baik nasional maupun global, dan prediksi kondisi tahun depan. “Saat ini stabilitas ekonomi masih terjaga dengan tingkat inflasi sampai akhir tahun 2007 diperkirakan 6,5 persen. Pemerintah terus memberikan perhatian terhadap kenaikan harga beberapa komoditas yang cukup tinggi. Nilai tukar Rupiah dengan sistem mengambang, bergerak sesuai faktor baik fundamental maupun sentimen pasar. Sektor riel mulai menunjukkan kebangkitan, dengan pertumbuhan sektor primer seperti pertanian dan pertambangan, dan sektor konstruksi, industri pengolahan, pengangkutan dan telekomunikasi dan perdagangan yang makin baik,� kata Presiden lagi.

“Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan Pertama tahun 2007 mencapai 6,0 persen, dan pada Triwulan Kedua mencapai 6,3 persen. Selama tiga kuartal berturut-turut, perekonomian telah tumbuh di atas 6,0 persen dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh daya beli masyarakat yang lebih baik serta investasi dan ekspor yang terjaga,�lanjutnya.

“Perbaikan daya beli secara bertahap di lingkungan Pegawai Negeri Sipil, TNI, Polri termasuk para pensiunan dan para veteran, adalah hasil dari kebijakan kenaikan gaji pokok sebesar 15 persen pada tahun 2006 dan 2007. Kenaikan gaji pokok untuk tahun 2008, adalah sebesar 20 persen. Pemerintah juga meningkatkan uang makan dan lauk pauk bagi TNI dan Polri sejak tahun 2005, serta Pegawai Negeri Sipil mulai tahun 2007. Perbaikan kesejahteraan dan daya beli bagi masyarakat luas, terutama kelompok miskin dilakukan melalui program bantuan pendidikan, asuransi kesehatan miskin, subsidi beras, dan berbagai subsidi dan bantuan bagi kelompok petani, nelayan, dan usaha kecil dan koperasi. Pertumbuhan konsumsi pada Semester I tahun 2007 mencapai 4,7 persen dibanding Semester yang sama pada tahun 2006,� jelas Presiden.

“Kegiatan investasi pada Semester I tahun 2007, juga mulai menunjukkan pertumbuhan berarti sebesar 7,3 persen, sedangkan pertumbuhan ekspor, stabil pada tingkat 9,4 persen. Dengan perkembangan seperti ini, diperkirakan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 6,3 persen akan dapat tercapai. Dalam kurun waktu dari Februari 2006 sampai dengan Februari 2007 lapangan kerja baru, bertambah 2,4 juta. Penambahan lapangan kerja baru telah mendorong turunnya tingkat pengangguran terbuka menjadi 9,8 persen (10,55 juta orang) pada bulan Februari 2007, lebih rendah dari 10,4 persen (11,10 juta) pada Februari 2006. Sementara itu, jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta atau 16,6 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2006 yang berjumlah 39,30 juta orang atau 17,7 persen,� kata Presiden.

Dikatakan Presiden, bahwa momentum perbaikan perekonomian akan terus dipelihara, dan diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2008. Penyusunan RAPBN 2008 didasari oleh asumsi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang terus membaik hingga mencapai 6,8 persen. Stabilitas tetap terjaga yang ditunjukkan oleh tingkat inflasi 6,0 persen, suku bunga SBI-3 bulan 7,5 persen, dan nilai tukar Rp9.100 per dolar AS. Proyeksi rata-rata harga minyak kita tahun 2008 diperkiraan sebesar 60 dollar AS/barel, dan lifting minyak meningkat menjadi 1,034 juta barel per hari. Dengan proyeksi ekonomi tersebut, maka total pendapatan negara dan hibah pada tahun 2008 diproyeksikan mencapai Rp 761,4 triliun, total belanja negara mencapai Rp 836,4 triliun, dan defisit anggaran mencapai Rp 75,0 triliun atau 1,7 persen dari Produk Domestik Bruto.

 

Sumber:
http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/08/16/2133.html

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0