UNUSA Harus Pegang Paradigma NU: Transformatif dan Inovatif

 
bagikan berita ke :

Selasa, 21 Juli 2020
Di baca 1066 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Sebagai lembaga pendidikan berbasis organisasi massa Islam, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) harus terus memegang teguh dan menerapkan paradigma NU yaitu Almuhadhah alalqodinusholih wal akhdzu biljadidil asylah, yang artinya “memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”.

 

Demikian pesan Wakil Presiden (Wapres) K. H. Maruf Amin berpesan pada acara Dies Natalis UNUSA melalui video conference dari kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Selasa (21/07/2020).

 

Lebih lanjut Wapres menjelaskan bahwa memelihara yang lama yang baik artinya menjaga warisan yang dimiliki, baik menyangkut akidah yaitu akidah ahlusunnah wal jamaah, cara berfikir ala NU (fikrah nahdliyah) yaitu cara berfikir moderat, dinamis, dan bermanhaj dan juga amaliyah nahdliyah. Adapun mengambil yang baru yang lebih baik artinya melakukan transformasi terutama yang menyangkut Ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada saat ini menjadi penentu kemajuan dan daya saing.

 

“Kemajuan Iptek ditengah arus globalisasi yang cepat saat ini adalah suatu keniscayaan yang tidak mungkin dihindari,” tegasnya.

 

Karena kemajuan Iptek, lanjut Wapres, selain memberikan berbagai manfaat yang telah dirasakan, kemajuan Iptek juga membawa dampak disruptif atau perubahan cepat yang mendasar yang telah dan akan mengubah cara kita beraktifitas, berbisnis, berproduksi, bertransaksi dan berinteraksi.

 

”Oleh karena Itu, disamping kita harus mengejar kemajuan Iptek, namun kita harus tetap menjaga agar nilai-nilai lama yang masih baik tidak terdisrupsi,” pesan Wapres.

 

Dalam acara yang bertajuk “Berlari Menuju Universitas Terkemuka dan Unggul” tersebut, Wapres mengajak untuk melakukan inovasi-inovasi sesuai dengan platform NU yang dinyatakan sebagai organisasi perubahan.

 

“Sejatinya NU adalah merupakan gerakan ulama untuk melakukan perbaikan dan perubahan bagi umat (harakatul ulama fii islahil ummah). oleh karena Itu, saya menambahkan satu paradigma lagi yaitu al Islah Ila ma huwal aslah tsummal aslah fal aslah. Artinya melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan, secara sustainable [berkelanjutan],” terangnya.

 

“Atas dasar paradigma tersebut semestinya kita tidak berhenti setelah melakukan transformasi, tapi kita harus terus menerus melakukan Inovasi supaya kita tidak hanya menjadi konsumen dari kemajuan bangsa lain,” pungkas Wapres. (RN, KIP-Setwapres)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           0           0           0