Sambutan Presiden Joko Widodo pada Rapat Koordinasi Nasional Transisi Penanganan COVID-19 dan PC-PEN Tahun 2023

 
bagikan berita ke :

Kamis, 26 Januari 2023
Di baca 594 kali

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

 

Yang saya hormati para menko, para menteri, Panglima TNI, Kapolri dan seluruh kepala staf yang hadir, ketua dan para anggota KPC PEN, para kepala lembaga;
Yang saya hormati seluruh kepala daerah, gubernur, bupati dan walikota yang hadir;
Para pimpinan redaksi;
Bapak-Ibu dan hadirin undangan yang berbahagia.

 

Pertama-tama, saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak-Ibu semuanya dan seluruh jajaran dari tingkat pusat sampai ke tingkat desa, yang telah bekerja keras selama tiga tahun dalam menangani pandemi maupun mengatasi ekonomi kita. Sebuah tantangan yang sangat berat, sebuah persoalan yang sangat sangat berat yang kita hadapi saat itu, dan tidak ada standarnya, tidak ada pakemnya, karena memang kita semuanya belum memiliki pengalaman dalam menangani pandemi ini.

 

Kita ingat awal-awal dari WHO disampaikan, saya kan bertanya pada mereka, “Presiden tidak usah pakai masker awal-awal, yang pakai masker hanya yang batuk-batuk, yang kena saja.” Tidak ada seminggu, semua harus pakai masker. Ternyata mereka bingung, kita juga bingung.

 

Begitu sampai pada puncaknya, semua negara cari yang namanya APD. APD semuanya cari, kita juga cari kemana-mana, eh ternyata kita sendiri  juga bisa berproduksi dan dikirim ke negara lain. Saking memang posisinya, posisi semuanya bigung.

 

Tetapi, manajemen makro dan mikro yang kita lakukan betul-betul sangat efektif. Dan, saya melihat semuanya kita ini bekerja karena tertekan oleh persoalan, karena tertekan oleh masalah. Itu yang tidak saya lihat sebelum-sebelumnya. Jadi, ini sebagai pengalaman ternyata kalau kita pengin semua kita ini bekerja, memang harus ditekan dulu. Ditekan oleh persoalan, ditekan oleh problem, ditekan oleh tantangan

 

Pada saat memutuskan lockdown atau enggak lockdown, rapat menteri 80 persen [mengatakan], “Pak, lockdown.” Karena semua negara memang melakukan itu, enggak dari DPR, dari partai semuanya, lockdown.

 

Tekanan-tekanan seperti itu pada saat mengalami krisis dan kita tidak jernih, kita tergesa-gesa, kita grusa-grusu, bisa salah, bisa keliru. Coba saat itu, misalnya kita putuskan lockdown. Hitungan saya dalam dua atau tiga minggu, rakyat sudah enggak bisa, enggak memiliki peluang yang kecil untuk mencari nafkah, semuanya ditutup, negara tidak bisa memberikan bantuan kepada rakyat. Apa yang terjadi? Rakyat pasti rusuh. Itu yang kita hitung, sehingga kita putuskan saat itu tidak lockdown.

 

Saya semedi tiga hari untuk memutuskan apa ini, apa kita harus lockdown atau tidak, karena betul-betul sangat tidak memiliki pengalaman semuanya mengenai ini. Dan pada ditekan dari sisi pandemi, pada saat yang sama ditekan juga dari sisi ekonomi. Bayangkan, pendapatan penerimaan negara anjlok 16 persen, padahal belanja harus naik 12 persen, gimana coba? Kesulitan-kesulitan seperti inilah yang memberikan pengalaman besar kepada kita semuanya, kepada gubernur, bupati, wali kota, TNI dan Polri yang urusan pertahanan keamanan, urusan ketertiban masyarakat, semuanya mengurusi gimana rakyat bisa disuntik dan mau disuntik vaksin.

 

Dan, jumlah yang kita suntikkan sampai saat ini sudah 448 juta suntikan. Bapak Ibu membayangkan, gimana satu persatu 448 suntikan itu kita berikan pada masyarakat, bukan persoalan yang gampang. Dan, geografis kita juga tidak mudah, ada gunung, ada laut, ada sungai yang harus semuanya dilalui untuk mencapai yang namanya rakyat bisa disuntik, rakyat mau disuntik.

 

Artinya apa? Itu pekerjaan yang memerlukan sinergitas yang sangat baik dan itu semuanya bisa kita lakukan. Dan, kita melihat TNI dan Polri betul-betul bekerja melampaui tugas intinya, ke kampung-kampung ngajakin rakyat untuk mau divaksin, bukan pekerjaan yang mudah.

 

Yang ketiga, melakukan manajemen gas dan rem itu juga bukan sesuatu yang mudah. Begitu hitungan salah sedikit, ekonomi akan jatuh. Tetapi begitu gasnya terlalu kencang juga, pandeminya juga bisa naik. Itulah yang kita lakukan menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi yang semuanya menekan manajemen negara, tidak mudah.

 

Yang keempat, kita harus melakukan keputusan dan cepat bertindak, ini yang juga tidak mudah. Kecepatan bertindak sesuai dengan data-data lapangan yang ada, tidak mudah. Karena data kita ini juga pada saat, ketahuan semuanya pada saat pandemi, kelihatan semua data kita ini enggak siap. Data di sini sama di sini beda, kementerian ini dengan kementerian ini beda.

 

Tetapi, yang paling sangat mendukung adalah partisipasi masyarakat yang begitu sangat besar dalam menangani pandemi dan ekonomi kita. Partisipasi inilah yang harus kita apresiasi, kita hargai karena semua memberikan dukungan. Dunia usaha, masyarakat di bawah, semuanya bergerak semuanya.

 

Oleh sebab itu, setelah PPKM kita cabut di akhir tahun 2022, masa ini adalah masa transisi dan kita tetap harus waspada, hati-hati dalam memutuskan kebijakan, utamanya ekonomi yang sekarang ini kita berada pada posisi yang sangat baik. Kuartal III  berada di angka 5,72 dan year on year di tahun 2022, seperti tadi Pak Menko Airlangga menyampaikan 5,3 [persen]. Kalau itu tercapai, itu saya kira sebuah prestasi yang sangat baik yang bisa kita capai.

 

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Rapat Koordinasi Nasional Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional tahun 2023.

 

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: https://setkab.go.id/rapat-koordinasi-nasional-transisi-penanganan-covid-19-dan-pemulihan-ekonomi-nasional-pc-pen-tahun-2023-di-gedung-a-a-maramis-jakarta-26-januari-2023/