Tingkatkan Kolaborasi antar Pengelola Media Sosial, Bank Indonesia Adakan FGD

 
bagikan berita ke :

Jumat, 04 Mei 2018
Di baca 816 kali

Lebih dari 70 orang perwakilan pengelola media sosial Kementerian/Lembaga mengikuti Focus Group Discussion dengan tema “Kolaborasi Konten Menuju Indonesia Lebih Baik” di Hotel Marriot Yogyakarta, pada tanggal 2 s.d 4 Mei 2018. Acara ini diinisiasi oleh Bank Indonesia untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama antar pengelola/administrator media sosial Kementerian/Lembaga. Pengelola Media Sosial Kementerian Sekretariat Negara yang diwakilkan oleh Kepala Subidang Pengelola Website dan Media Sosial, Asisten Deputi Hubungan Masyarakat turut hadir dalam acara tersebut.

Acara dimulai dengan diskusi “Strategi Optimalisasi Pengelolaan Media Sosial” bersama Wicaksono atau yang lebih dikenal dengan @ndorokakung. Wicaksono bekerja sebagai seorang influencer media sosial, blogger senior, dan pemimpin redaksi beritatagar.id.

Dalam paparannya, Wicaksono menjelaskan bahwa sebelum membuat media sosial untuk sebuah Kementerian/Lembaga, terlebih dahulu menentukan tujuan dibuatnya media sosial tersebut. “Jika tidak menentukan tujuan maka kita tidak akan memiliki tolak ukur akan keberhasilan media sosial tersebut, sebagai contoh apakah sebuah media sosial dapat memperkenalkan lembaganya kepada masyarakat”, Ujar Wicaksono.

Selain itu, Wicaksono memaparkan beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan sebuah media sosial, diantaranya kenaikan jumlah pengikut, jangkauan konten, jumlah mentionshare, serta kenaikan jumlah kunjungan ke situs tersebut.

“Jika kriteria tersebut sudah dipenuhi, maka dapat dikatakan media sosial tersebut telah sukses mem-branding lembaganya”, tegas Wicak

Dalam mengelola media sosial, para administrator diminta untuk membuat pendekatan yang sedikit berbeda, diantaranya menanggapi para pengguna media sosial (warganet) dengan sedikit santai, tetapi tidak menghilangkan identitas lembaganya. Sebagai contoh, jika ada isu negatif yang muncul, para administrator diharapkan dapat menjawab isu tersebut dengan santai, menjawab dengan tidak terlalu frontal, dan tidak membalas isu dengan isu yang lain.

Dalam penutupan diskusinya, wicaksono menjelaskan beberapa hal yang dapat meningkatkan ratio enggagement sebuah media sosial, di antaranya membuat konten yang diinginkan masyarakat, membuat rasa penasaran warganet dengan konten yang dibuat, dan membuat konten yang berhubungan dengan trending topic.

Dilanjutkan diskusi sesi II dengan tema “Voyage to Indonesia”, dengan narasumber Peter Jacobs, Kepala Unit Khusus Pertemuan Tahunan International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) 2018 Bank Indonesia. Voyage to Indonesia merupakan tema besar dari serangkaian kegiatan yang menjadi bagian dari persiapan penyelenggaraan sekaligus upaya optimalisasi manfaat IMF-WB Annual Meetings 2018.

Esensi dari kata Voyage adalah perjalanan menuju tempat baru/penemuan baru. Konsep ini dipilih karena Annual Meeting (AM) 2018 akan dimanfaatkan untuk memperkenalkan Indonesia yang baru. Indonesia yang telah melakukan banyak reformasi, meningkat daya tahan ekonominya dari shock domestik maupun global, serta Indonesia yang tumbuh inklusif – tidak hanya mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi namun juga inklusif.

Tujuan Voyage to Indonesia adalah memanfaatkan kehadiran dan perhatian dunia pada Indonesia untuk mempromosikan Indonesia sebagai negara yang reformedresillient, dan progressive guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan inklusif. “Oleh sebab itu, media sosial akan menjadi salah satu kontributor positif dalam pelaksanaannya, khususnya dalam mendiseminasikan informasi mengenai event internasional ini”, ujar Jacobs.

Jacobs berharap kepada seluruh pengelola media sosial Kementerian/Lembaga untuk dapat berkolaborasi dalam mengelola dan mendiseminasikan konten antar Kementerian/Lembaga terkait pelaksanaan IMF WB 2018.

Sesi diskusi terakhir ditutup dengan tema “Monitoring Isu Melalui Pemanfaatan Big Data dalam Rangka Pengendalian Isu di Tahun Politik dan Pemanfaatan Cyber Army”. Sesi diskusi kali ini menghadirkan Ridwan Prasetyanto, CEO PT. Ebdesk sebagai narasumber.


Dalam paparannya Ridwan menjelaskan bahwa seiring berkembangnya teknologi di era digitalisasi, jumlah pengguna media sosial (warganet) pun semakin pesat. Mereka berasal dari kalangan anak sekolah, pegawai, dan orang tua. Warganet ini sering memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan informasi maupun berita yang disebar melalui berbagai aplikasi media mainstream maupun online. Namun, tanpa disadari beberapa pihak memanfaatkan fenomena ini untuk menyebarkan informasi yang mengandung konten negatif dan berita hoax.

Hoax di media sosial secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan nyata, oleh sebab itu dibutuhkan antisipasi dari para pengelola media sosial Kementerian/Lembaga sebelum hoax tersebut semakin meluas”, terang Ridwan

Salah satu siasat yang dapat digunakan oleh para pengelola media sosial untuk menghadapi hoax adalah dengan cara membuat narasi tunggal. Kolaborasi yang baik antar pengelola media sosial kementerian/lembaga sangat dibutuhkan dalam penyebarannya sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang sebenarnya.

Acara FGD tersebut ditutup dengan ramah tamah, foto bersama, dan diskusi dengan seluruh peserta terkait isu media sosial 2018 yang diadakan di Bale Raos, Yogyakarta. (WKA/REFHumas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0