Sambutan Presiden RI - Peresmian Bendungan Rotiklot, NTT, 28 Desember 2015

 
bagikan berita ke :

Senin, 28 Desember 2015
Di baca 1038 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERESMIAN BENDUNGAN ROTIKLOT

BELU, NUSA TENGGARA TIMUR

28 DESEMBER 2015

 

 

 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semuanya,

Shalom,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,

Yang saya hormati Gubernur Nusa Tenggara Timur beserta Ibu, para Bupati yang hadir,

Bapak-Ibu, seluruh masyarakat NTT, khususnya masyarakat Kabupaten Belu yang saya hormati,

 

Saya senang sekali bisa hadir di NTT lagi. Saya ke Nusa Tenggara Timur udah berapa kali, Pak Gub? Baru setahun, sudah tiga kali. Saya kemarin ditanya oleh wartawan, “Bapak kok sering sekali sih ke Nusa Tenggara Timur?” “Apa enggak boleh?” saya bilang; karena saya ingin melihat provinsi ini jangan sampai tertinggal oleh provinsi-provinsi yang lain.

 

Saya selalu pesan wartawan, “Di NTT, mau dibangun tujuh waduk, tapi jangan ditulis karena nanti provinsi yang lain cemburu.” Iya, masak di sini tujuh. Yang lain ada yang tidak, ada yang hanya satu, paling banyak dua, di sini tujuh, coba. Kalau provinsi yang lain tahu, gimana? Saya yang dimarahi, “Bapak ini jangan menganakemaskan NTT.”

 

Tapi Pak Gubernurnya tiap hari telepon saya, gimana? Dulu dijatah hanya dua waduk. Telepon lagi. Tambah lagi, tambah lagi. Sekarang tujuh. Tujuh, kemaren di Labuan Bajo Pak Bupati minta satu lagi. Waduh. “Ini yang dicoret provinsi mana nanti?” gitu loh. Kalau Pak Bupati menyampaikan, “Pak, tambah satu,” Pak Gubernur, “Iya, Pak. Betul, Pak.” Ya udah. Dikeroyok dua orang, gimana?

 

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,

Kedaulatan pangan hanya bisa dicapai kalau kita mendirikan lumbung-lumbung pangan. Lumbung-lumbung pangan itu kuncinya hanya satu: harus ada air. Sampai kapan pun di NTT, berbicara pangan, enggak akan bisa kalau kita tidak punya air. Air itu hanya akan ada kalau kita punya bendungan, kita punya waduk. Kuncinya hanya di situ.

 

Selain waduk nanti yang tujuh—saya sudah perintahkan juga ke Menteri Pertanian—juga akan dibangun embung-embung. Itu waduk kecil, mungkin hanya satu hektare, mungkin hanya setengah hektare. Enggak apa-apa, tapi ada di titik-titik, saya lupa, tapi saya pastikan di atas seratus embung itu dibangun di NTT.

 

Ini kuncinya, sekali lagi, hanya satu: air. Pas hujan seperti ini, jangan sampai yang namanya air itu dibiarkan lari. Harus ditampung, harus dicegat supaya air itu tertampung baik di waduk, bendungan, embung karena itu merupakan kunci. Jadi, masalah ketersediaan air harus diselesaikan secara benar, secara serius untuk Provinsi NTT.

 

Bendungan Rotiklot ini nantinya akan bisa mengairi irigasi kurang lebih 139 hektare, plus untuk yang palawija kurang lebih 500 hektare. Ini sebuah keluasan yang sangat besar sekali. Inilah yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat, digunakan. Dan juga selain itu bisa dipakai untuk air minum, dan juga nantinya bisa menghasilkan listrik.

 

Di NTT juga sama. Listriknya juga sangat kurang. Di sini, listrik di NTT itu nomor dua dari bawah kecukupannya. Jadi, sangat jauh dari cukup dibandingkan provinsi yang lain.

 

Oleh sebab itu, kemaren sudah kita buka lagi pembangkit listrik tenaga surya karena itu memang pembangunannya paling cepet. Kemarin diselesaikan dalam waktu sembilan bulan, bisa nambah 5 MW. Lumayan, 5 MW itu bisa kurang lebih 5.500 KK bisa dialiri.

 

Saya janji, Bapak Gubernur, dalam dua-tiga bulan ini akan datang lagi kapal pembangkit listrik yang akan mencukupi kebutuhan di NTT sebesar 60 MW nanti dari Turki. Saya teleponi terus, “Selesai kapan? Selesai kapan? Ini ditunggu.” Harusnya memang, saya ke sini ini, kapalnya sudah merapat mestinya, tapi belum jadi, gimana?

 

Udah, enggak apa-apa. Yang penting nanti, dua bulan-tiga bulan lagi merapat, langsung sambungkan, listrik di sini sudah tercukupi. Kekurangannya 50 MW. Kalau kapal itu merapat, 60 MW bisa diselesaikan sehingga baik untuk rumah tangga, baik nanti untuk industri semen misalnya, yang membutuhkan itu juga bisa tercukupi.

 

Intinya, kita juga ingin anak-anak kita, kalau malam hari, itu bisa belajar dengan baik. Yang paling penting di situ.

 

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

 

Saya tadi bertanya ke Pak Menteri PU, “Di Raknamo, sudah selesai berapa persen?” “37%. Kemudian nanti selesainya bareng dengan yang ini, di Rotiklot ini.” “Berapa tahun, Pak Menteri?” “Tiga tahun, maksimum tiga tahun, maksimum.” Ini, kalau ada yang janji, ini diingat-ingat masyarakat. Nanti, kalau tiga tahun belum selesai, awas.

 

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, terima kasih atas segala dukungan masyarakat terhadap program-program pembangunan yang diadakan di NTT. Kita berharap nanti, tahun depan, ada tambahan lagi, ditambah lagi, ditambah lagi.

 

Setelah ini, saya mau nengok ke perbatasan. Dan saya juga ingin tahun depan, akhir tahun depan, jalan maupun fasilitas di perbatasan kita jauh lebih baik dari negara tetangga kita. Akhir tahun kemarin, waktu saya datang ke Mato ‘Ain, saya lihat ke sana, loh kok lebih baik. Enggak mau saya. Saya mau di NTT, di Indonesia lebih baik, baik jalannya, baik kantornya, baik pasarnya. Semuanya harus lebih baik.

 

Kita harapkan nanti masyarakat bisa memanfaatkan, terutama untuk arus perdagangan, arus ekonomi dari sini ke sana. Jangan sampai dari sana ke sini, dari sini ke sana, itu dimanfaatkan betul. Dan tentu saja harapan kita, kalau nanti produksi-produksi yang ada di sini, baik berupa beras, jagung, ketela, sorgum, dan lain-lain bisa berkembang. Kalau airnya sudah siap, kita harapkan nanti arus barang akan semakin banyak ke negara tetangga kita.

 

Terima kasih. Dan dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Bendungan Rotiklot pada pagi hari ini saya nyatakan dimulai. Terima kasih.

 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden