Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09

 
bagikan berita ke :

Selasa, 08 Desember 2009
Di baca 1411 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY

DI GEDUNG MERDEKA, BANDUNG, JAWA BARAT

PADA TANGGAL 8 DESEMBER 2009

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati, Dr. Haddad Adel, Presiden APA yang pertama,

 

Yang saya hormati, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

 

Yang saya hormati, saudara Agung Laksono, mantan Presiden APA,

 

Yang saya hormati, para Ketua dan Wakil Ketua Parlemen Anggota APA,

 

Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

 

Yang Mulia, para Duta Besar negara-negara sahabat,

 

Yang saya hormati, Sekretaris Jenderal APA, Dr. Najev Huseinian,

 

Yang saya hormati, saudara gubernur Jawa Barat,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Sungguh merupakan kebahagiaan bagi saya, untuk dapat menyampaikan ucapan selamat datang, kepada hadirin sekalian di kota Bandung yang bersejarah ini. Saya juga mengucapkan selamat datang, kepada para peserta sidang pleno ke-4 Asian Parliamentary Assembly. Di kota ini 54 tahun yang lalu dan di gedung ini pula pernah berkumpul generasi pertama dari pemimpin negara-negara Asia Afrika, untuk menghadiri konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika yang bersejarah dan monumental itu, telah menghasilkan dokumen Dasa Sila Bandung. Sebuah dokumen yang mengubah arah sejarah, dengan menjadi simbol berakhirnya kolonialisme, dan mengantar bangkitnya Asia Afrika, sebagai arus utama baru dalam percaturan internasional.

 

Pertemuan kita pada hari ini juga memiliki nilai yang sangat penting, sebagaimana tercermin pada tema sidang pleno kali ini yaitu "Peranan Parlemen-Parlemen Asia Dalam Memperkuat Demokrasi, Menuju Perdamaian, Kemakmuran, Dan Keadilan Di Kawasan Asia". Tema itu sesungguhnya sangat erat dengan tekad dan semangat bangsa Indonesia. Indonesia tampil sebagai negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia, setelah melalui transisi yang fundamental, sehingga dapat mencapai tatanan kehidupan berbangsa yang demokratis.

 

Kami, bangsa Indonesia mempercayai sepenuhnya nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai yang meniadakan semua bentuk diskriminasi, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi, serta kebebasan bagi seluruh manusia. Bagi bangsa Indonesia selama masa transisi menuju tatanan masyarakat yang makin terbuka dan makin demokratis, parlemen memiliki peran yang sangat penting. Melalui kemitraan dengan pemerintah, parlemen Indonesia telah menghadirkan berbagai peraturan perundang-undangan, yang telah membantu mentransformasikan sistem otoritarian, menjadi sebuah sistem yang benar-benar mengekspresikan kedaulatan rakyat.

 

Namun, ke depan nanti tentu masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Kita harus terus melanjutkan reformasi birokrasi pada ranah hukum dan keadilan. Kita harus makin mampu memberikan pelayanan publik yang makin baik. Kita juga harus sanggup, mengambil langkah terobosan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan sosial politik di tanah air. Kita juga harus terus memberdayakan kelompok masyarakat miskin, sehingga taraf hidupnya dapat terus meningkat dan dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Dalam upaya untuk mewujudkan itu semua, saya meyakini pentingnya kehadiran tata pemerintahan yang baik, atau good governance dan sementara itu checks and balances, juga sangat penting untuk ditegakkan dalam sistem kehidupan bernegara. Lebih lanjut saya meyakini, peran parlemen dan seluruh anggotanya dalam mengawal demokrasi dan menjadikannya makin tumbuh serta makin peka terhadap realitas nasional, regional, maupun global. Kita juga patut mencermati, bahwa demokrasi memerlukan penegakkan hukum yang efektif, pendidikan yang menyeluruh, dan peningkatan taraf hidup masyarakat, ketiga hal itu sesungguhnya adalah pilar-pilar utama demokrasi, yang harus kita perkuat, kita pelihara, dan kita tumbuh kembangkan.

 

Di sisi lain kita juga harus memahami, bahwa parlemen adalah sebuah kelembagaan politik yang merupakan hasil dari proses demokrasi. Oleh karena itu, tentu ada hubungan yang sangat erat antara pengembangan parlemen dan pengembangan demokrasi. Namun demikian, kita juga memahami bahwa pengembangan demokrasi di tiap negara tentu berbeda, karena mengikuti corak budaya, tradisi dan latar belakang sejarah, serta hal-hal khas lainnya dari negara masing-masing. Oleh karena itu, Asian Parlementry Assembly harus terus memahami keunikan corak demokrasi dari negara-negara anggotanya. Di sisi lain, tidak boleh ada satu pun pemerintahan, yang memaksakan keseragaman atau uniformity bagi warganya, sebaliknya pemerintah harus menjadikan keberagaman itu, sebagai sumber kekuatan. Pemerintah, harus terus menghargai pluralisme, perbedaan opini, dan kepercayaan dari para warga negaranya.

 

Di benua yang sangat kaya akan keragaman, seperti Asia, dengan keragaman budaya negara-negaranya, maka parlemen Asia harus terus bekerja sama, untuk meningkatkan penghargaan atas keberagaman. Sebagai organisasi regional para law makers di Asia, peran Asian Parliamentary Assembly tentu tidak hanya mendorong penguatan demokrasi di kawasan, tetapi juga menjamin, bahwa demokrasi dapat membantu menghasilkan perdamaian, kesejahteraan, dan kemajuan. Saya sangat bergembira, Asian Parliamentary Assembly siap menghadapi tantangan seperti itu, dan siap pula untuk menjadi kekuatan dalam kerja sama dan kemajuan di wilayah ini.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Kita saat ini berada pada masa yang penuh dengan momentum dan peluang. Dunia di abad ke-21 akan sangat berbeda dengan dunia di abad 20. Arsitektur ekonomi global sedang berubah, dan tatanan geo politik juga berubah sangat cepat. Dalam dunia yang sedang bertransformasi, Asia akan menjadi semakin relevan dan semakin mengemuka perannya. Hal ini dapat dilihat, misalnya dari bagaimana Asia menjadi bagian dari solusi krisis perekonomian global dewasa ini. Kita telah menjadi bagian dari solusi untuk berbagai masalah yang komplek, dan saling terkait secara lokal, nasional, regional, dan global. Kita harus bisa mendorong konstituen kita masing-masing, dan mengingatkan mereka, untuk dapat meraih peluang dalam era globalisasi, kita juga dapat bahu membahu, memberikan kontribusi untuk menghapuskan konflik marginalisasi dan kemiskinan.

 

Dalam era saling ketergantungan, kepentingan nasional kita masing-masing bukan hanya semakin terkait, namun, juga mengharuskan kita untuk semakin mengembangkan kerja sama dan kemitraan. Akuntabilitas kita kepada konstituen, harus diimbangi dengan tanggung jawab terhadap masa depan bersama. Saya sungguh percaya, bahwa kunci dari masa depan Asia yang damai dan sejahtera terletak pada kapasitas kita untuk membangun dan menyebarkan soft power. Apabila abad 21, dapat kita jadikan abad soft power, kita akan mewujudkan suatu Asia yang berbeda, yaitu Asia yang penuh jaringan kemitraan dan toleransi, Asia yang damai dan sejahtera, Asia yang menjadi poros pertumbuhan dunia, dan dalam semua ini, peranan parlemen akan penting dan strategi.

 

Saudara-saudara,

 

Di abad ke-21, kita semua harus bisa beradaptasi dengan arus perubahan zaman yang begitu dahsyat, apakah itu demokrasi, apakah itu pembangunan, apakah itu keamanan, kita harus bisa bersikap terbuka, dan menyesuaikan diri dengan dinamika dunia yang terus berubah. Apapun langkah yang ditempuh, kita yang berada di parlemen, maupun di pemerintahan harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dalam menyongsong masa depan. Kita jangan pernah melupakan, bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, tidak ada program pembangunan yang akan berhasil kalau tidak mengakar di rakyat, sebaliknya segala upaya yang mencerminkan aspirasi rakyat pasti berhasil, sekalipun tantangannya silih berganti.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Kita semua sama-sama menghadapi tantangan dan peluang, resist and opportunity. Asia telah menjadi sebuah wilayah ekonomi yang dinamis, namun kita juga menghadapi masalah demografi, antara lain kejahatan transnasional termasuk penyelundupan manusia, rentannya ketahanan pangan dan energi, bencana alam dan terjangkitnya wabah penyakit, serta dampak perubahan iklim. Tidak satu negara pun yang dapat mengatasi sendiri, semua masalah itu, kita harus bekerja sama pada tatanan regional dan global.

 

Satu masalah besar, yang menanti kita dalam waktu dekat adalah perubahan iklim, yang sekarang sedang dibahas di Copenhagen, Denmark atau yang dikenal dengan COP 15. perundingan ini harus membuahkan satu konsensus global, yang lebih efektif dari Protokol Kyoto untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dunia, karenanya Asian Parliamentary Assembly yang mewakili rakyat Asia diharapkan dapat turut mendorong, dan menyukseskan konferensi Copenhagen yang akan datang, dan kemudian ikut menjaga kesepakatan yang insya Allah akan dilahirkan di sana. Ingatlah, kesepakatan Copenhagen berkaitan langsung dengan masa depan umat manusia dan planet bumi kita.

 

Akhirnya, saudara-saudara, saya yakin, sidang pleno kali ini akan membuahkan hasil, bagi kerja sama antar parlemen se-Asia dan bagi kemajuan bangsa-bangsa di kawasan ini, bahkan bagi dunia. Dengan pesan dan harapan itu, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa serta dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, sidang pleno ke-4 Asian Parliamentary Assembly, saya nyatakan dengan resmi dibuka. Terimakasih.

 

 

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh.

     

 

                                   

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI