Wakil Presiden membuka International Conference on Forest Tenure, Governance, and Enterprise
Di Indonesia Pemerintah juga menghadapi tantangan yang pelik dalam
pelestarian hutan. "Pemerintah harus mencari titik keseimbangan yang
tepat antara kemakmuran rakyat dengan pelestarian hutan demi lingkungan
hidup," tutur Wapres. salah satu caranya, Indonesia menaruh perhatian
besar untuk mengkonservasi lahan gambut dalam program moratorium yang
berlangsung selama dua tahun.
Selama masa moratorium itu, Pemerintah juga akan memperbaiki tata
kelola hutan. Intinya, Pemerintah tidak ingin kehilangan aset hutan
yang sangat krusial dan penting bagi masa depan anak-cucu. Itulah
contoh konkret pengembangan institusi sebagai jalan keluar untuk
mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya alam. Sedangkan dalam hal
teknologi, Indonesia saat ini terus belajar dan menimbang untuk
mengadopsi teknologi yang dapat memberikan hasil optimal dalam
pengelolaan hutan.
Sejauh ini, Indonesia memang sudah dapat mengurangi beberapa masalah
kursial seperti pembalakan liar. Setelah Pemerintah memutuskan
penegakan hukum yang lebih terkoordinasi di wilayah Indonesia, kasus
pembalakan liar telah berkurang meski bukan berarti sudah tuntas sama
sekali. Persoalan lain yang menonjol adalah kebakaran hutan karena
pembukaan lahan secara tidak bertanggungjawab.
Dalam laporannya, Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan
menyampaikan bahwa konferensi ini bertujuan mendorong dan mempercepat
implementasi pendekatan-pendekatan yang lebih komprehensif dalam
menemukan sistem tenurial. Tujuan berikut adalah meningkatkan tata
kelola hutan. Sedangkan tujuan yang tak kalah penting adalah mendukung
usaha kehutanan berbasis masyarakat, khususnya di wilayah Asia.
Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah juga tidak terlepas dari
pertimbangan Indonesia yang merupakan negara pemilik hutan tropis
ketiga terbesar di dunia. “Indonesia adalah negara yang mempunyai peran
angat strategis dalam pengendalian dan penaggulangan perubahan iklim,â€
kata Menhut. Hal ini sejalan dengan komitmen Presiden RI yang akan
mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% dengan kekuatan
sendiri, dan 46% dengan bantuan internasional pada tahun 2020.
Kemenhut juga akan terus memacu percepatan pembangunan Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Rakyat, dan Hutan Tanaman Rakyat. "Kemenhut akan mengembangkan Hutan Kemasyarakatan seluas 2 juta hektare, Hutan Desa seluas 500 ribu hektare, serta Hutan Tanaman Rakyat seluas 900.000 hektare dalam program 5 tahunnya (2010-2014),†ujar Menhut. Selain program-program tadi, ada pula program Hutan Rakyat Kemitraan antara kelompok tani dengan indsutri perkayuan seluas 250.000 hektare.
Wapres juga sempat menyaksikan penyerahan Surat Keputusan Menhut tentang areal pencadangan dengan rincian hutan kemasyarakatakn seluas 89.124 Ha yang terletak di Kabupaten Sanggau-Kalimantan Barat, Kabupaten Bulukumba-Sulawesi Selatan, Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Dompu dan Bima di NTB. Areal pencadangan Hutan Desa seluas 11.834 Ha terletak di Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto, Direktur Eksekutif International Tropical Timber Organization (ITTO) Emmanuel Ze Meka, hadir dalam pertemuan itu didampingi Gubernur NTB Zainul Majdi sebagai tuan rumah. Peserta konferensi berasal dari negara-negara penghasil kayu tropis, anggota ITTO, peneliti, praktisi, pakar yang berasal dari lembaga internasional dan negara-negara donor sebanyak 250 orang. (Bey Machmuddin)