Sambutan Presiden pada Puncak Peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2020

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 08 Februari 2020
Di baca 497 kali

Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan
 
 
 
 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati Ketua dan pimpinan lembaga-lembaga negara, hadir di sini Ketua MPR RI, Ketua DPR RI;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati yang mulia para Duta Besar negara-negara sahabat yang hadir;
Yang saya hormati Gubernur Kalimantan Selatan beserta para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota dari seluruh tanah air yang hadir;
Yang saya hormati Ketua Dewan Pers;
Yang saya hormati Ketua PWI beserta seluruh tokoh pers, insan pers, rekan-rekan wartawan; 

Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia,
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan selamat Hari Pers kepada seluruh insan pers Indonesia di mana pun Bapak/Ibu dan saudara-saudara berada. 

Setiap ada peringatan Hari Pers Nasional saya berusaha keras untuk hadir. Saya pernah enggak hadir sekali, setelah itu kapok betul. Karena memang mengatur waktu sangat sulit. Begitu juga hari ini, sebetulnya harusnya sudah terbang ke Canberra (Australia), tetapi belok ke sini dulu, karena kapok tadi. Pagi ini pun, sekali lagi, dalam perjalanan menuju ke Canberra saya membelokkan perjalanan via Banjarmasin, sekali lagi, ini adalah demi Hari Pers Nasional. 

Mengapa saya harus hadir? Mengapa saya harus hadir? Karena insan pers adalah teman saya sehari-hari. Kenapa seperti itu? Karena ke manapun saya pergi yang selalu ikut bersama saya adalah para wartawan, menteri kadang-kadang enggak ikut, tapi wartawan pasti ikut. Yang mengejar saya sehari-hari, yang menghadang saya doorstop, yang menyebabkan saya kadang-kadang gugup dan gagap karena enggak siap ditanya sesuatu juga insan pers. Dan yang membuat berita kegiatan saya, pemerintah untuk sampai kepada masyarakat juga insan pers. Jadi berhadapan dengan insan pers, saya itu bukan benci tapi rindu, tetapi selalu di hati dan selalu rindu.

Yang jelas, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada insan pers, karena dalam 5 tahun terakhir pers secara konsisten telah mewartakan kerja-kerja pemerintah, memberikan dukungan, juga termasuk memberikan masukan dan kritik-kritik, baik yang pedas, setengah pedas, maupun kritik yang biasa. Saya juga mengapresiasi peran pers sebagai pilar demokrasi yang keempat dalam Pileg (pemilihan legislatif) dan Pilpres (pemilihan presiden) 2019, yang diakui sebagai pemilu terbesar dan terumit di dunia. Pers berperan besar dalam mendorong partisipasi masyarakat dan menjaga situasi bangsa tetap dalam keadaan kondusif. 

Saya berharap juga, dalam pilkada tahun ini di 270 daerah, dukungan pers juga bisa lebih dimaksimalkan lagi. Begitu juga dalam menghadapi situasi yang tidak normal seperti ancaman virus korona saat ini, peran pers juga sangat dibutuhkan, ikut membantu menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat dan tidak menambah kepanikan, apalagi ikut memberikan informasi yang salah. 

Negara sangat membutuhkan kehadiran pers dalam perspektif yang jernih, berdiri di depan melawan penyakit information disorder (kekacauan informasi) yang sering dilakukan dengan sengaja, memerangi hoaks, ujaran kebencian, dan semburan fitnah yang juga mengancam kehidupan demokrasi kita, mewartakan berita baik dan agenda-agenda besar bangsa Indonesia, membangkitkan semangat yang positif yang mendorong produktivitas dan optimisme bangsa. 

Karena masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang mendapatkan informasi yang sehat. Sekali lagi saya ulang, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang mendapatkan informasi yang sehat dan yang baik. Informasi yang baik memerlukan jurnalisme yang baik dan ekosistem yang baik. Oleh sebab itu, ekosistem media harus dilindungi dan harus diproteksi sehingga masyarakat mendapatkan konten berita yang baik. Untuk itu diperlukan industri pers yang sehat.

Tadi sudah disampaikan oleh Bapak Ketua, bahwa platform digital yang aturan regulasinya belum ada, sangat menjajah dunia pers kita. Oleh sebab itu, tadi malam saya sudah berbincang-bincang dengan para pemred (pemimpin redaksi), saya minta untuk segera disiapkan draf regulasi yang bisa melindungi dan memproteksi dunia pers kita. Jangan sampai semuanya diambil oleh platform digital dari luar, pajak juga enggak bayar, aturan main tidak ada. Padahal aturan untuk pers kita ini diatur sangat rigid, dia tidak pakai aturan, dia ngambil iklan sehingga ada capital outflow, yang ini sering tidak kita hitung tetapi ini segera perlu diatur. Dan semua negara mengalami hal yang sama mengenai ini, regulasinya belum ada, aturannya belum ada, barang-barang itu sudah masuk ke semua negara. 

Bapak/Ibu hadirin yang berbahagia,
Saat ini pemerintah sedang menjalankan berbagai agenda penting untuk mewujudkan Indonesia maju. Pembangunan infrastruktur yang terus akan kita lanjutkan, pembangunan sumber daya manusia, penyederhanaan regulasi yang nanti akan kita lihat bersama setelah ada omnibus law, kemudian reformasi birokrasi, transformasi ekonomi yaitu hilirisasi dan industrialisasi, dan juga yang terakhir pemindahan ibu kota negara.

Saya ingin masuk ke urusan pemindahan ibu kota negara. Pemerintah sangat serius dalam rangka percepatan pindahnya ibu kota. Ibu kota yang membawa teknologi terbaik, inovasi terbaik, dan sistem kerja yang baik. Pemindahan ibu kota negara yang akan menunjukkan keunggulan kita sebagai bangsa karena tidak sekedar memindahkan gedung, tidak. Bukan hanya memindahkan kantor, bukan hanya memindahkan lokasi, bukan memindahkan orang, bukan, karena kita ingin meng-install sebuah sistem sehingga terjadi perubahan-perubahan nantinya, pindah pola pikir, pindah pola kerja, pindah kecepatan dalam kita bekerja. 

Dan dari desain yang sudah terpilih dari 257 karya yang ikut dalam sayembara ibu kota negara, kita akan menerapkan gaya hidup perkotaan abad 21, yang rendah karbon, yang peduli pada lingkungan, yang sangat hijau, yang green city, yang smart city, yang compact city. Yang di dalam ibu kota nantinya juga kita ingin semua kendaraan adalah listrik dan autonomous, ramah pejalan kaki, ramah orang bersepeda, dan dekat dengan alam. 

Kita juga ingin menjadikan momen pindah ibu kota ini untuk transformasi ekonomi baru yang berbasis riset dan inovasi. Kantor-kantor pemerintah menjadi smart office, dibangun klaster-klaster riset dan inovasi yang kelas dunia, dibangun universitas riset kelas dunia, menjadi hub talenta-talenta global yang berkolaborasi untuk kemajuan bangsa kita. Fasilitas pendukung juga segera dibangun, tidak hanya di lokasi calon ibu kota negara tetapi juga di daerah-daerah sekitar, tentu saja termasuk di Kalimantan Selatan.

Tadi pagi saya bertanya kepada Pak Gubernur Kalimantan Selatan, “Berapa jauh sih dari sini menuju ke ibu kota baru, kalau dibuat jalan tol?” Kalau ada jalan tolnya, beliau menjawab, “Kurang lebih hanya 3 sampai 4 jam, akan sampai ke sana. Apalagi dari Batulicin, itu hanya kurang lebih 1,5 jam kalau lewat tol.” Saya juga baru tahu bahwa yang namanya Batulicin, Kotabaru itu mepet dengan Penajam Paser Utara, mepet sekali, baru tahu saya. Dan tadi Pak Gubernur Kalimantan Selatan juga menyampaikan, “Pak, kita juga menyiapkan 300 ribu hektare apabila masih butuh tambahan untuk ibu kota baru.” Masih ndesak terus ke Presiden, berarti masih belum terima kelihatannya.

Baiklah, untuk itu mari kita lihat video ibu kota baru Indonesia. (Dilanjutkan penayangan video)

Pertama, yang ingin kita bangun nanti adalah nursery (pembibitan) untuk pohon-pohon. Ada 100 hektare yang akan kita siapkan dan 17 juta bibit pohon yang akan disiapkan untuk pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. 

Bapak/Ibu insan pers yang saya hormati,
Saya yakin kita semua masih ingat pers perjuangan: pers yang berjuang untuk maslahat bangsa, untuk persatuan dan kesatuan bangsa, dan untuk mewujudkan Indonesia maju.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan, selamat berjuang, selamat bekerja, semoga Allah SWT meridai langkah-langkah kita.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.