Sambutan Presiden RI - Pembukaan Munas dan Muktamar Persatuan Tarbiyah..., Jakarta, 21 Oktober2016

 
bagikan berita ke :

Jumat, 21 Oktober 2016
Di baca 1352 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL DAN MUKTAMAR

PERSATUAN TARBIYAH ISLAMIYAH (TARBIYAH) DAN PERTI

HOTEL MENARA PENINSULA, JAKARTA

21 OKTOBER 2016




Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamin. Washalatu wassalamu ala asrafil ambiyai walmursalin, sayyidina wahabibina wasyafi’ina wamaulana Muhammadin, wa’ala alihi wasahbihi ajmain. Amma ba’du.


Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,

Yang saya hormati seluruh Pengurus Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah) dan Perti, Bapak K.H. Buya Basri Bermanda (Ketua Umum Tarbiyah), Bapak K.H. Muhammad Faisal Amin (Ketua Umum Perti), Bapak K.H. Yudo Paripurno (Rois Aam Perti), Bapak H. Ir. Azwar Anas, dan Ibu Hj. Murpratomo,

Bapak, Ibu, Hadirin yang berbahagia,


Kamis pagi kemarin hadir ke Istana, Buya Basri beserta Keluarga Besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah, menyampaikan kepada saya bahwa pada malam hari ini akan islah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah) dan Perti akan islah. Saya mendengar saja, saat itu saya sampaikan, “Alhamdulillah. Dan insya Allah, besok saya akan hadir.”


Kalau yang islah, saya senang hadir. Tapi, kalau tandingan-tandingan, pasti saya enggak akan hadir.


Banyak undangan yang datang ke saya. Ada yang membisikkan ke saya, “Pak, ini masih pecah dua, Pak. Jangan hadir. Yang ini tandingan, Pak. Yang ini tandingan.” Pasti saya tidak hadir karena apa pun kita ingin sebuah organisasi akan semakin baik apabila semuanya bersatu.


Dan pada malam hari ini, kita telah menyaksikan bersama-bersama, merayakan islah antara Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah) dan Perti. Dan islah yang sudah sangat dinanti oleh seluruh warga Tarbiyah Islamiyah di seluruh tanah air ini sudah hampir 50 tahun. Dan pada malam hari ini, sudah berakhir karena tadi semuanya sudah tanda tangan.


Saya berharap agar islah Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah) dan Perti ini bisa menjadi contoh yang baik bagi seluruh anak bangsa, menjadi contoh yang baik bahwa di tengah keragamaan dan perbedaan kita bisa bersatu. Islah ini menunjukkan bahwa kita sebagai umat, sebagai bangsa dapat bersatu, dapat menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.


Biarlah cerita selama kurang lebih 50 tahun itu menjadi pembelajaran bagi kita semuanya, bagi kita bangsa Indonesia. Dan bahwa perpecahan itu tidak akan membuahkan hasil, tidak memberikan rahmat kepada siapa pun.


Dan sebagai bangsa, kita perlu bersatu karena saya meyakini bahwa dengan bersatu kita akan memenangkan persaingan antarnegara yang sekarang ini semakin sengit persaingan itu. Hanya dengan bersatu, kita akan menjadi sebuah kekuatan yang mahadahsyat.


Saya juga senang sekali bahwa pada munas dan muktamar ini mengambil tema yang berkaitan dengan mewujudkan martabat bangsa dan yang berkaitan dengan akhlak yang mulia.


Dan, kalau kita lihat dalam kompetisi sekarang ini, era kompetisi ini, antarnegara betul-betul sudah saling merebutkan, baik sumber-sumber ekonomi, sumber daya alam, dan yang lain-lainnya. Saya sering sampaikan. Di ASEAN sendiri, kalau kita pas bertemu, baik di Kuala Lumpur, di Singapura, maupun yang terakhir di Laos, kita selalu bergandengan seperti ini, selalu bergandengan.


Tetapi, dalam hati saya, menyampaikan bahwa itu adalah pesaing-pesaing kita. Pesaing, mereka itu pesaing. Apalagi kita saling berdekatan. Kita bersaing, bersaing dalam ekonomi, bersaing dalam merebutkan investasi dan yang lain-lainnya.


