Jakarta. Para wirausahawan (enterpreneurs) adalah para pemimpin bangsa yang membawa perubahan dan pembaharuan. Peran mereka sangat strategis dalam pembangunan ekonomi. Bahkan sesungguhnya, peran kewirausahaan sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk melakukan pembaharuan di negeri ini.


"> Jakarta. Para wirausahawan (enterpreneurs) adalah para pemimpin bangsa yang membawa perubahan dan pembaharuan. Peran mereka sangat strategis dalam pembangunan ekonomi. Bahkan sesungguhnya, peran kewirausahaan sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk melakukan pembaharuan di negeri ini.


"> Jakarta. Para wirausahawan (enterpreneurs) adalah para pemimpin bangsa yang membawa perubahan dan pembaharuan. Peran mereka sangat strategis dalam pembangunan ekonomi. Bahkan sesungguhnya, peran kewirausahaan sangat dibutuhkan di berbagai bidang untuk melakukan pembaharuan di negeri ini.


">

Wirausahawan, Pemimpin Pembawa Perubahan

 
bagikan berita ke :

Senin, 12 November 2012
Di baca 968 kali

Demikian Wakil Presiden Boediono mengatakan saat memberikan sambutan dalam pembukaan Global Enterpreneurship Week (GEW) 2012 di Bank Indonesia, 12 November 2012. "Saya sendiri bukan enterpreneur, karena sejak awal selalu berkecimpung di sektor publik. Tapi karena saya akademisi yang mempelajari pembangunan ekonomi di berbagai negara, saya mengerti sekali peran strategis para wirausahawan ini, mereka champion yang melakukan perubahan," kata Wapres Boediono.

Hadir dalam kesempatan itu Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dan para pendukung kegiatan Global Enterpreneurship Week antara lain tokoh GEW Indonesia Ciputra dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Mark Canning serta Kauffman Foundation dari Amerika Serikat.

Wapres Boediono mengakui bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia masih kecil, yakni hanya 1.56 % penduduk yang bisa dikategorikan sebagai wirausaha. Untuk kategori yang sama, Malaysia mencatat angka 4, Thailand 4.51 dan Singapura 7.2. "Ini baru menyangkut kuantitas. Dari segi kualitas belum tercermin di angka-angka itu. Tapi kalau kita lihat potensi wirausahawan kita, mustinya bisa lebih dari itu karena dari sektor informal saja kita lihat banyak yang berusaha atas resiko sendiri. Kalau untung ya dapat untung, kalau rugi ya menanggung rugi sendiri. Jadi kalau dari segi kualitas kita tidak kurang," katanya.

Menurut Wapres, demi mengembangkan kewirausahaan ada sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi. Tantangan tersebut tentu saja bersinggungan dengan unit-unit bisnis yang menjadi wadah dari para wirausahawan tersebut. Terdapat enam kategori yang sering diasosiasikan sebagai handicap dalam mewujudkan unit bisnis, yakni: (1) masalah penegakkan hukum sebagai masalah fundamental karena wirausahawan mustahil bisa mengembangkan usaha di suatu daerah yang masih terganggu keamanannya, (2) pertumbuhan makro ekonomi yang stabil. Sikap konservatif fiskal yang prudence adalah opsi terbaik dalam kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti. "Kalau makro-nya seperti yoyo atau roller coaster, maka orang yang bisa usaha hanya mereka yang sangat pandai atau sangat spekulatif. Yang produktif normal akan mundur," kata Wapres.

Kategori tantangan (3) adalah masalah infrastruktur yang memiliki dampak besar bagi wirausahawan karena kebanyakan transaksi ekonomi pasti mencantumkan komponen biaya transportasi. Studi Bank Dunia beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa investasi di luar perkotaan sangat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya infrastruktur dasar yang memadai.

(4) Regulasi dan aturan yang bisa mendukung atau sebaliknya justru menghambat wirausaha, terutama dalam era otonomi daerah ketika pemerintah daerah mengeluarkan aturan-aturan yang berpengaruh langsung pada pengembangan wirausaha,

(5) Tersedianya layanan finansial bagi bisnis mikro maupun makro karena hal ini akan mempengaruhi pengembangan suatu bisnis. "Dalam hal ini para perumus kebijakan sedang berusaha menjabarkan lebih jauh konsep financial inclusion karena dari situ bisa terjaring calon-calon wirausahawan muda," kata Wapres.

Dan yang terakhir (6) adalah masalah tenaga kerja yang terlatih dan terampil yang sangat dibutuhkan oleh pengembangan industri.

Untuk menjawab yang terakhir, Wapres Boediono mengajak kalangan swasta dan perbankan untuk terus menerus melakukan program pelatihan kewirausahaan dan mentoring. Wapres juga meminta agar para pelaku pelatihan dan mentoring dari berbagai kalangan bisa bersinergi dan bergabung dalam sebuah forum komunikasi demi mencapai tujuan bersama yakni pengembangan kewirausahaan secara nasional.

Menurut Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, dukungan Bank Indonesia (BI) terhadap kampanye Global Enterpreneurship Week yang dimulai di Amerika Serikat dan Inggris ini adalah upaya BI untuk memaksimalkan momen pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini yang tercatat sebagai salah satu yang paling stabil di dunia, seperti yang baru-baru ini dikutip majalah The Economist.

Pertumbuhan ekonomi yang stabil tersebut, kata Gubernur BI, disokong oleh konsumsi dalam negeri dan investasi. Dari data yang dipublikasi 2-3 tahun belakangan, investasi yang masuk ditujukan untuk memenuhi pasar dalam negeri yang dinamis. “Karena itu maka enterpreneur dalam negeri mestinya lebih mudah menjangkaunya,” kata Wapres.

Gubernur BI meminta kalangan swasta untuk menggunakan dana tanggungjawab sosialnya untuk pengembangan potensi, pelatihan dan mentoring keriwausahaan. Kampanye GEW pertamakali diselenggarakan 2007 melalui Enterpreneurship USA, lalu enterprise UK 2008. Tahun ini kampanye GEW akan digelar di 125 negara termasuk Indonesia, dimana selain Bank Indonesia, terdapat lagi bank sentral negara lain yang terlibat yakni dari Afrika Selatan.

Dalam kampanye GEW ini BI melakukan program kerja penciptaan wirasauhawan baru di tujuh kantor BI antara lain Surabaya, Bandung, Makassar, Semarang, Palembang dan Yogya dengan target kelompok mahasiswa dan mantan Tenaga Kerja Indonseia (TKI). Pelatihan juga dilakukan di Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dari 1570 peserta, terdapat 243 yang lolos seleksi untuk mengikuti pelatihan. Terdapat pula talkshow dan pelatihan kewirausahaan di salah satu pesantren di Jawa Timur.

BI juga melakukan penyertaan modal seed capital kepada perwakilan peserta terbaik program wirausaha dengan total nilai Rp 3 Miliar dari anggaran program sosial BI yang diserahkan oleh Wapres Boediono.
 
 
 
http://wapresri.go.id/index/preview/berita/2411
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0