Sambutan Presiden RI - Peresmian PLTG Marisa, Gorontalo, 3 Juni 2016

 
bagikan berita ke :

Jumat, 03 Juni 2016
Di baca 1221 kali

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERESMIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) MARISA

POHUWATO, GORONTALO

3 JUNI 2016

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

Selamat sore,

Salam sejahtera bagi kita semua,

 

Yang saya hormati Ibu Menteri BUMN, Gubernur Gorontalo beserta Wakil Gubernur dan Ibu,

Yang saya hormati Bupati Pohuwato beserta seluruh Bupati dan Wali Kota yang hadir, dan Ketua Pimpinan DPRD,

Bapak-Ibu, Tamu Undangan yang berbahagia,

 

Saya nyebut Kabupaten Pohuwato dari tadi pagi. Saya menghafalkan saja kok sulit lidah saya ini. Pohuwato, Pohuwato, sudah. Hampir keliru-keliru terus.

 

Tapi, setelah ketemu Pak Bupati tadi, jadi hafal.

 

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,

Tadi Pak Gubernur sudah menyampaikan.

 

Yang pertama, hampir semua provinsi, kabupaten, dan kota—setiap saya datang ke daerah itu—keluhannya selalu yang saya tanyakan, “Keluhannya apa?” Saya tanya ke Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Wali Kota, ke rakyat, sama: listrik. “Pak, biarpet. Pak, biarpet. Mati enam jam. Sehari mati empat kali.” Itu terus.

 

Oleh sebab itu, waktu saya mengundang seluruh gubernur, bupati, wali kota, selalu saya sampaikan, “Listrik ini akan kita kejar, tapi bagi-bagi pekerjaan. Pembebasan lahan, tolong pemerintah pusat dibantu agar cepat membangunnya.”

 

Dan saya lihat di sini, di PLTG Pohuwato, Gorontalo, ini paling cepat pembangunannya, paling cepat. Tadi saya diterangkan di sana, hanya tujuh bulan, hanya tujuh bulan. Cepat sekali. Pembebasan lahan, kemudian langsung konstruksi, persiapan konstruksi, kemudian mendatangkan mesinnya.

 

Dan alhamdulillah sekarang sudah bisa kita nikmati. Artinya sekarang Provinsi Gorontalo mestinya sudah kelebihan, Pak Gub, ya? Sudah kelebihan 45 MW, sudah kelebihan. Berarti sekarang ada tiga provinsi yang sudah aman, termasuk Gorontalo.

 

Yang lain-lain ngantre karena, kalau membangun yang gas, ini cepat, cepat. Tapi yang batu bara, itu bisa 4 tahun, bisa 4,5 tahun, bisa 5 tahun. Nunggunya lama. Dan di kita, yang banyak memang batu bara, terutama yang gede-gede menggunakan batu bara.

 

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian,

Sekali lagi, listrik ini sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Kenapa saya keluarkan Perpres Percepatan? Karena tidak bisa ditunda-tunda lagi. Sudah tidak mungkin lagi ada investasi datang, kemudian suruh nunggu listriknya. Pasti investor balik, pulang.

 

Ada hotel mau dibangun di Gorontalo. Kemudian investor tanya, “Listriknya ada enggak?” “Listriknya enggak ada.” Investor pasti balik lagi, pindah ke provinsi yang lain, atau pindah ke negara yang lain.

 

Entah industri, entah manufaktur, semuanya butuh listrik, semuanya butuh listrik. Dan yang paling penting juga anak-anak kita, kalau malam hari belajar, juga membutuhkan listrik. Usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro yang di kampung, yang di desa, semuanya membutuhkan listrik.

 

Kalau kunci itu tidak segera kita selesaikan masalahnya, sampai kapan pun kita akan seperti ini terus. Kelihatannya investasi akan masuk, akan masuk, tapi mentoknya di listrik lagi. Misalnya izin sudah diperbaiki, tapi listrik enggak ada, juga enggak akan datang. Itu problem-problem yang kita hadapi.

 

Saya titip beberapa hal yang berkaitan dengan listrik.

 

Yang pertama, ini ada di sini, ada satu yang masih berhenti, masih mangkrak, agar juga diselesaikan. Ini sudah sejak tahun 2007 dibangun, 2 X 25 di Kabupaten Gorontalo Utara. Ini agar juga diselesaikan sehingga nanti bisa menambah pasokan lagi.

 

Jangan tepuk tangan. Ini mangkrak, kok tepuk tangan? Harus diselesaikan. Dirutnya menyelesaikan.

 

Saya tadi belum bisik-bisik, “Kapan ini bisa rampung?” Dirampungkan akhir 2017. Ini disaksikan lo ya. Akhir 2017, insya Allah selesai, sudah.

 

Ini baru selesai 47%, sudah berhenti. Aduh, janganlah. Kita kerja itu harus tuntas. Tapi Pak Dirut yang sekarang—saya kira—kerjanya ngebut terus kok.

 

Dan di situ jangan diremehkan. Uangnya 396 miliar. Kok berhenti, kemudian dibiarkan? Kemarin yang di Pontianak, 1,5 triliun, juga sudah delapan tahun.

 

Enggak bisa. Saya bekerja enggak bisa seperti itu. Pasti akan saya kejar terus.

 

Hati-hati. Pak Dirut, Bu Menteri juga hati-hati. Kerja dengan saya, pasti saya cek, saya cek, saya cek, saya cek lagi, pasti.

 

Saya, kalau perintah seperti ini, pasti nanti 2017 kurang sedikit pasti saya datangi yang di Gorontalo Utara. Kalau belum selesai, awas.

 

Yang kedua, tadi Pak Gubernur menyampaikan mengenai jalan outer ringroad di Gorontalo. Saya kira, tahun kemarin saya ke sana, Pak Gub, ya? Saya lihat sudah dimulai, sudah beberapa kilo.

 

Saya mungkin nanti mau lihat lagi. Saya cek pada hari ini juga. Problemnya apa? Masalahnya apa?

 

Harus selalu dilihat, selalu dikontrol. Kelemahan kita ini, kalau tidak diawasi, kalau tidak dicek, ini gampang sembrono.

 

Tapi saya pastikan, kalau pemerintah pusat sudah mengocorkan, sudah memberikan APBN-nya kepada daerah, saya pastikan kalau sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, enam kali pasti saya akan datangi, pasti. Kayak tol di Sumatera, sudah enam kali saya datangi.

 

Mungkin yang di lapangan bosan. Biar, enggak apa-apa. Kamu bosan, enggak apa-apa.

 

Tapi saya pastikan datang karena saya ingin selesainya tepat waktu, saya ingin kualitasnya baik, dan saya ingin memberikan semangat kerja. Pekerja merasa bahwa bekerja itu ada yang mengawasi.

 

Sudah berkali-kali saya sampaikan, kalau saya datang sekali, menterinya pasti datang dua kali. Kalau saya datang lima kali, menterinya pasti sepuluh kali, dirjennya pasti 20 kali. Ke bawahnya pasti dua kali, dua kali.

 

Artinya apa? Bekerja itu diawasi, bekerja itu dikontrol. Manajemen ya memang seperti itu. Tidak bisa, setelah groundbreaking, langsung dilepas, enggak dilihat. Ya enggak jadi.

 

Yang ketiga, ini saya minta juga laporan Pak Gub, juga Pak Dirut PLN. Dengan adanya pembangunan pembangkit listrik seperti ini, tolong saya diberi catatan-catatan: berapa rumah tangga baru yang bisa dilistriki;, dan berapa rumah tangga baru yang sudah ngantre untuk mendapatkan aliran listrik; UMKM, usaha kecil, usaha mikro, usaha menengah yang ada di desa, yang ada di kampung, berapa jumlahnya.

 

Saya ingin memastikan bahwa listrik itu bukan hanya untuk yang industri besar-besar, tapi yang kecil-kecil ini juga harus mendapatkan jatah agar menikmati listrik yang telah kita bangun.

 

Kemudian yang terakhir, saya titip ke Pak Pangdam, ke Pak Kapolda, dan juga ke Pak Dandim, ke Pak Kapolres, semuanya.

 

Terutama di bidang pertambangan, itu yang kesatu.

 

Yang kedua, di bidang konservasi hutan.

 

Yang kedua agar dijaga, betul-betul dijaga, baik yang di pantai, mangrove kita, baik—tadi saya lewat di hutan untuk burung maleo—Hutan Panua. Hutan Panua juga dijaga betul. Itu adalah warisan hutan yang nanti bisa kita wariskan kepada anak cucu kita.

 

Ini juga betul-betul tolong dijaga. Jangan sampai ada yang merambah masuk ke sana. Tidak hanya hutannya, tapi juga burung maleonya, juga satwa-satwa yang lain yang ada di dalamnya.

 

Tadi saya lihat dari atas kelihatan. Hutan di sini tinggal sedikit. Jangan sampai itu dirambah lagi atau ada konsesi baru lagi.

 

Saya tadi sudah titip ke Pak Gubernur, tidak boleh ada konsesi lagi. Tapi nanti saya telepon lagi ke Menteri Kehutanan agar konsesi itu tidak diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar untuk di Provinsi Gorontalo sehingga betul-betul terjaga lingkungan kita. Dan ini akan juga saya ikuti dan saya awasi terus.

 

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, saya resmikan PLTG Marisa di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

 

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media dan Informasi

Sekretariat Presiden