Dan, kalau kita lihat, saya ingin membandingkan posisi negara kita dengan negara-negara yang lain, yang berkaitan dengan peringkat-peringkat, misalnya Peringkat Kemudahan Berusaha misalnya. Ranking kita pada posisi sekarang ini 109. Singapura nomor 1. Malaysia nomor 18. Thailand nomor 49.


Kita jauh sekali. Kita hanya ingin mengingatkan bahwa, kalau dibandingkan dengan negara yang lain, kita memang perlu kerja keras, perlu bersatu agar kita bisa mengejar ketertinggalan itu.


Kemudian, kalau kita lihat lagi Indeks Daya Saing, Indonesia juga masih di bawah negara-negara di sekitar kita. Angka-angkanya Bapak, Ibu bisa lihat. Kita di angka 4,52. Singapura pada posisi yang paling tinggi: 5,72. Malaysia 5,16. Inilah posisi-posisi yang harus kita kejar.


Saya meyakini, apabila kompetisi ini betul-betul kita buka, kita insya Allah akan memenangkan kompetisi itu, memenangkan persaingan itu.


Tetapi kadang-kadang kita ragu-ragu untuk membuka diri.Saya berikan contoh, misalnya saat tahun-tahun ‘75-’80, yang berkaitan dengan Pertamina. Dulu sektor ini hanya dipegang oleh Pertamina, dimonopoli oleh Pertamina. Kelihatannya baik.


Tetapi, kalau tanpa persaingan, kita ini semangatnya malah menjadi kurang, menjadi malas-malasan. Coba kita lihat SPBU kita, pompa bensin kita pada tahun-tahun ‘75-’80: sangat kumuh, tidak pernah dicek, pelayanannya juga tidak baik.


Tetapi, begitu dibuka—kita tidak membuka total, hanya membuka agar ada persaingan—begitu ada yang lain, ada Shell, ada Total masuk, langsung Pertamina berbenah. Pompa bensin semuanya menjadi dicat. Lampunya terang benderang. Yang melayani juga memakai seragam. Inilah sebenarnya karakter kita.


Kalau kita diberi pesaing, itu baru bergerak. Tetapi, kalau tidak ada persaingnya, kita ini keenakan.


Yang kedua, saya berikan contoh lagi, perbankan kita. Pada tahun-tahun ‘75-’80, karena tidak ada bank swasta saat itu, adanya hanya bank pemerintah, BNI, BRI saat itu tutup paling jam 13.00, jam 13.30, sudah tutup. Saya ingat sekali karena saat SMP, kalau disuruh oleh orang tua untuk mengambil uang, begitu terlambat sedikit dari pulang sekolah, pasti sudah tutup. Jam 13.30, jam 14.00 maksimal, sudah tutup.


Tetapi, begitu ada persaingan, bank swasta dibuka, bank-bank kita semuanya berbenah. ATM-nya baik. Pelayanannya baik. Kemudian mereka pulangnya juga sampai jam 16.00, jam 17.00. Karyawan sekarang bisa sampai jam 20.00, jam 21.00. Karena apa? Ada persaingan.


Dan perlu saya sampaikan juga bahwa perkembangan sekarang ini, terutama untuk keuangan syariah, negara kita sebagai negara terbesarnya penduduk muslimnya di dunia, perkembangan keuangan syariah kita baru 5%, sangat kecil sekali. Padahal peluangnya sangat besar sekali. Baru 5%.


Padahal bukan hanya masalah keuangan syariah. Bisnis syariah banyak sekali. Bisa perbankan syariah, bisa restoran halal, bisa wisata syariah, bisa industri yang berkaitan dengan syariah. Semuanya sangat terbuka.


Saya kaget sekali bahwa angka kita sangat kecil sekali, baru 5%. Masih kalah dengan yang bukan negara muslim. Dengan Korea, kita masih kalah. Dengan Inggris, masih kalah. Dengan Malaysia apalagi, sudah jauh sekali. Inilah hal-hal yang perlu kami ingatkan apabila nantinya Persatuan Tarbiyah Islamiyah ini sudah memulai kegiatannya.


Hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi keumatan ini sebetulnya peluangnya masih besar sekali. Masih banyak sekali yang bisa kita gali.


Dan hanya dengan melihat persaingan-persaingan seperti yang tadi saya sampaikan, kami meyakini bahwa negara ini akan menjadi negara yang disegani oleh negara-negara yang lain, karena memang kita memiliki sebuah kekuatan ekonomi yang besar.


Kemudian saya ingin juga menyampaikan mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita.


Yang pertama, persentase penduduk miskin kita. Ini masih besar sekali. Angkanya masih besar. Dan tidak perlu kita tutup-tutupi. Tetapi perlu kita carikan jalan keluarnya agar masalah yang berkaitan dengan penduduk miskin ini bisa segera kita atasi.


Yang kedua, yang berkaitan dengan kesenjangan. Gini Ratio kita juga masih lebar sekali. 0,40 tahun yang lalu. Tahun ini sudah bisa didorong sedikit, menjadi 0,397. Tapi masih lebar sekali antara yang kaya dan yang miskin. Inilah saya kira persoalan-persoalan dan tantangan-tantangan yang kita hadapi, yang harus kita carikan jalan keluarnya secepat-cepatnya.


Kemudian yang berkaitan dengan ketimpangan harga antarwilayah, Indonesia barat, tengah, dan timur, juga sangat lebar sekali.


Saya berikan contoh saja, misalnya di Puncak, di Wamena, harga semen. Harga semen bisa mencapai 2 juta, 1,5 juta, bahkan ada yang 2,5 juta per sak. Harga premium di Wamena, di Puncak, di Mulia, 60-70, bahkan sampai 100 ribu per liter. Inilah sebuah ketimpangan harga yang di barat, yang di tengah, dan yang di Papua.


Semuanya sekarang kita buka. Tidak ada yang perlu kita tutup-tutupi. Tapi yang paling penting, bagaimana mencarikan jalan keluar agar hal-hal ini bisa segera kita selesaikan. Seperti, misalnya kemarin masalah premium sudah kita selesaikan. Harga di seluruh Indonesia bisa kita samakan meskipun kita harus menyubsidi untuk yang Indonesia bagian timur karena memang angkutannya sangat mahal sekali.


Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan infrastruktur. Ini mumpung ketemu, saya ingin membagi informasi. Yang berkaitan dengan infrastruktur sekarang ini memang tidak Jawa-sentris. Kita membangun mulai dari pinggiran, membangun mulai dari perbatasan, membangun mulai dari pulau-pulau terdepan di negara kita.


Jalan tol misalnya, Tol Trans-Sumatera sudah kita mulai tahun yang lalu. Ini masih proses. Nantinya akan dari Lampung menuju ke barat, menuju ke Aceh.


Kemudian yang di lain tempat juga, misalnya Tol Manado-Belitung, dalam proses.


Kemudian yang berkaitan dengan jalan di Papua, Trans-Papua, kita harapkan nanti 2018 insya Allah juga sudah akan tersambung dengan kabupaten dan kabupaten.


Kemudian pelabuhan, ini juga masih dalam proses pembangunan, di Kuala Tanjung Sumatera Utara, Makassar New Port misalnya, yang besar-besar meskipun yang kecil-kecil di pulau-pulau juga kita bangun.


Bandar udara yang kecil-kecil, di Wamena, terminalnya, runway-nya juga sudah kita perbaiki. Kemudian di Rembele, di Bener Meriah, di Aceh Tengah, di Silangit juga. Meskipun ini hanya airport-airport kecil, tetapi tetap kita bangun karena kita ingin infrastruktur ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi kita ingin infrastruktur ini bisa menyatukan bangsa kita dari Sabang sampai Marauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.


Kemudian hal-hal kecil yang berkaitan dengan Dana Desa, sekarang juga yang berkaitan dengan irigasi, yang berkaitan dengan jembatan desa, yang berkaitan dengan jalan desa meningkat sangat drastis. Tahun yang lalu, anggaran desa kita hanya 20,5 triliun. Tahun ini, sudah menjadi 47 triliun, yang ini memang hanya dipakai untuk infrastruktur, baik irigasi, jembatan desa, jalan desa, yang kita harapkan nanti perputaran uang, perputaran ekonomi yang ada di desa insya Allah juga akan semakin baik.


Saya kira itu, Bapak, Ibu, Hadirin yang berbahagia, sedikit yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, Musyawarah Nasional dan Muktamar Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah) dan Perti pada malam hari ini saya nyatakan dibuka. Terima kasih.


Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden