Sinergi Triple-Helix, Kunci Utama Penguatan Inovasi

 
bagikan berita ke :

Senin, 10 Agustus 2020
Di baca 4624 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) memberikan dampak yang serius, baik dalam bidang kesehatan, ekonomi maupun pendidikan, sehingga diperlukan inovasi-inovasi baru dalam menghadapi tantangan tersebut. Namun, menurut Data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia. Oleh karena itu, untuk menguatkan inovasi di Indonesia, diperlukan sinergi antara akademik, bisnis dan pemerintah atau yang disebut triple-helix.

 

“Kunci utama penguatan inovasi adalah adanya sinergi triple-helix yang baik antara pihak-pihak yang terkait dalam inovasi, seperti peneliti, inovator, dunia akademisi, dunia usaha, komunitas inovator, komunitas pengguna teknologi dan juga tentunya adalah pemerintah,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin ketika menjadi Keynote Speaker pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (HAKTEKNAS) ke-25 yang diselenggarakan melalui teleconference dari kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro No. 2, Jakarta, Senin (10/08/2020).

 

Dalam acara yang diinisiasi oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional tersebut, Wapres mengungkapkan, telah banyak inovasi yang dihasilkan oleh anak bangsa, namun hanya sedikit yang dapat dikomersialkan atau dipasarkan. Sebab, banyak tahapan yang harus dilewati, seperti proses sertifikasi, uji klinis, izin produksi dan izin edarnya.

 

“Saya berharap para peneliti atau inovator dapat melalui tahapan ini sesuai dengan prosedur yang ada, seperti proses sertifikasi yang benar atau uji klinis jika berkaitan dengan obat-obatan. Jangan sampai sebuah inovasi baru telah dikomersialkan tetapi tanpa melalui tahapan yang sesuai prosedur. Selain menyalahi aturan yang ada, yang lebih penting adalah produk tersebut dapat berbahaya bagi para penggunanya. Oleh karena itu, saya mengimbau para peneliti dan inovator harus melalui tahapan sesuai prosedur sebelum dikomersialkan,” pesannya.

 

Untuk itu, Wapres meminta kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses tahapan-tahapan tersebut dapat berperan aktif, sehingga lebih efektif dan efisien. Ia pun mengapresiasi Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 karena telah meluncurkan 57 produk inovasi Covid-19 hasil karya anak bangsa pada 20 Mei 2020 lalu, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.

 

Selain itu, Wapres juga mendorong penandatanganan kerja sama antara Kemenristek/BRIN dengan Kementerian Desa dan PDTT dalam pengembangan dan pemanfaatan inovasi teknologi untuk desa yaitu “Desa Berinovasi”.

 

“Saya berharap langkah ini dapat menjadi salah satu cara dalam mendorong budaya inovasi di desa-desa dan masyarakat pada umumnya. Semakin banyak yang berinovasi, terutama di tingkat desa (grassroot) maka semakin baik bagi perekonomian Indonesia,” imbuhnya.

 

Menutup sambutannya, Wapres berharap peringatan HAKTEKNAS tahun 2020 ini dapat menjadi inspirasi bagi para peneliti dan inovator lainnya, sehingga semakin banyak inovasi dan produk baru hasil karya anak bangsa yang dihasilkan, terutama dalam pencegahan dan pengobatan wabah Covid-19.

 

“Saya memberikan apresiasi kepada peneliti dan inovator yang telah berusaha dan terus berusaha dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru. Bagi para peneliti dan inovator yang belum berhasil, jangan berhenti berinovasi dan terus berusaha. Saya sangat yakin suatu hari nanti akan berhasil menemukan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Terutama bagi para peneliti dan inovator yang berada di luar Jawa juga harus tetap semangat, tunjukkan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana bukan menjadi halangan untuk terus berkarya,” pungkasnya.

 

Sebelumnya, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa HAKTEKNAS tahun 2020 ini fokus menampilkan kontribusi keunggulan riset dan inovasi untuk kemandirian bangsa Indonesia.

 

“Menjadi tekad kita semua untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, dan sejahtera. Mari sukseskan transformasi Indonesia dari negara berbasis sumber daya alam menjadi negara berbasis inovasi,” ucap Bambang.

 

Ia juga memaparkan 4 dari 49 Prioritas Riset Nasional yang telah dikembangkan oleh Kemenristek/BRIN dalam proses masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional, yaitu Katalis Merah Putih, Garam Industri Terintegrasi, PUNA MALE Kombatan, dan Pesawat N219A.

 

Dalam acara tersebut, disampaikan pula perkembangan produk riset dan inovasi untuk percepatan penanganan COVID-19, antara lain ventilator hasil inovasi ITB-Salman-Unpad, UI, LIPI, BPPT, dan PT Dharma; Inovasi Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk deteksi IgG/IgM terhadap SARS-CoV-2, kerja sama BPPT, UGM, dan Unair; serta peningkatan produksi PCR test kit yang dikembangkan pada September akan menjadi 2 juta kit/bulan.

 

Sementara, Menteri Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menjelaskan, program Desa Berinovasi kerja sama antara Kemenristek/BRIN dan Kemendes PDTT dengan beberapa universitas. Program ini diperuntukkan bagi 100 desa di seluruh penjuru Indonesia, salah satunya adalah Dusun Tumba, Desa Tamaila Utara, Kabupaten Gorontalo yang kini telah dialiri listrik dari PLTA Pico Hidro.

 

“(Dari) 74.953 desa di Indonesia, masih kurang lebih 30%nya membutuhkan sentuhan inovasi teknologi dari Kemristek. Utamanya, di 3.000 desa yang belum berlistrik dan 11.000 desa yang belum memiliki jaringan internet. Tentu kami butuh bantuan dari banyak pihak, khususnya Kemenristek/BRIN,” ujarnya.

 

Selain Menristek dan Mendes PDTT, peringatan HARTEKNAS yang diselenggarakan secara tatap muka di Auditorium Gedung BJ Habibie, Kemenristek/BRIN, Jakarta, juga dihadiri Ketua Komisi VII DPR Republik Indonesia Sugeng Suparwoto, para pejabat setingkat kepala lembaga, rektor, dan diikuti oleh kurang lebih 300 peserta secara virtual melalui telekonferensi. (DMA/SK-KIP, Setwapres)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           1           0           0           2