Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri

 
bagikan berita ke :

Rabu, 15 Maret 2023
Di baca 666 kali

di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Provinsi DKI Jakarta

 

Bismillahirrahmanirrahim.

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,

Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

 

Yang saya hormati para Menko, para Menteri, Wakil Menteri, Kepala LKPP, Kapolri, seluruh Gubernur, Bupati, Wali Kota yang hadir;
Bapak-Ibu sekalian, hadirin dan undangan yang berbahagia.

 

Kita semuanya harus menyadari bahwa kegentingan global itu masih merupakan sebuah ancaman yang tidak ringan. Ketidakpastian global juga memunculkan risiko-risiko yang sulit diprediksi, yang sulit kita hitung. Oleh sebab itu, semuanya harus bekerja keras untuk menghindarkan negara kita dari ancaman-ancaman dan risiko-risiko global yang ada. Kita tahu baru sehari, dua hari, tiga hari yang lalu hal-hal yang tidak terduga muncul, ada kebangkrutan bank di Amerika, Silicon Valley Bank. Semuanya ngeri, begitu ada satu bank yang bangkrut. Muncul lagi, dua hari muncul lagi bank berikutnya yang kolaps, Signature Bank. Semua negara sekarang ini menunggu efek dominonya akan ke mana. Oleh sebab itu, kita hati-hati.

 

Saya sudah mengingatkan kita semuanya berkali-kali. APBN itu uangnya penerimaan APBN, pendapatan di APBN itu didapatkan dari: pajak dari rakyat, dividen yang kita miliki di BUMN, royalti dari tambang-tambang yang ada, penerimaan bukan pajak yang juga kita dapatkan. Dikumpulkan dengan sangat sulit, tidak mudah, sehingga terkumpul pendapatan negara itu. Kemudian, kita belikan produk impor. Kemudian, kita belikan produk buatan luar negeri, benar? Benar? Benar? Inilah yang selalu saya ingatkan.

 

Saya awal-awal itu saya kaget, saya buka banyak sekali pembelian produk-produk impor kita, padahal sumbernya pembelian itu uang APBN. Inilah yang ingin kita luruskan. Dan, kita tahu kebijakan pembelian produk dalam negeri ini tidak hanya di negara kita. Kita sudah memulai tahun 2022, tahun 2023 juga dilihat, Amerika juga melakukan hal yang sama. Coba dicari dan dibaca, Amerika mengumumkan prioritas produk dalam negeri pada belanja-belanja pemerintah. Kita sudah [tahun] 2022. Tapi ke depan, saya kira kuncinya adalah kedisiplinan implementasi, kedisiplinan dalam merealisasikan dari apa yang sudah bolak-balik kita melakukan pertemuan.

 

Ini seingat saya, saya sudah berbicara mengenai produk dalam negeri, penggunaan produk dalam negeri ini yang keempat. Saya hadir terus. Kenapa saya hadir? Karena saya melihat ini sangat strategis dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita.

 

Saya senang tadi di depan, Pak Kepala LKPP, Pak Hendi menyampaikan kepada saya. Saya ingat, saya masuk dulu hanya 50 ribu produk yang masuk ke e-Katalog. Tadi pagi ketemu, “Pak Hendi sudah berapa sekarang masuk produk-produk dalam negeri kita?”  Berapa, Pak? [Sebanyak] 3,4 juta produk kita yang sudah masuk ke e-Katalog. Dari 50 ribu meloncat ke 3,4 juta dalam waktu yang sangat singkat, setahun lebih sedikit.

 

Saya hanya titip, kalau sudah masuk barang-barang produk-produk dalam negeri kita ke e-Katalog. Jangan dibiarkan hanya masuk saja, tapi dibeli. Kementerian/lembaga, BUMN, BUMD, provinsi, kota, kabupaten semuanya tengok itu e-Katalog, beli. Percuma kita meng-collect untuk dimasukkan ke e-Katalog hanya ditonton, tidak dibeli, untuk apa.

 

Jadi tadi sudah disampaikan oleh Pak Menko Marinves, Pak Menteri Perindustrian targetnya 95 persen, 95 persen dari pagu anggaran barang dan jasa itu harus dibelikan produk-produk dalam negeri. Kalau ini bisa kita lakukan, industri dalam negeri, industri UMKM kita semuanya akan hidup dan berkembang. Enggak usah jauh-jauh mencari investor, kalau ini bisa berjalan. Investor itu bagus juga sebagai bonus. Tapi di dalam negeri kita sendiri dengan kita membeli produk-produk dalam negeri, otomatis pertumbuhan ekonomi kita akan naik, kemudian juga barang-barang produksi kita sendiri juga bisa kita gunakan.

 

Jangan sampai ini saya minta di Kemenhan, di Polri, seragam militer, kita ini bisa bikin, ekspor ke semua negara. Eh, kita malah beli dari luar. Sepatu, senjata, kita bisa bikin loh. Kalau yang canggih-canggih, silakan. Yang mau beli pesawat tempur, karena memang kita belum bisa. Tapi kalau senjata, peluru, kita sudah bisa. Apalagi hanya sepatu, kenapa harus beli dari luar? Makanan prajurit.

 

Saya dapat cerita dibisiki Pak Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan, “Pak Presiden, saya sejak jadi tentara sampai pensiun dan sekarang jadi menteri, penyedia barangnya kok masih sama?” Mestinya semakin banyak penyedia itu akan semakin baik, karena harganya pasti akan kompetitif. Nanti akan saya cek, benar ndak.

 

Kemudian juga, penggunaan kartu kredit pemerintah daerah. Zamannya sudah zaman digital seperti ini, mestinya ini semuanya bisa menggunakan. Kalau kita bisa menggunakan itu betul-betul kita bisa mandiri. Hati-hati, kita ingat sanksi dari Amerika Serikat ke Rusia, Visa dan Mastercard menjadi masalah. Sehingga kalau kita bisa memakai platform kita sendiri dan itu menyebar semuanya menggunakan, dimulai dari kementerian/lembaga, provinsi, kabupaten/kota, kita akan lebih tenang.

 

Dan jangan sampai, yang kedua yang saya sampaikan, jangan sampai saya dengar ini ada hanya diganti kulitnya, dalamnya tetap barang impor, repackaging. Dipikir saya enggak tahu. Ini hati-hati.

 

Saya perintahkan ini pada Polri, untuk dicek betul. Kalau ada seperti ini, sudah, mau bohong-bohongan terus kita. Yang nanti akhirnya kalau sudah tadi jelas, ada yang juara satu, juara satu, juara satu, itu akan kita hubungkan, saya sudah perintah ke Menpan RB untuk yang namanya tukin –ini kalau sudah masuk ke tukin pasti semuanya akan semangat– akan kita hubungkan dengan pembelian produk dalam negeri di kementerian/lembaga, kabupaten/kota, dan provinsi.

 

Sudah, sekarang kita enak. Dulu, kita ingat yang namanya urusan aspal saja 80 persen kita impor. Coba, kita punya Buton. Saya datang ke Buton, saya perintah langsung ke Pak Menteri PUPR, “Pak, enggak bisa seperti ini. Kita bikin jalan, deposit aspal kita di Buton gede banget malah kita impor.” Jadi kalau Pak Menteri PUPR sekarang juara, benar, sudah betul. Begitu saya perintah, “‘Pak, semua produksi Buton kita beli lewat e-Katalog.’” Ya gini lho, sudah betul, penilaiannya betul, juara satu sudah betul.

 

Jadi, saya harapkan nanti akan kita cek lagi agar semuanya menjadi optimal dan kalau tukinnya tadi sudah, mestinya harus ada sanksinya juga. Sudah, pokoknya kalau yang masih beli, baik BUMN, BUMD, provinsi, kabupaten/kota, kementerian/lembaga masih coba-coba untuk beli produk impor dari uang APBN, APBD, BUMN, ya sudah sanksinya tolong dirumuskan, Pak Menko. Biar semuanya, kita bekerja dengan sebuah reward and punishment, semuanya.

 

Saya rasa, itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Karena saya sudah empat kali terus berbicara ini, saya kira tidak perlu saya ulang-ulang. Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Business Matching Produk Dalam Negeri Tahun 2023.

 

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 



Sumber: https://setkab.go.id/peresmian-pembukaan-business-matching-produk-dalam-negeri-di-istora-senayan-gelora-bung-karno-provinsi-dki-jakarta-15-maret-2023/